BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Menyusui
adalah suatu proses alamiah, berjuta-juta ibu diseluruh dunia berhasil menyusui
bayinya tanpa pernah membaca buku tentang ASI. Seiring dengan perkembangan
zaman terjadi pula peningkatan ilmu pengetahuan tentang menyusui terkadang
dilupakan. Padahal kehilangan pengetahuan tentang menyusui berarti kehilangan
besar, karena menyusui adalah suatu pengetahuan yang selama berjuta-juta tahun
mempunyai peran yang penting dalam mempertahankan kehidupan manusia (Roesli,
2005).
World Health Organization (WHO)/United Nations International
Children’s Emergency Fund (UNICEF) membuat deklarasi yang
dikenal dengan Deklarasi Innocenti yang
bertujuan untuk melindungi, mempromosikan dan memberi dukungan pada
pemberian ASI. Deklarasi ini juga ditandatangani oleh Indonesia sebagai tujuan
global untuk meningkatkan kesehatan dan mutu makanan bayi secara optimal, maka
semua ibu dapat memberikan ASI eksklusif dan semua bayi diberi ASI eksklusif
sejak lahir sampai berusia 0-6 bulan (Roesli, 2005).
United Nations International Children’s Emergency Fund (UNICEF) memperkirakan bahwa
pemberian ASI eksklusif sampai usia 6 bulan dapat mencegah kematian 1,3 juta
anak berusia di bawah 5 tahun (Baskoro, 2008).
Angka
Kematian Bayi (AKB) telah dapat diturunkan dari 30,8 per 1.000 kelahiran hidup,
pada tahun 2004 menjadi 29,4, tahun 2005 sebesar 28,1 dan 26,9 pada tahun 2007.
Angka
Kematian Ibu (AKI) berhasil diturunkan dari 270 per 100.000 kelahiran hidup
pada tahun 2004 menjadi 262 pada tahun 2005, 255 pada tahun 2006 dan 248 pada
tahun 2007 (Depkes, 2007).
Di
Indonesia setiap tahunnya terdapat 10 juta anak di bawah dua tahun yang menjadi
sasaran ASI. Mengingat banyaknya sasaran tersebut dan tersebar diseluruh
Indonesia, maka peringatan pekan ASI sedunia yang diperingati lebih dari 100
negara ditingkatkan menjadi bulan ASI nasional, karena ASI merupakan makanan
terbaik bagi bayi tidak dapat diganti dengan makanan lainnya dan tidak ada
satupun makanan lainnya yang dapat menyamai ASI baik dalam kandungan gizinya,
enzim, hormon maupun kandungan zatimunologi dan anti infeksi (Depkes, 2006).
Berdasarkan
hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002 hanya 3,7% bayi yang
memperoleh ASI pada hari pertama. Sedangkan pemberian ASI pada bayi umur kurang
2 bulan sebesar 64%, 2 - 3 bulan 45,5%, 4 - 5 bulan 13,9% dan 6 - 7 bulan 7,8%
(Depkes, 2006).
Dari
168.598 bayi yang ada di Sumatera Selatan
pada tahun 2004 yang mendapatkan ASI eksklusif hanya 94,906 (56,29%)
masih jauh di bawah target Sumatera Selatan Sehat 2008 maupun Indonesia Sehat
2010 sebesar 80% (Dinkes Kota Palembang, 2005).
Dari jumlah bayi yang ada di Kota Palembang pada
tahun 2007 berkisar 30.564 yang diberi ASI eksklusif 27.760 atau sekitar 84,4% dan sisanya
tidak diberikan ASI eksklusif dibandingkan
tahun 2008 jumlah bayi 29.968 yang diberi ASI eksklusif 23.286 atau sekitar 66,0%
maka dapat dilihat terjadi penuruna jumlah bayi yang diberi ASI eksklusif di
Kota Palembang. Hal ini tidak luput dari peran para petugas kesehatan khususnya
bidan untuk mendorong para ibu-ibu untuk dapat memberikan ASI secara eksklusif
(Dinkes Kota Palembang, 2008).
Data
yang diperoleh dari Puskesmas Swakelola Kenten Kecamatan Ilir Timur II
Palembang pada tahun 2008, dari jumlah bayi 943 yang diberi ASI eksklusif
berjumlah 689 bayi atau 70,2% (Dinkes Kota Palembang, 2008).
ASI
eksklusif merupakan cara pemberian makan bayi yang alamiah. Namun sering kali
ibu-ibu kurang mendapatkan informasi bahkan sering kali mendapatkan informasi
yang salah tentang manfaat ASI eksklusif, tentang bagaimana cara menyusui yang
benar dan apa yang harus dilakukan bila timbul kesukaran dalam menyusui bayinya
(Roesli, 2005).
Berdasarkan penelitian Susita (2007), diketahui
ada beberapa variabel yang
berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi diantaranya
pengetahuan ibu, sikap ibu, pendidikan ibu, umur ibu dan pekerjaan ibu, dimana penulis hanya mengambil
dua variabel yaitu variabel pengetahuan dan pekerjaan yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif pada bayi di Puskesmas Swakelola Kenten Kecamatan
Ilir Timur II Palembang tahun
2009.
1.2
Rumusan Masalah
Apakah
variabel pengetahuan dan pekerjaan berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif
di Wilayah Kerja Puskesmas Swakelola Kenten Kecamatan Ilir Timur II Palembang
tahun 2009?
1.3
Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk
mengetahui apakah variabel pengetahuan dan pekerjaan berhubungan dengan
pemberian ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Swakelola Kenten Kecamatan
Ilir Timur II Palembang tahun 2009.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Diketahuinya distribusi
frekuensi pengetahuan ibu dengan pemberian ASI
eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Swakelola Kenten Kecamatan Ilir
Timur II Palembang tahun 2009.
2. Diketahuinya distribusi
frekuensi pekerjaan ibu dengan pemberian ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas
Swakelola Kenten Kecamatan Ilir Timur II Palembang tahun 2009.
3. Diketahuinya hubungan
pengetahuan ibu dengan pemberian ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas
Swakelola Kenten Kecamatan Ilir Timur II Palembang tahun 2009.
4. Diketahuinya hubungan pekerjaan
ibu dengan pemberian ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Swakelola Kenten
Kecamatan Ilir Timur II Palembang tahun 2009.
1.4
Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
referensi (kepustakaan) khususnya bagi Mahasiswi Akademi Kebidanan dan Mahasiswa Program Studi
Kesehatan lainnya.
1.4.2 Bagi Puskesmas
Hasil
penelitian ini diharapkan memberikan masukan bagi puskesmas dan petugas
kesehatan untuk mengevaluasi masalah pemberian ASI eksklusif pada ibu-ibu yang menyusui
dan lebih pro-aktif dalam pemberian penyuluhan tentang ASI eksklusif.
1.4.3 Bagi Penulis
Diharapkan
hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam menerapkan
ilmu dan dapat dijadikan data dasar untuk penelitian selanjutnya.
1.5
Ruang Lingkup
Ruang
lingkup penelitian ini dibatasi hanya pada variabel pengetahuan dan pekerjaan
ibu dengan pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Swakelola Kenten Kecamatan Ilir
Timur II Kota Palembang tahun 2009.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
ASI Eksklusif
2.1.1
Definisi
ASI
eksklusif adalah pemberian ASI sedini mungkin setelah persalinan, diberikan
tanpa jadwal dan tidak diberi makanan lain, walaupun hanya air putih sampai
bayi berumur 6 bulan (Purwanti, 2004).
2.1.2
Komposisi ASI
Menurut
Roesli (2005) komposisi yang terkandung dalam ASI adalah sebagai berikut :
1. Kolostrum pelindung
Kandungan
protein dalam kolostrum jauh lebih tinggi daripada ASI. Hal ini menguntungkan
bayi yang baru lahir karena dengan mendapat sedikit kolostrum sudah mendapat
cukup protein yang dapat memenuhi kebutuhan bayi pada minggu pertama.
2. ASI transisi atau peralihan
ASI
peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum menjadi ASI
yang matang.
3. ASI matang (matuer)
Merupakan
ASI yang dikeluarkan pada sekitar hari ke-14 dan seterusnya, komposisi relatif
konstan.
4. Perbedaan komposisi ASI dari menit
ke menit
ASI
yang keluar pada menit pertama dinamakan foremik. Foremik mempunyai komposisi
yang berbeda dengan ASI yang keluar kemudian (hindmilk) foremik encer. Hindmilk
mengandung lemak 4-5 kali lebih banyak dibanding foremik.
5. Lemak ASI
Jenis
lemak yang ada dalam ASI mengandung lemak rantai panjang yang dibutuhkan oleh
sel jaringan otak yang sangat dicerna karena mengandung enzim lipase.
6. Karbohidrat ASI
Karbohidrat
utama ASI adalah laktosa (gula). ASI mengandung lebih banyak laktosa dibanding
dengan susu mamalia lainnya atau sekitar 20 - 30% lebih banyak dari susu sapi.
7. Protein ASI
Protein
adalah bahan baku
untuk tumbuh kualitas protein sangat penting selama tahun pertama kehidupan
bayi, karena pada saat ini pertumbuhan bayi paling cepat. Air susu ibu
mengandung protein khusus yang dirancang untuk pertumbuhan bayi manusia.
Susu
sapi dan ASI mengandung dua macam protein utama yaitu whey dan kasein (casein).
Whey adalah protein yang halus,
lembut dan mudah dicerna.
Kasein
adalah protein yang bentuknya kasar, bergumpal dan sukar dicerna oleh usus bayi
8. Faktor pelindung dalam ASI
Pada
waktu lahir sampai bayi berusaha beberapa bulan, bayi belum dapat membentuk kekebalan
sendiri secara sempurna. ASI mampu memberikan perlindungan baik secara aktif
maupun pasif. ASI tidak saja menyediakan perlindungan yang unik terhadap
infeksi dan alergi, tetapi juga merangsang perkembangan sistem kekebalan bayi
itu sendiri.
ASI
eksklusif akan terlindung dari berbagai macam infeksi baik yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur atau
parasit. ASI juga ternyata mengandung zat anti infeksi antara lain :
a. Sel-sel darah putih.
b. Imunoglobin atau antibiotika
alamiah.
c. Imunisasi pasif dan aktif oleh
ASI.
d. Sistem perlindungan tubuh yang
selalu diperbaharui.
9. Vitamin, mineral dan zat besi ASI
Zat
nutrisi yang terdapat di ASI tidak dapat ditiru oleh manusia zat-zat ini
bersifat unik, karena sebagian besar zat yang ada di ASI dapat digunakan oleh tubuh. Berikut ini perbandingan
ASI dengan susu formula :
a. ASI mengandung vitamin dan mineral
yang lengkap.
b. Meski kadar mineral ASI relatif
rendah, tetapi cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan.
c. Hampir semua vitamin dan mineral
dalam ASI akan diserap oleh tubuh bayi.
d. Zat makanan yang tidak terserap
akan memperberat kerja usus bayi, menggangu
keseimbangan (ekologi) dalam usus bayi dan meningkatkan pertumbuhan
bakteri yang jahat.
e. Satu hal yang menyebabkan ASI
efisien adalah jumlah zat-zat ini akan berubah secara otomatis sesuai dengan
kebutuhan pertumbuhan bayi saat itu.
2.1.3
Produksi ASI
Proses pengeluaran air susu juga
tergantung pada let down refle, dimana hisapan puting dapat merangsang serabut
otot halus di dalam dinding saluran susu agar membiarkan air susu dapat mengalir
dengan mudah dan lancar.
Menurut Baskoro (2008) berdasarkan waktu
diproduksi ASI dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
1.
Kolostrum
Kolostrum merupakan cairan kental
yang ideal yang berwarna kekuning-kuningan lebih kering dibandingkan ASI
mature.
2.
Air susu masa peralihan
Merupakan ASI peralihan dan
colostrum menjadi ASI mature.
3.
Air susu mature
Merupakan makanan yang dianggap aman
bagi bayi bahkan ada yang mengatakan pada ibu yang sehat ASI merupakan makanan
satu-satunya yang diberikan selama 6 bulan pertama bagi bayi.
2.1.4 Manfaat Pemberian ASI
1.
Bagi Bayi
a.
Sebagai makanan tunggal untuk
memenuhi semua kebutuhan pertumbuhan bayi sampai usia 6 bulan.
b.
Meningkatkan daya tahan tubuh
karena mengandung berbagai zat anti kekebalan sehingga akan lebih jarang sakit.
ASI juga akan mengurangi terjadinya mencret, sakit telinga dan infeksi saluran
pernafasan.
c.
Melindungi anak dari serangan
alergi.
d.
Mengandung asam lemak yang
diperlukan untuk pertumbuhan otak sehingga bayi ASI eksklusif potensial lebih
pandai.
e. Meningkatan daya penglihatan dan
kepandaian bicara (Roesli, 2005).
2.
Bagi Ibu
a.
Aspek kesehatan ibu
Isapan bayi pada payudara akan
merangsang terbentuknya oksitosin oleh kelenjar hipofisis. Oksitosin membantu involusi
uterus dan mencegah terjadinya perdarahan persalinan.
b.
Aspek keluarga berencana
Menyusui secara murni (eksklusif)
dapat menjarangkan kehamilan.
c.
Aspek psikologis
Keuntungan menyusun bukan hanya
bermanfaat bagi bayi, tetapi juga untuk ibu. Ibu akan merasa bangga dan
diperlukan, rasa yang dibutuhkan oleh semua manusia (Suradi, dkk, 2003).
2.1.5
Keuntungan dan Kerugian
Pemberian ASI
Menurut
Manuaba (1998) keuntungan pemberian ASI adalah sebagai berikut :
1. ASI mempunyai kelebihan dalam
susunan kimia, komposisi biologis dan mempunyai substansia.
2. ASI siap setiap saat untuk
diberikan pada bayi dengan sterilisasi yang terjamin.
3. ASI dapat disimpan selam 8 jam
tanpa perubahan apapun, sedangkan susu botol hanya cukup 4 jam.
4. Karena bersifat spesifik, maka
pertumbuhan bayi baik dan berhak dari beberapa penyakit penyakit.
5. Ibu yang siap memberikan ASI
mempunyai
Keuntungan pemberian
ASI :
a. Terjadi laktasi amenorea, dapat
bertindak sebagai metode KB dalam waktu relatif 3 sampai 4 bulan.
b. Mempercepat terjadinya involusi
uterus.
c. Pemberian ASI mengurangi kejadian
karsinoma mammae.
d. Melalui pemberian ASI kasih sayang
ibu terhadap bayi lebih baik sehingga menumbuhkan hubungan batin lebih sempurna.
Kerugian pemberian ASI
:
a. Waktu pemberian ASI tidak
terjadwal, tergantung dari bayinya.
b. Terdapat kesulitan bagi ibu yang
bekerja di luar rumah.
2.1.6
Larangan untuk Memberikan
ASI
Menurut Manuaba (1998) sekalipun upaya untuk
memberikan ASI digalakkan tetapi beberapa kasus pemberian ASI tidak dibenarkan.
1. Faktor dari ibu
a. Ibu dengan penyakit jantung yang
berat akan menambahnya penyakit ibu.
b. Ibu dengan pre-eklampsia dan
eklampsia.
c. Penyakit infeksi berat pada
payudara, sehingga kemungkinan menular pada bayinya.
d. Karsinoma payudara mungkin dapat
menimbulkan metastasis.
e. Ibu dengan psikosis dengan
pertimbangan kesadaran ibu sulit diperkirakan sehingga dapat membahayakan bayi.
f. Ibu dengan infeksi virus.
g. Ibu dengan TBC atau lepra.
2. Faktor dari bayi
a. Bayi dalam keadaan kejang-kejang
yang dapat menimbulkan bahaya aspirasi ASI.
b. Bayi yang menderita sakit berat
dengan pertimbangan dokter anak tidak dibenarkan untuk mendapatkan ASI.
c. Bayi dengan berat badan lahir
rendah.
d. Bayi dengan cacat bawaan yang
tidak mungkin menelan.
e. Metabolisme yang tidak dapat
menerima ASI, penyakit metabolisme seperti alergi ASI.
2.1.7
Berbagai Masalah
Menyusui pada Bayi
1. Kurang informasi
Akibat
kurang informasi, banyak ibu menganggap susu formula sama baiknya. Hal ini
menyebabkan ibu lebih cepat memberikan susu formula jika merasa ASI-nya kurang
atau terbentur kendala menyusui. Untuk dapat melaksanakan program ASI eksklusif
ibu dan keluarganya perlu menguasai informasi tentang fisiologis laktasi,
keuntungan dan kerugian pemberian ASI. Cara menyusui yang baik dan benar dan siap dihubungi jika terdapat keluhan
atau masalah seputar menyusui (Danuatmaja, 2007).
2. Puting susu yang pendek atau
terbenam
3. Payudara bengkak
Tiga
hari pasca persalinan payudara sering terasa penuh, tegang dan nyeri. Kondisi
ini terjadi akibat adanya bendungan pada pembuluh darah di payudara sebagai
tanda ASI mulai banyak diproduksi. Untuk menghindari dan mengatasi payudara
bengkak, berilah ASI pada
bayi segera sebelum lahir dengan posisi yang benar dan tanpa jadwal
(Danuatmaja, 2007).
4. Puting susu nyeri atau lecet
Untuk
mengatasi puting lecet dan nyeri, perbaiki posisi menyusui. Mulailah menyusui
dari payudara yang tidak sakit karena isapan pertama bayi yang lapar biasanya
lebih keras. Untuk mengobati lecet, gunakan cara alami yaitu dengan mengoleskan
sedikit ASI pada puting tersebut dan biarkan kering. Jika rasa sakit tidak
tertahankan ibu dapat minum obat pengurang rasa sakit (Mila, 2003).
5. Ibu Bekerja
Cuti
melahirkan di Indonesia
rata-rata tiga bulan. Setelah itu banyak ibu khawatir terpaksa memberi bayinya
susu formula karena ASI perah tidak cukup, yang diajarkan adalah mulailah
menabung ASI perah sebelum masuk kerja. Semakin banyak “tabungan” ASI perah
sebelum masuk kerja, semakin besar peluang menyelesaikan program ASI eksklusif
(Meiliasari, 2007).
2.2
Faktor-faktor yang
Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif yang Diteliti
2.2.1
Pengetahuan
Dari
penelitian terhadap 900 ibu, diperoleh fakta bahwa yang dapat memberi ASI
eksklusif selama 4 bulan hanya 5%, padahal 98% ibu-ibu tersebut menyusui dari
penelitian tersebut tidak pernah mendapatkan informasi khusus tentang ASI,
sedangkan 70,4% ibu tidak pernah mendengar informasi tentang ASI eksklusif
(Roesli, 2000).
2.2.2
Pekerjaan
Kegiatan
yang dilakukan ibu-ibu juga mempunyai hubungan bermakna dengan pemberian ASI
eksklusif. Proporsi menyusui ASI eksklusif pada ibu rumah tangga lebih besar
dibandingkan ibu yang mencari nafkah dan membantu mencari nafkah. Aktivitas dan
pekerjaan yang dilakukan ibu terkadang melupakan ibu bahkan tidak dapat
meluangkan sedikit waktu untuk menyusui bayinya (Anggraini, 2005).
2.3
Faktor-faktor yang
Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif yang tidak Diteliti
2.3.1
Sikap Ibu
Menurut
Arifin dalam Susita (2007), proses menyusui merupakan proses interaksi antara
sikap ibu dan bayi yang mempengaruhi kedua belah pihak karena akan timbul rasa
percaya diri bahwa ibu mampu menyusui ataupun memproduksi ASI yang mencukupi
untuk bayi, besar pengaruhnya bagikeberhasilan menyusui.
2.3.2
Pendidikan Ibu
Tingkat
pendidikan tertinggi yang ditamatkan oleh ibu-ibu serta berpendidikan SD belum
tamat dan tamat mempunyai kemungkinan menyusui ASI eksklusif 6 kali
dibandingkan ibu yang baik tidak tamat atau tamat SD (Soeparmanto, 2001).
2.3.3
Umur Ibu
Semakin
bertambah umur ibu semakin kecil proporsi menyusui ASI eksklusif. Proporsi
terbesar terdapat pada umur 21-30 tahun yaitu 69,5% tetapi proporsi menyusui
ASI eksklusif pada umur 41 tahun atau lebih proporsinya cukup besar 64,4%. Jadi
tampak keberanian untuk menyusui bayi tidak ragu-ragu bagi ibu-ibu yang relatif
tua umurnya (Susita, 2007).