Ilmu Asuhan Kebidanan dan Keperawatan

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG PRE-EKLAMPSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SWAKELOLA KENTEN PALEMBANG TAHUN 2009


BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Pre-eklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ketiga kehamilan tetapi dapat terjadi sebelumnya, misalnya pada molahidatidosa (Wiknjosastro, 2005).
Pre-eklampsia  dan eklampsia juga merupakan penyebab kesakitan dan kematian ibu hamil. Angka kejadian Pre-eklampsia menurut data dari Word Health Organization (WHO) di negara maju berkisar 0,05% - 0,1%, sedangkan angka kematian ibu hamil yang diakibatkan pre-eklampsia di negara berkembang masih tinggi yaitu berkisar 0,3% - 0,7% (Ridwan Amirudin, 2008).
Penyebab utama kematian ibu di Indonesia dan Negara-negara lainnya di dunia hampir sama, diantaranya akibat perdarahan (25%), infeksi (14%), pre-eklampsia (PE) dan eklampsia (E) (13%) serta akibat persalinan yang lama (7%). Pre-eklampsia dan eklampsia merupakan salah satu donatur kesakitan dan kematian ibu disamping perdarahan pasca persalinan dan infeksi (Nugraha, 2007).
 Tingginya kejadian pre-eklampsia dan eklampsia di negara berkembang disebabkan karena masih rendahnya status sosial ekonomi dengan kurangnya pengetahuan dan persepsi tentang kesehatan terutama kesehatan reproduksi sehingga mengakibatkan terbatasnya pemahaman dan akses ibu terhadap pelayanan kesehatan (Ridwan Amiruddin, 2008).
Menurut data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan menyatakan Angka Kematian Ibu ( AKI ) di kota Palembang tahun 2006 adalah 15 orang, dengan proporsi penyebab kematian yaitu, Eklamsia 2 orang ( 13 % ), HPP 4 orang ( 26,6 % ), HAP 4 orang  ( 26,6 % ), Thypoit dan Syok 1 orang ( 6,6 % ), Post SC  1 orang ( 6,6 % ), hamil 32 minggu 1 orang            ( 6,6 % ) dan kelainan Jantung 2 orang ( 13,3 % ).
Dari data Word Health Organization (WHO) dan Dineks Propinsi kematian ibu hamil akibat pre-eklampsia dan eklampsia ternyata masih tinggi. Tingginya angka tersebut dimungkinkan karena kurangnya pengetahuan ibu Pasangan Usia Subur (PUS) tentang Pre-eklampsia yang dibuktikan dengan faktor-faktor , gejala dan tanda maupun pencegahan dari timbulnya pre-eklampsia maupun eklampsia.
Bertitik tolak dari latar belakang di atas, maka penulis ingin melakukan penelitian dengan judul gambaran pengetahuan ibu hamil tentang pre-eklampsia di wilayah kerja Puskesmas Swakelola Palembang tahun 2009.

1.2    Rumusan Masalah
Masih tingginya angka kejadian penyakit pre-eklampsia dan kematian ibu hamil akibat ketidaktahuan dan pengetahuan masyarakat khususnya ibu Pasangan Usia Subur (PUS), maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran pengetahuan ibu hamil tentang pre-eklampsia di wilayah kerja Puskesmas Swakelola Kenten tahun 2009 ?
1.3    Tujuan Penelitian
1.3.1        Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu hamil tentang pre-eklampsia di wilayah kerja Puskesmas Swakelola Kenten Palembang tahun 2009.

1.3.2        Tujuan Khusus
1.      Untuk mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan ibu hamil tentang faktor risiko pre-eklampsia di wilayah kerja Puskesmas Swakelola Kenten Palembang tahun 2009.
2.      Untuk mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan ibu hamil tentang gejala dan tanda pre-eklampsia di wilayah kerja Puskesmas Swakelola Kenten Palembang tahun 2009.
3.      Untuk mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan ibu hamil tentang pencegahan pre-eklampsia di wilayah kerja Puskesmas Swakelola Kenten Palembang tahun 2009.

1.4    Manfaat Penelitian
1.4.1        Bagi Instalasi Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam meningkatkan mutu dan pelayanan kesehatan ibu terutama terhadap kejadian pre-eklampsia.

1.4.2        Bagi Institusi Pendidikan
Untuk menambah pengetahuan terhadap penerapan teori oleh mahasiswa program Studi D III Akademi Kebidanan Budi Mulia Palembang sebagai bahan untuk menambah kepustakaan.

1.4.3        Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan pada masyarakat khususnya ibu-ibu hamil.

1.4.4        Bagi Peneliti
Dengan melakukan penelitian, peneliti dapat menambah wawasan dan pengetahuan khususnya tentang gambaran pengetahuan ibu hamil tentang kejadian pre-eklampsia sebagai pengalaman proses belajar khususnya dibidang metodologi penelitian.

1.5    Ruang Lingkup
Penelitian ini dilakukan terhadap pengetahuan ibu-ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Swakelola Kenten Palembang Tahun 2009.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Konsep Pre-eklampsia
2.1.1   Definisi Pre-eklampsia
Pre-eklampsia merupakan suatu kondisi spesifik kehamilan dimana hipertensi diikuti edema dan proteinuria yang timbul karena kehamilan penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ketiga kehamilan tetapi dapat terjadi sebelumnya, misalnya pada molahidatidosa (Jensen dkk, 2005; Winkjosastro, 2005).

2.1.2   Etiologi
Apa yang menjadi penyebab pre-eklampsi sampai sekarang belum diketahui. Telah terdapat banyak teori yang menerangkan sebab musabab penyakit tersebut, akan tetapi tidak ada yang dapat memberi jawaban yang memuaskan. Teori yang diterima harus dapat menerangkan hal-hal berikut :
1.       Sebab bertambahnya frekuensi dan primigraviditas, kehamilan ganda, hidramnion dan molahidatidosa.
2.       Sebab bertambahnya frekuensi dengan makin tuanya kehamilan.
3.       Sebab dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam uterus.
4.       Sebab jarangnya terjadi eklampsia pada kehamilan-kehamilan berikutnya.
5.       Sebab timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma. 
(Wiknjosastro, 2005).
2.1.3   Faktor-faktor Resiko Pre-eklampsia
1.      Primigravida atau multipara dengan usia lebih tua.
2.      Usia < 18 atau > 35.
3.      Berat : < 50 kg atau gemuk.
4.      Adanya proses penyakit kronis diabetes melitus, hipertensi, penyakit ginjal, penyakit pembuluh darah kolagen.
5.      Kehamilan molahidatidosa.
6.      Komplikasi kehamilan: kehamilan multipel, janin besar, hidrop janin, polihidramnion.
7.      Pre-ekalmpsia pada kehamilan sebelumnya.
8.      Materi genetik baru.
 (Jensen, dkk. 2005).

2.1.4   Diagnosis
Diagnosis dini harus diutamakan bila diinginkan angka morbiditas dan mortalitas rendah bagi ibu dan anaknya. Walaupun terjadinya pre-eklampsi sukar dicegah, namun pre-eklampsia berat dan eklampsia biasanya dapat dihindarkan dengan mengenal secara dini penyakit itu dan dengan penanganan secara sempurna.
Pada umumnya diagnosis pre-eklampsi didasarkan atas dua dari trias tanda utama : hipertensi, edema dan proteinuria. Hal ini memang berguna untuk kepentingan statistik, tetapi dapat merugikan penderita karena tiap tanda dapat merupakan bahaya kendatipun ditemukan tersendiri. Adanya satu tanda harus menimbulkan kewaspadaan, apalagi oleh karena cepat tidaknya penyakit meningkat tidak dapat diramalkan, dan bila eklampsia terjadi, maka prognosis bagi ibu maupun janin menjadi jauh lebih buruk. Tiap kasus pre-eklampsi oleh sebab itu ditangani dengan sungguh-sungguh (Wiknjosastro, 2005)

2.1.5   Klasifikasi Pre-eklampsia
Pre-eklampsia digolongkan ke dalam pre-eklampsia ringan dan pre-eklampsia berat dengan gejala dan tanda sebagai berikut :
1.      Pre-eklampsia Ringan
a.       Peningkatan tekanan darah sistolik sebesar 30 mmHg atau lebih, peningkatan tekanan darah histolik sebesar ³ 15 mmHg atau hasil pemeriksaan sebesar 140/90 mmHg dua kali dengan jarak enam jam.
b.      Peningkatan berat badan lebih dari 0,5 kg/minggu selama trimester kedua dan ketiga.
c.       Proteinuria sebesar 300 mg/24 jam.
d.      Edema dependen, bengkak di mata, wajah, jari dan kaki.
(Jensen dkk, 2005)
2.      Pre-eklampsia Berat
a.       Peningkatan tekanan darah menjadi ³ 160/110 mmHg pada dua kali pemeriksaan dengan jarak enam jam pada ibu hamil yang beristirahat di tempat tidur.
b.      Peningkatan berat badan sama dengan pre-eklampsia ringan yaitu lebih dari 0,5 kg/minggu.
c.       Proteinuria 5 sampai 10 gr/l dalam 24 jam.
d.      Edema umum, bengkak semakin jelas di mata, wajah, jari dan kaki.
e.       Oliguria : < 30 ml/jam atau 120 ml/4 jam.
f.       Keluhan subjektif :
1.      Nyeri epigastrium
2.      Gangguan penglihatan
3.      Nyeri kepala
4.      Edema paru dan sianosis
5.      Gangguan kesadaran
(Jensen, dkk, 2005)

2.1.6   Pencegahan Pre-eklampsia
Pemeriksaan antenatal yang teratur dan teliti dapat menunjukkan tanda-tanda dini pre-eklampsia dalam hal itu harus dilakukan penanganan semestinya. Kita perlu lebih waspada akan timbulnya pre-eklampsia dengan adanya faktor-faktor predisposisinya.
Penjelasan tentang manfaat istirahat dan diet berguna dalam pencegahan. Istirahat tidak selalu berarti berbaring di tempat tidur namun pekerjaan sehari-hari perlu dikurangi dan dianjurkan lebih banyak duduk dan berbaring. Diet tinggi protein dan rendah lemak, karbohidrat, garam dan penambahan berat badan yang tidak berlebihan perlu dianjurkan (Wiknjosastro, 2005).
Pengkajian tentang diet ibu dan memberi penjelasan defesiensi nutrisi adalah sebabgai berikut :
1.      Hindari makanan asin misalnya makanan kaleng, soda, kentang goreng, asinan.
2.      Konsumsi diet yang bergizi dan seimbang.
3.      Hindari alkohol dan rokok.
4.      Minum air 8 sampai 10 gelas setiap hari.
5.      Konsumsi makanan yang mengandung serat, misalnya gandum, buah-buahan mentah dan sayur – mayur. ( Jensen dkk, 2005 ).

2.1.7   Penatalaksanaan
1.      Penatalaksanaan Pre-Eklampsia Ringan
a.       Rawat inap di rumah sakit
b.      Bed rest dengan menurunkan akitifitas fisik
c.       Sering melakukan pengukuran TD (setiap empat jam kecuali tengah malam dan pagi hari).
d.      Pemeriksaan laboratorium: pemeriksaan protein dalam urin (untuk dievaluasi setiap dua hari), hematokrit, hitung trombosit, kadar kreatinin, urat dan fungsi hati (untuk dievaluasi dua kali seminggu).
e.       Evaluasi janin dengan USG (pada saat masuk rumah sakit dan setelah itu, dua minggu sekali).
f.       Keadaan janin dengan profil biofisika (NST dan indeks cairan ketuban dua kali seminggu).
g.      Pemberian anti hipertensi Methyl Dopa dan Mifedipin bila diastolik > 90. Hindari pemberian diuretik.
h.      Lahirkan bayi jika kandungan pasien telah cukup umur atau ketika terdapat tanda­-tanda ketidakstabilan ibu atau janin.
2.      Penatalaksanaan Pre Eklampsia berat
Pre-eklampsia biasanya memerlukan persalinan segera. Penatalaksanaan harus mencakup terapi berikut ini secara bersamaan:
a.       Profilaksis kejang
1)      Magnesium sulfat (MgSO4) intravena harus diberikan selama persalinan dan selama evaluasi awal pasien penderita pre-eklampsia berat.
2)      MgSO4 digunakan untuk menghentikan dan/atau mencegah konvulsi tanpa menyebabkan depresi SSP umum untuk ibu maupun janin.
3)      MgSO4 tidak diberikan untuk mengobati hipertensi.
4)      Dosis awal: 4 gm MgSO4 diencerkan dalam 10 mL larutan cairan IV (Ringer laktat) selama 10 menit dengan tetesan IV lambat.
5)     Dosis jaga (maintenance): 1-2 gm/jam dengan tetesan IV lambat yang dimulai segera setelah dosis awal dan dilanjutkan selama 24 jam setelah persalinan atau setelah konvulsi terakhir.
6)     MgSO4 harus selalu diberikan dengan metode infus terkendali/ pantau untuk mencegah overdosis yang dapat bersifat letal.
7)     MgSO4 yang diberikan secara parenteral dibersihkan hampir secara total oleh ekskresi ginjal: keracunan magnesium dihindari dengan memastikan bahwa sebelum pemberian setiap dosis pasien memiliki:
a)      Output urin tidak kurang dari 30 mL/jam
b)     Refleks patela yang terjaga
c)      Kecepatan pemafasan di atas 12/menit
8)      Kalsium glukonat (1 gm IV yang disuntikkan selama beberapa menit) mungkin diberikan untuk antidot toksisitas MgSO4 jika toksisitas terjadi dan hanis terscdia.
9)      Konvulsi eklampsia hampir selalu dicegah oleh kadar magnesium plasma yang dipertahankan pada 4-7 mEq/L. Hilangnya refleks patella dimulai dengan kadar plasma 10 mEq/L; henti nafas terjadi pada kadar 12-15 m Eq/L. Jika keduanya tidak terjadi, disarankan untuk memeriksa kadar MgSO4 secara periodik selama masa pemakaian obat.
b.      Terapi anti hipertensi
1)     Obat-obatan anti hipertensi menjaga agar perdarahan intrakranial pada ibu tidak terjadi.
2)     Terapi kronis hipertensi sedang tidak akan menunda laju penyakit, memperpanjang kehamilan atau menurunkan risiko kejang.
3)     Tekanan darah ibu tidak boleh diturunkan hingga lebih rendah dari 140/90 mmHg karena tekanan yang lebih rendah akan menurunkan perfusi utero-plasenta.
4)     Obat yang paling umum digunakan selama kehamilan:
a)      Nifedipine
-         Penghambat kanal kalsium, terutama efektif untuk periode pasca persalinan
-         10-20 mg setiap 6 sampai 8 jam. Pemberian sublingual tidak direkomendasikan karena efek vasodilator poten yang dimilikinya
-         Efek samping mencakup sakit kepala, aliran udara panas dan berdebar
b)      Labetalol atau Atenolol
-         Antagonis campuran alfa dan beta: dosis: 3-4 x 50 mg/ hari.
-         10-20 mg bolus intravena yang dapat diulang setiap 10 menit hingga dosis maksimal 300 mg. Alternatif lain, infus labetalol tanpa berhenti pada kecepatan l - 2 mg/jam dapat digunakan dan dititrasi sesuai dengan kebutuhan.
(Farid W.Husain, 2009).

2.2         Konsep Pengetahuan
2.2.1   Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari apa yang diketahui seseorang dan ini terjadi setelah orang tersebut melakukan pengindraan terhadap objek tertentu.Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, sebagian pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.(Notoatmodjo, 2003).
Notoadmojo (2003) mengatakan pengetahuan memiliki 6 (enam) ruang lingkup,yaitu:
1.      Tahu (Know)
Tahu diartikan mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat tinggi adalah mengingat kembali (recal) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahasan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
2.      Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3.      Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagi kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.
4.      Analisis (Analysis)
Suatu kemampuan menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen, tapi masih didalam suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5.      Sintesis (Syntesis)
Merupakan suatu kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi
6.      Evaluasi (Evaluation)
Merupakan kemampuan untuk melakukan justifiksi atau penilaian terhadap suatu materi. 

Share:

Popular Posts

Jumlah Pengunjung

Cari judul yang anda butuhkan disni

Blog Archive

© Al Anshor 2017 All Reserved. Powered by Blogger.

Labels

Blog Archive