Ilmu Asuhan Kebidanan dan Keperawatan

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN PEKERJAAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS SWAKELOLA KENTEN KECAMATAN ILIR TIMUR II PALEMBANG TAHUN 2009


BAB I
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang
Menyusui adalah suatu proses alamiah, berjuta-juta ibu diseluruh dunia berhasil menyusui bayinya tanpa pernah membaca buku tentang ASI. Seiring dengan perkembangan zaman terjadi pula peningkatan ilmu pengetahuan tentang menyusui terkadang dilupakan. Padahal kehilangan pengetahuan tentang menyusui berarti kehilangan besar, karena menyusui adalah suatu pengetahuan yang selama berjuta-juta tahun mempunyai peran yang penting dalam mempertahankan kehidupan manusia (Roesli, 2005).
World Health Organization (WHO)/United Nations International Children’s Emergency Fund (UNICEF) membuat deklarasi yang dikenal dengan Deklarasi Innocenti yang bertujuan untuk melindungi, mempromosikan dan memberi dukungan pada pemberian ASI. Deklarasi ini juga ditandatangani oleh Indonesia sebagai tujuan global untuk meningkatkan kesehatan dan mutu makanan bayi secara optimal, maka semua ibu dapat memberikan ASI eksklusif dan semua bayi diberi ASI eksklusif sejak lahir sampai berusia 0-6 bulan (Roesli, 2005).
United Nations International Children’s Emergency Fund (UNICEF) memperkirakan bahwa pemberian ASI eksklusif sampai usia 6 bulan dapat mencegah kematian 1,3 juta anak berusia di bawah 5 tahun (Baskoro, 2008).
Angka Kematian Bayi (AKB) telah dapat diturunkan dari 30,8 per 1.000 kelahiran hidup, pada tahun 2004 menjadi 29,4, tahun 2005 sebesar 28,1 dan 26,9 pada tahun 2007.
Angka Kematian Ibu (AKI) berhasil diturunkan dari 270 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2004 menjadi 262 pada tahun 2005, 255 pada tahun 2006 dan 248 pada tahun 2007 (Depkes, 2007).
Di Indonesia setiap tahunnya terdapat 10 juta anak di bawah dua tahun yang menjadi sasaran ASI. Mengingat banyaknya sasaran tersebut dan tersebar diseluruh Indonesia, maka peringatan pekan ASI sedunia yang diperingati lebih dari 100 negara ditingkatkan menjadi bulan ASI nasional, karena ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi tidak dapat diganti dengan makanan lainnya dan tidak ada satupun makanan lainnya yang dapat menyamai ASI baik dalam kandungan gizinya, enzim, hormon maupun kandungan zatimunologi dan anti infeksi (Depkes, 2006).
Berdasarkan hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002 hanya 3,7% bayi yang memperoleh ASI pada hari pertama. Sedangkan pemberian ASI pada bayi umur kurang 2 bulan sebesar 64%, 2 - 3 bulan 45,5%, 4 - 5 bulan 13,9% dan 6 - 7 bulan 7,8% (Depkes, 2006).
Dari 168.598 bayi yang ada di Sumatera Selatan pada tahun 2004 yang mendapatkan ASI eksklusif hanya 94,906 (56,29%) masih jauh di bawah target Sumatera Selatan Sehat 2008 maupun Indonesia Sehat 2010 sebesar 80% (Dinkes Kota Palembang, 2005).
Dari jumlah bayi yang ada di Kota Palembang pada tahun 2007 berkisar 30.564 yang diberi ASI eksklusif 27.760 atau sekitar 84,4% dan sisanya tidak diberikan ASI eksklusif  dibandingkan tahun 2008 jumlah bayi 29.968 yang diberi ASI eksklusif 23.286 atau sekitar 66,0% maka dapat dilihat terjadi penuruna jumlah bayi yang diberi ASI eksklusif di Kota Palembang. Hal ini tidak luput dari peran para petugas kesehatan khususnya bidan untuk mendorong para ibu-ibu untuk dapat memberikan ASI secara eksklusif (Dinkes Kota Palembang, 2008).
Data yang diperoleh dari Puskesmas Swakelola Kenten Kecamatan Ilir Timur II Palembang pada tahun 2008, dari jumlah bayi 943 yang diberi ASI eksklusif berjumlah 689 bayi atau 70,2% (Dinkes Kota Palembang, 2008).
ASI eksklusif merupakan cara pemberian makan bayi yang alamiah. Namun sering kali ibu-ibu kurang mendapatkan informasi bahkan sering kali mendapatkan informasi yang salah tentang manfaat ASI eksklusif, tentang bagaimana cara menyusui yang benar dan apa yang harus dilakukan bila timbul kesukaran dalam menyusui bayinya (Roesli, 2005).
Berdasarkan penelitian Susita (2007), diketahui ada beberapa variabel yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi diantaranya pengetahuan ibu, sikap ibu, pendidikan ibu, umur ibu dan pekerjaan ibu, dimana penulis hanya mengambil dua variabel yaitu variabel pengetahuan dan pekerjaan yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif pada bayi               di Puskesmas Swakelola Kenten Kecamatan Ilir Timur II Palembang               tahun 2009.
1.2         Rumusan Masalah
Apakah variabel pengetahuan dan pekerjaan berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Swakelola Kenten Kecamatan Ilir Timur II Palembang tahun 2009?
1.3         Tujuan Penelitian
1.3.1   Tujuan Umum
Untuk mengetahui apakah variabel pengetahuan dan pekerjaan berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Swakelola Kenten Kecamatan Ilir Timur II Palembang tahun 2009.
1.3.2   Tujuan Khusus
1.      Diketahuinya distribusi frekuensi pengetahuan ibu dengan pemberian ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Swakelola Kenten Kecamatan Ilir Timur II Palembang tahun 2009.
2.      Diketahuinya distribusi frekuensi pekerjaan ibu dengan pemberian ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Swakelola Kenten Kecamatan Ilir Timur II Palembang tahun 2009.
3.      Diketahuinya hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Swakelola Kenten Kecamatan Ilir Timur II Palembang tahun 2009.
4.      Diketahuinya hubungan pekerjaan ibu dengan pemberian ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Swakelola Kenten Kecamatan Ilir Timur II Palembang tahun 2009.
1.4         Manfaat Penelitian
1.4.1   Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi (kepustakaan) khususnya bagi Mahasiswi Akademi Kebidanan dan Mahasiswa Program Studi Kesehatan lainnya.
1.4.2   Bagi Puskesmas
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan masukan bagi puskesmas dan petugas kesehatan untuk mengevaluasi masalah pemberian ASI eksklusif pada ibu-ibu yang menyusui dan lebih pro-aktif dalam pemberian penyuluhan tentang ASI eksklusif.
1.4.3   Bagi Penulis
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam menerapkan ilmu dan dapat dijadikan data dasar untuk penelitian selanjutnya.
1.5         Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini dibatasi hanya pada variabel pengetahuan dan pekerjaan ibu dengan pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Swakelola Kenten Kecamatan Ilir Timur II Kota Palembang tahun 2009.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1         ASI Eksklusif
2.1.1   Definisi
ASI eksklusif adalah pemberian ASI sedini mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi makanan lain, walaupun hanya air putih sampai bayi berumur 6 bulan (Purwanti, 2004).
2.1.2   Komposisi ASI
Menurut Roesli (2005) komposisi yang terkandung dalam ASI adalah sebagai berikut :
1.      Kolostrum pelindung
Kandungan protein dalam kolostrum jauh lebih tinggi daripada ASI. Hal ini menguntungkan bayi yang baru lahir karena dengan mendapat sedikit kolostrum sudah mendapat cukup protein yang dapat memenuhi kebutuhan bayi pada minggu pertama.
2.      ASI transisi atau peralihan
ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum menjadi ASI yang matang.
3.      ASI matang (matuer)
Merupakan ASI yang dikeluarkan pada sekitar hari ke-14 dan seterusnya, komposisi relatif konstan.
4.      Perbedaan komposisi ASI dari menit ke menit
ASI yang keluar pada menit pertama dinamakan foremik. Foremik mempunyai komposisi yang berbeda dengan ASI yang keluar kemudian (hindmilk) foremik encer. Hindmilk mengandung lemak 4-5 kali lebih banyak dibanding foremik.
5.      Lemak ASI
Jenis lemak yang ada dalam ASI mengandung lemak rantai panjang yang dibutuhkan oleh sel jaringan otak yang sangat dicerna karena mengandung enzim lipase.
6.      Karbohidrat ASI
Karbohidrat utama ASI adalah laktosa (gula). ASI mengandung lebih banyak laktosa dibanding dengan susu mamalia lainnya atau sekitar 20 - 30% lebih banyak dari susu sapi.
7.      Protein ASI
Protein adalah bahan baku untuk tumbuh kualitas protein sangat penting selama tahun pertama kehidupan bayi, karena pada saat ini pertumbuhan bayi paling cepat. Air susu ibu mengandung protein khusus yang dirancang untuk pertumbuhan bayi manusia.
Susu sapi dan ASI mengandung dua macam protein utama yaitu whey dan kasein (casein). Whey adalah protein yang halus, lembut dan mudah dicerna.
Kasein adalah protein yang bentuknya kasar, bergumpal dan sukar dicerna oleh usus bayi
8.      Faktor pelindung dalam ASI
Pada waktu lahir sampai bayi berusaha beberapa bulan, bayi belum dapat membentuk kekebalan sendiri secara sempurna. ASI mampu memberikan perlindungan baik secara aktif maupun pasif. ASI tidak saja menyediakan perlindungan yang unik terhadap infeksi dan alergi, tetapi juga merangsang perkembangan sistem kekebalan bayi itu sendiri.
ASI eksklusif akan terlindung dari berbagai macam infeksi baik yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur atau parasit. ASI juga ternyata mengandung zat anti infeksi antara lain :
a.       Sel-sel darah putih.
b.      Imunoglobin atau antibiotika alamiah.
c.       Imunisasi pasif dan aktif oleh ASI.
d.      Sistem perlindungan tubuh yang selalu diperbaharui.
9.      Vitamin, mineral dan zat besi ASI
Zat nutrisi yang terdapat di ASI tidak dapat ditiru oleh manusia zat-zat ini bersifat unik, karena sebagian besar zat yang ada di ASI dapat digunakan oleh tubuh. Berikut ini perbandingan ASI dengan susu formula :
a.       ASI mengandung vitamin dan mineral yang lengkap.
b.      Meski kadar mineral ASI relatif rendah, tetapi cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan.
c.       Hampir semua vitamin dan mineral dalam ASI akan diserap oleh tubuh bayi.
d.      Zat makanan yang tidak terserap akan memperberat kerja usus bayi, menggangu keseimbangan (ekologi) dalam usus bayi dan meningkatkan pertumbuhan bakteri yang jahat.
e.       Satu hal yang menyebabkan ASI efisien adalah jumlah zat-zat ini akan berubah secara otomatis sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan bayi saat itu.
2.1.3   Produksi ASI
Proses pengeluaran air susu juga tergantung pada let down refle, dimana hisapan puting dapat merangsang serabut otot halus di dalam dinding saluran susu agar membiarkan air susu dapat mengalir dengan mudah dan lancar.
Menurut Baskoro (2008) berdasarkan waktu diproduksi ASI dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
1.      Kolostrum
Kolostrum merupakan cairan kental yang ideal yang berwarna kekuning-kuningan lebih kering dibandingkan ASI mature.
2.      Air susu masa peralihan
Merupakan ASI peralihan dan colostrum menjadi ASI mature.
3.      Air susu mature
Merupakan makanan yang dianggap aman bagi bayi bahkan ada yang mengatakan pada ibu yang sehat ASI merupakan makanan satu-satunya yang diberikan selama 6 bulan pertama bagi bayi.
2.1.4   Manfaat Pemberian ASI
1.      Bagi Bayi
a.       Sebagai makanan tunggal untuk memenuhi semua kebutuhan pertumbuhan bayi sampai usia 6 bulan.
b.      Meningkatkan daya tahan tubuh karena mengandung berbagai zat anti kekebalan sehingga akan lebih jarang sakit. ASI juga akan mengurangi terjadinya mencret, sakit telinga dan infeksi saluran pernafasan.
c.       Melindungi anak dari serangan alergi.
d.      Mengandung asam lemak yang diperlukan untuk pertumbuhan otak sehingga bayi ASI eksklusif potensial lebih pandai.
e.       Meningkatan daya penglihatan dan kepandaian bicara (Roesli, 2005).
2.      Bagi Ibu
a.       Aspek kesehatan ibu
Isapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya oksitosin oleh kelenjar hipofisis. Oksitosin membantu involusi uterus dan mencegah terjadinya perdarahan persalinan.
b.      Aspek keluarga berencana
Menyusui secara murni (eksklusif) dapat menjarangkan kehamilan.
c.       Aspek psikologis
Keuntungan menyusun bukan hanya bermanfaat bagi bayi, tetapi juga untuk ibu. Ibu akan merasa bangga dan diperlukan, rasa yang dibutuhkan oleh semua manusia (Suradi, dkk, 2003).
2.1.5   Keuntungan dan Kerugian Pemberian ASI
Menurut Manuaba (1998) keuntungan pemberian ASI adalah sebagai berikut :
1.      ASI mempunyai kelebihan dalam susunan kimia, komposisi biologis dan mempunyai substansia.
2.      ASI siap setiap saat untuk diberikan pada bayi dengan sterilisasi yang terjamin.
3.      ASI dapat disimpan selam 8 jam tanpa perubahan apapun, sedangkan susu botol hanya cukup 4 jam.
4.      Karena bersifat spesifik, maka pertumbuhan bayi baik dan berhak dari beberapa penyakit penyakit.
5.      Ibu yang siap memberikan ASI mempunyai
Keuntungan pemberian ASI :
a.       Terjadi laktasi amenorea, dapat bertindak sebagai metode KB dalam waktu relatif 3 sampai 4 bulan.
b.      Mempercepat terjadinya involusi uterus.
c.       Pemberian ASI mengurangi kejadian karsinoma mammae.
d.      Melalui pemberian ASI kasih sayang ibu terhadap bayi lebih baik sehingga menumbuhkan hubungan batin lebih sempurna.
Kerugian pemberian ASI :
a.       Waktu pemberian ASI tidak terjadwal, tergantung dari bayinya.
b.      Terdapat kesulitan bagi ibu yang bekerja di luar rumah.
2.1.6   Larangan untuk Memberikan ASI
Menurut Manuaba (1998) sekalipun upaya untuk memberikan ASI digalakkan tetapi beberapa kasus pemberian ASI tidak dibenarkan.
1.      Faktor dari ibu
a.       Ibu dengan penyakit jantung yang berat akan menambahnya penyakit ibu.
b.      Ibu dengan pre-eklampsia dan eklampsia.
c.       Penyakit infeksi berat pada payudara, sehingga kemungkinan menular pada bayinya.
d.      Karsinoma payudara mungkin dapat menimbulkan metastasis.
e.       Ibu dengan psikosis dengan pertimbangan kesadaran ibu sulit diperkirakan sehingga dapat membahayakan bayi.
f.       Ibu dengan infeksi virus.
g.      Ibu dengan TBC atau lepra.
2.      Faktor dari bayi
a.       Bayi dalam keadaan kejang-kejang yang dapat menimbulkan bahaya aspirasi ASI.
b.      Bayi yang menderita sakit berat dengan pertimbangan dokter anak tidak dibenarkan untuk mendapatkan ASI.
c.       Bayi dengan berat badan lahir rendah.
d.      Bayi dengan cacat bawaan yang tidak mungkin menelan.
e.       Metabolisme yang tidak dapat menerima ASI, penyakit metabolisme seperti alergi ASI.
2.1.7   Berbagai Masalah Menyusui pada Bayi
1.      Kurang informasi
Akibat kurang informasi, banyak ibu menganggap susu formula sama baiknya. Hal ini menyebabkan ibu lebih cepat memberikan susu formula jika merasa ASI-nya kurang atau terbentur kendala menyusui. Untuk dapat melaksanakan program ASI eksklusif ibu dan keluarganya perlu menguasai informasi tentang fisiologis laktasi, keuntungan dan kerugian pemberian ASI. Cara menyusui yang baik dan benar dan            siap dihubungi jika terdapat keluhan atau masalah seputar menyusui (Danuatmaja, 2007).
2.      Puting susu yang pendek atau terbenam
Ada beberapa bentuk puting susu, panjang, pendek dan datar terbenam. Banyak ibu menganggap hilang peluangnya untuk menyusui, padahal puting hanya kumpulan muara saluran ASI dan tidak mengandung ASI. Untuk mendapatkan ASI, areola mammae yang perlu dimasukkan ke dalam mulut bayi agar isapan dan gerakan lidah dapat memerah ASI keluar (Bonny, 2007).
3.      Payudara bengkak
Tiga hari pasca persalinan payudara sering terasa penuh, tegang dan nyeri. Kondisi ini terjadi akibat adanya bendungan pada pembuluh darah di payudara sebagai tanda ASI mulai banyak diproduksi. Untuk menghindari dan mengatasi payudara bengkak, berilah ASI pada                bayi segera sebelum lahir dengan posisi yang benar dan tanpa jadwal (Danuatmaja, 2007).
4.      Puting susu nyeri atau lecet
Untuk mengatasi puting lecet dan nyeri, perbaiki posisi menyusui. Mulailah menyusui dari payudara yang tidak sakit karena isapan pertama bayi yang lapar biasanya lebih keras. Untuk mengobati lecet, gunakan cara alami yaitu dengan mengoleskan sedikit ASI pada puting tersebut dan biarkan kering. Jika rasa sakit tidak tertahankan ibu dapat minum obat pengurang rasa sakit (Mila, 2003).
5.      Ibu Bekerja
Cuti melahirkan di Indonesia rata-rata tiga bulan. Setelah itu banyak ibu khawatir terpaksa memberi bayinya susu formula karena ASI perah tidak cukup, yang diajarkan adalah mulailah menabung ASI perah sebelum masuk kerja. Semakin banyak “tabungan” ASI perah sebelum masuk kerja, semakin besar peluang menyelesaikan program ASI eksklusif (Meiliasari, 2007).
2.2         Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif yang Diteliti
2.2.1   Pengetahuan
Dari penelitian terhadap 900 ibu, diperoleh fakta bahwa yang dapat memberi ASI eksklusif selama 4 bulan hanya 5%, padahal 98% ibu-ibu tersebut menyusui dari penelitian tersebut tidak pernah mendapatkan informasi khusus tentang ASI, sedangkan 70,4% ibu tidak pernah mendengar informasi tentang ASI eksklusif (Roesli, 2000).
2.2.2   Pekerjaan
Kegiatan yang dilakukan ibu-ibu juga mempunyai hubungan bermakna dengan pemberian ASI eksklusif. Proporsi menyusui ASI eksklusif pada ibu rumah tangga lebih besar dibandingkan ibu yang mencari nafkah dan membantu mencari nafkah. Aktivitas dan pekerjaan yang dilakukan ibu terkadang melupakan ibu bahkan tidak dapat meluangkan sedikit waktu untuk menyusui bayinya (Anggraini, 2005).
2.3         Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif yang tidak Diteliti
2.3.1   Sikap Ibu
Menurut Arifin dalam Susita (2007), proses menyusui merupakan proses interaksi antara sikap ibu dan bayi yang mempengaruhi kedua belah pihak karena akan timbul rasa percaya diri bahwa ibu mampu menyusui ataupun memproduksi ASI yang mencukupi untuk bayi, besar pengaruhnya bagikeberhasilan menyusui.
2.3.2   Pendidikan Ibu
Tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan oleh ibu-ibu serta berpendidikan SD belum tamat dan tamat mempunyai kemungkinan menyusui ASI eksklusif 6 kali dibandingkan ibu yang baik tidak tamat atau tamat SD (Soeparmanto, 2001).
2.3.3   Umur Ibu
Semakin bertambah umur ibu semakin kecil proporsi menyusui ASI eksklusif. Proporsi terbesar terdapat pada umur 21-30 tahun yaitu 69,5% tetapi proporsi menyusui ASI eksklusif pada umur 41 tahun atau lebih proporsinya cukup besar 64,4%. Jadi tampak keberanian untuk menyusui bayi tidak ragu-ragu bagi ibu-ibu yang relatif tua umurnya (Susita, 2007).

Share:

Popular Posts

Jumlah Pengunjung

Cari judul yang anda butuhkan disni

Blog Archive

© Al Anshor 2017 All Reserved. Powered by Blogger.

Labels

Blog Archive