BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Pengetahuan tentang inisiasi
menyusu dini belum banyak diketahui masyarakat, bahkan juga petugas kesehatan.
Hal ini wajar karena inisiasi menyusu dini adalah ilmu pengetahuan yang baru
bagi Indonesia. Selama ini penolong persalinan selalu memisahkan bayi dari
ibunya segera setelah lahir, untuk dibersihkan, ditimbang, ditandai, dan diberi
pakaian. Ternyata proses ini sangat mengganggu proses alami bayi untuk menyusu.
Dapat kita ketahui inisiasi dilakukan ketika bayi lahir, tali pusat dipotong
lalu dilap kering dan langsung diberikan kepada ibu. Sampai disitu biarkan bayi
didada ibu minimal 30 menit sampai bayi mencari sendiri puting susu ibunya,
masa ini bisa sampai 2 jam dan hal ini tidak menjadi masalah (Roesli, 2008).
Berdasarkan penelitian WHO (World Health Organization) di enam negara berkembang, resiko
kematian bayi antara usia 9 – 12 bulan meningkat 40% jika bayi tersebut tidak
disusui. Untuk bayi berusia di bawah dua bulan, angka kematian ini meningkat
menjadi 480% (Roesli, 2000).
Lembaga Internasional United Children and Education Federation (UNICEF) memperkirakan
pemberian ASI ekslusif sampai usia enam bulan dapat mencegah kematian 1,3 juta
anak berusia di bawah lima
tahun. Suatu penelitian 16% kematian bayi dapat dicegah melalui pemberian ASI
pada bayi sejak hari pertama kelahirannya. Angka ini naik menjadi 22% jika
pemberian ASI dimulai dalam satu jam pertama setelah kelahiran bayi (Republika News Room, 2008).
Pada tahun 2007, World
Health Organization (WHO) atau United
Children and Education Federation (UNICEF) mengeluarkan protokol baru
tentang “ASI segar” yang harus diketahui kontak kulit ibu dengan kulit bayi
segera setelah lahir selama paling sedikit satu jam dan bantu ibu mengenali
kapan bayinya siap menyusu (JNPK, 2007).
Di Indonesia, dimana angka kematian bayi mencapai 35 per
1.000 kelahiran hidup atau sekitar 175.000 bayi meninggal setiap tahunya
sebelum mencapai usia satu tahun. Diperkirakan inisiasi menyusu dini dapat
menyelamatkan 30.000 bayi yang meninggal pada bulan pertama setelah
kelahirannya di Indonesia . (Ani, 2008).
Sesuai dengan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) tahun 2007 Angka Kematian Bayi (AKB) masih berada pada kisaran 25 per
1000 kelahiran hidup, upaya untuk mencegah kematian bayi baru lahir yang baru
disosialisasikan di Indonesia
sejak Agustus 2007 adalah melalui Inisiasi menyusui dini (Nurningtyas, 2007).
Berdasarkan sejumlah penelitian bermakna praktik
inisiasi menyusui dini tersebut dapat mengurangi 22% dari semua kematian bayi
baru lahir yang terjadi sebelum usia satu bulan (JNPK, 2007).
Tidak hanya itu iniasi menyusui dini juga dinyatakan
menekan angka kematian bayi baru lahir (AKB) hingga mencapai 22%. Berdasarkan
demografi kesehatan Indonesia
angka kematian bayi pada tahun 2001. Untuk penduduk miskin masih 1,5 kali lebih
tinggi dibanding penduduk terkaya dengan masih besarnya jumlah penduduk miskin
di Indonesia yaitu sekitar 37,34 juta jiwa atau 17,4% pada tahun 2003 (Depkes,
2008).
Menurut survey di Indonesia menyatakan bahwa hanya 4%
wanita di Indonesia
yang melaksanakan inisiasi menyusui dini, sedangkan 96% lainnya tidak
mempraktekannya. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa 22% kematian bayi dapat di
cegah melalui pemberian ASI dalam satu jam pertama setelah kelahirannya
(Verayanti, 2008).
Sedangkan di Bidan Praktek
Swasta pelaksanaan inisiasi menyusui dini belum ada laporan secara resmi
termasuk Bidan Praktek Swasta yang ada di kota Palembang. Menyangkut pentingnya
inisiasi menyusui dini untuk menekan AKB perlu pelaksanaan inisiasi menyusui
dini tersebut dilakukan di setiap pelayanan kesehatan khususnya Bidan Praktek
Swasta.
Berdasarkan fenomena di atas,
penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang inisias menyusui dini di Klinik Budi Mulia Medika
Palembang Tahun 2009.Dengan judul “Gambaran Pengetahuan dan Sikap Ibu Post
Partum Terhadap Inisiasi Menuyusui Dini di Klinik Budi Mulia Medika Palembang Tahun 2009.
1.2.
Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran pengetahuan
dan sikap ibu post partum terhadap Inisiasi Menyusui Dini di Klinik Budi Mulia Medika Palembang
Tahun 2009?
1.3.
Tujuan Penelitian
1.3.1.
Tujuan Umum
Diketahuinya gambaran pengetahuan dan sikap ibu post partum terhadap
Inisiasi Menyusui Dini di Klinik Budi Mulia Medika
Palembang Tahun 2009.
1.3.2.
Tujuan Khusus
1.3.2.1.
Diketahuinya
gambaran pengetahuan ibu post partum terhadap pengertian Inisiasi Menyusui Dini
di Klinik Budi Mulia Medika
Palembang Tahun 2009.
1.3.2.2.
Diketahuinya
gambaran pengetahuan ibu post partum terhadap tujuan pemberian Iniasi Menyusui
Dini di Klinik Budi Mulia Medika
Palembang Tahun 2009.
1.3.2.3.
Diketahuinya
gambaran pengetahuan ibu post partum terhadap manfaat Iniasi Menyusui Dini di Klinik Budi Mulia Medika tahun 2009.
1.3.2.4.
Diketahuinya
gambaran sikap ibu post partum terhadap Iniasi Menyusui Dini di Klinik Budi Mulia Medika Palembang
tahun 2009.
1.4.
Manfaat Penelitian
1.4.1.
Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi
yang bermanfaat untuk mengembangkan pengetahuan ilmu kebidanan terutama
mengenai peran ibu dalam pemberian ASI secara dini.
1.4.2.
Bagi Institusi Kesehatan / BPS
Sebagai bahan informasi dan dapat menjadi masukan yang
diharapkan untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di wilayah
kerjanya.
1.4.3.
Bagi Peneliti
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman dalam menerapkan ilmu kebidanan dan dapat dijadikan
data dasar untuk penelitian selanjutnya.
1.5.
Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini hanya melihat gambaran
pengetahuan dan sikap ibu post partum terhadap Inisiasi Menyusui Dini dengan
responden semua ibu yang melakukan
persalinan di Klinik Budi Mulia Medika Palembang
tahun 2009.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Definisi Inisiasi Menyusui Dini
Inisiasi Menyusui Dini (IMD) adalah
rangkaian kegiatan dimana bayi yang baru saja lahir secara naluri melakukan
aktifitas-aktifitas yang diakhiri dengan menemukan puting susu ibunya dan
menyusu darinya (Stikes Bhamada, 2008).
Inisiasi menyusui dini merupakan bayi
yang baru lahir yang tidak ada kontra indikasi atau bayi yang sehat akan
disusukan sesegera mungkin setelah lahir dalam waktu 30 – 60 menit merupakan
periodisasi emas bagi kehidupan bayi (Rusmawati, 2008).
Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dapat
meningkatkan kekebalan tubuh bayi sehingga mengurangi tingkat kematian bayi
yang baru lahir, gerakan bayi yang merangkak mencari puting susu dapat menekan
rahim dan mengeluarkan hormon yang membantu menghentikan pendarahan ibu (Ndoen,
2008).
2.2.
Tujuan Inisiasi Menyusui Dini
1.
Mengurangi 22% kematian bayi berusia 28 hari
kebawah
2.
Meningkatkan
keberhasilan menyusui secara eksklusif dan meningkatkan lamanya bayi
disusui.
3.
Merangsang produksi susu.
4.
Memperkuat refleks menghisap
bayi, refleks mengisap awalnya pada bayi
paling kuat dalam beberapa jam pertama setelah lahir (JNPK, 2007).
2.3.
Manfaat Inisiasi Menyusui Dini
Menurut Roesli (2008), manfaat IMD adalah :
2.3.1.
Bagi Bayi
1.
Anak yang dapat menyusui dini
dapat mudah sekali menyusu kemudian, sehingga kegagalan menyusui akan jauh
sekali berkurang, selain mendapatkan kolostrum yang bermanfaat untuk bayi
pemberian ASI ekslusif akan menurunkan kematian.
2.
ASI adalah cairan kehidupan
yang selain mengandung makanan juga mengandung penyerapan susu formula tak
diberi enzim sehingga penyerapannya tergantugn enzim di usus anak, sehingga ASI
tiak merebut enzim anak.
3.
Sering dikeluhkan ibu-ibu
adalah suplai ASI yang kurang, padahal ASI diproduksi berdasarkan demand jika
diambil bayak akan diberikan banyak, sedangkan bayi yang diberikan susu formula
perlu waktu satu minggu untuk mengeluarkan zat yang tidak dibutuhkan.
2.3.2.
Bagi Ibu
Merangsang pengeluaran hormon
oksitosin yang merangsang kontraksi otot polos rahim untuk pelepasan plasenta
sehingga mengurangi pendarahan pasca persalinan. Selain itu hormon prolaktin
yang keluar selama menyusui menekan pematangan sel telur sehingga dapat
menjarangkan kehamilan, berat badan ibu jua dapat cepat kembali turun karena
lemak yang ditimbulkan di bawah kulit selama hamil digunakan untuk pemberian
ASI serta menurunkan risiko terkena kanker payudara dan kanker leher rahim.
2.4.
Proses Inisiasi Menyusui Dini
2.4.1.
Inisiasi Menyusui Dini Yang Dianjurkan
1.
Sesaat setelah lahir sehabis
ari-ari di potong, bayi lansung diletakkan di dada si ibu tanpa membersihkan si
bayi kecuali tangannya, kulit bertemu kulit, setelah diletakka di dada si ibu
biasanya bayi hanya akan diam selama 20 – 30 menit dan ternyata hal ini terjadi
karena bayi sedang menetralisir keadaannya setelah trauma melahirkan.
2.
Setelah si bayi merasa lebih
tenang maka secara otomatis kaki si bayi mulai bergerak-gerak seperti hendak
merangkak, ternyata gerakan ini pun bukanlah gerakan tanpa makna karena
ternyata kaki si bayi iyu pasti hanya akan menginjak-injak perut ibu di atas
rahim.
3.
Setelah melakukan gerakan kaki
tersebut bayi akan melanjutkan dengan mencium tangannya, ternyata bau tangan si
bayi sama dengan bau air ketuban, dan juga wilayah sekitar puting susu si ibu
juga memiliki bau yang sama, ketika sudah mendekati puting susu ibu si bayi itu
akan menjilat-jilat dada si ibu.
4.
Setelah itu si bayi akan mulai
meremas-remas putting susu si ibu yang bertujuan untuk merangsang supaya Air
Susu Ibu (ASI) segara berproduksi dan bisa keluar.
5.
Terakhir barulah mulailah si
bayi itu menyusu (Dibkes Surabaya 2008).
2.4.2.
Inisiasi Menyusui Dini yang Kurang Tepat
1.
Begitu lahir, bayi diletakkan
di perut ibu yang sudah dialasi kain kering.
2.
Bayi segera dikeringkan dengan
kain kering. Tali pusat di potong, lalu diikat.
3.
Karena takut kedinginan, bayi
dibungkus (dibedong dengan silmut bayi)
4.
Dalam keadaan dibedong bayi
diletakkan di dada ibu (tidak terjadi kontak dengan kulit ibu) bayi diharapkan
di dada ibu untuk beberapa lama (10 – 15 menit) selesai menjahit perineum.
5.
Selanjutnya diangkat dan
disusukan pada ibu dengan cara memasukkan puting susu ibu ke mulu bayi.
6.
Setelah itu bayi di bawa ke
kamar transisi atau kamar pemikiran (recovery
room) untuk di timbang, di ukur, di cap diberi suntikkan vitamin K dan
kadang diberi tetes mata (Edmond , 2006).
2.5.
Tata Laksana Inisiasi
Menyusui Dini
2.5.1.
Tata Laksana IMD Secara Umum
1.
Dianjurkan suami atau keluarga
mendampingi ibu saat persalinan.
2.
Diserahkan untuk tidak atau
mengurangi penggunaan obat kimiawi saat persalinan dapat diganti dengan
non-kimiawi. Misalnya : pijat, aroma terapi, gerakan atau hypnobirthing.
3.
Biarkan ibu menentukan cara
melahirkan yang diinginkan, misalnya melahirkan normal, di dalam air, atau
dengan jongkok.
4.
Seluruh badan dan kepala bayi
dikeringkan secepatnya, kecuali dengan kedua tangannya.
5.
Bayi ditengkurapkan di dada
atau perut ibu biar kulit bayi melekat dengan kulit ibu.
6.
Bayi dibiarkan mencari puting
susu ibu agar dapat merangsang bayi dengan sentuhan lembut.
7.
Dianjurkan untuk memberikan
kesempatan kontak kulit dengan kulit pada ibu yang melahirkan dengan tindakan,
misalnya operasi caesar..
8.
Bayi dipisahkan dari ibu untuk
ditimbang, ukur dan di cap setelah satu jam menyusu awal selesai.
9.
Rawat gabung ibu dan bayi
dirawat dalam satu kamar selama 24 jam ibu dan bayi tetap dipisahkan dan bayi
selalu dalam jangkauan ibu.
2.5.2.
Tata Laksana IMD pada Operasi
Caesar
Usaha bayi merangkak mencari payudara
secara standar pasti tidak dapat dilakukan pada persalinan operasi caesar,
namum jika diberikan anestesi spinal atau epidural ibu dalam keadaan sadar
sehingga dapat segera memberi respons pada bayi.
2.6.
Fisiologi Menyusui
Buah dada terdiri dari atas sebuah
puting yang menonjol ditengah daerah sempit berwarna coklat atau merah muda
disebut areola. Akibat pengaruh hormon wanita yang dihasilkan indung telur,
payudara wanita terus berkembang. Saluran susu tumbuh dari puting ke dalam
bercabang menjadi saluran-saluran yang lebih kecil dan bercabang lagi membentuk
10 sampai 300 daerah-daerah kecil penghasil susu yang disebut alveoli. Bersamaan
dengan itu jaringan lemak mulai timbul di sekitar saluran susu sehingga
payudara semakin bulat dan memanjang.
Ketika payudara mulai digunakan untuk
menyusui, di bawah areola terdapat bagian saluran yang melebar disebut sinus
laktiferus yang berfungsi ibarat “waduk kecil” penampung susu atau “gudang
susu”. Agar bayi mendapatkan ASI, areola inilah yang perlu dimasukkan ke dalam mulut bayi-bukan hanya
puting-agar isapan dan gerakan lidah bayi dapat memerah ASI yang terdapat di
gudang susu” (Danuatmaja & Miliasari, 2003).
2.6.1.
Pemberian ASI
Pentingnya pemeberian ASI dlam
konteks inisiasi menyusui dini bukan saja untuk merangsang produksi ASI tetapi
juga fungsi penting lainnya adalah kandungan gizi dan fungsi antibiotik yang
terdapat dalam kolostrum yang akan sangat membantu sang bayi untuk terpenuhinya
kebutuhan gizi serta memberikan jenis kekebalan alami terbaik bagi sang bayi
(Verayanti, 2008)
2.6.2.
Komposisi ASI
Komposisi ASI sedemikian khususnya,
hingga komposisi ASI dari satu ibu ke ibu yang lainnya berbeda. Jadi, komposisi
ASI ternyata tidak tetap dan tidak sama dari waktu ke waktu dan disesuaikan
dengan kebutuhan bayinya (Roesli, 2008).
ASI bersifat khas untuk bayi karena
susunan limpanya mempunyai nilai biologis tertentu dan mempunyai subtansi yang
spesifik.
1.
Kolostrum
a.
Warna kuning jernih dengan
protein berkadar tinggi.
b.
Mengandung imunoglobin,
Laktotetin, ion-ion (Na, Ca, Zn, Fe, vitamin A, E, K, dan D), lemak dan rendah
laktasi.
c.
Pengeluaran kolostrum
berlangsung sekitar 2-3 hari dan diikuti ASI yang mulai berwarna putih.
2.
ASI Transisi Lantara
ASI lantara mulai berwarna putih bening dengan susunan
yang disesuaikan kebutuhan bayi dan kemampuan mencerna usus bayi.
3.
Air Sempurna
Pengeluaran ASI penuh sesuai dengan perkembangan usus
bayi, sehingga dapat menerima susunan bayi sempurna.
2.6.3.
Faktor-faktor Kekebalan ASI
Faktor ketebalan non spesifik
1.
Faktor bifidus
2.
Laktoferin
Laktoferin adalah bugus asam amino dalam ASI yang mampu
menghambat bakteri merugikan.
3.
Lisozim
Lisozim adalah suatu subtrat anti-infeksi yang berguna
untuk mata dan kadarnya 2 mg/100 ml.
Faktor Kekebalan Spesifik
1.
Sistem Komplemen
Terdiri dari Clg, Clr, C2-C9. Sistem komplemen ini ada
di dalam ASI yang akan menjadi aktif bila diaktifkan oleh kompleks antigen dan
antibodinya.
2.
Kanal Seluler
Kolostrum mengandung berbagai sel hidup.
3.
Imunoglobin
Imunoglobin ada 30 macam, 18 jenis berasal dari serum
ibu dan 12 macam ditemukan dalam ASI.
2.6.4.
Kontra Indikasi
Tidak ada kontra indikasi yang
absolut dari menyusui. Ada
sedikit kontra indikasi yang relatif dimana menyusui perlu diteruskan dengan
hati-hati dan atau dengan modifikasi.
Kontra indikasi relatif bagi menyusui mencakup :
1.
Puting yang terbalik masuk ke
dalam payudara.
2.
Lecet atau luka pada puting.
3.
Peradagan, payudara bengkak,
atau akses di payudara.
4.
Minum obat untuk kelainan
tiroid.
5.
TBC aktif, yang artinya bisa
menular kepada orang lain.
6.
Infeksi akut yang menyebabkan
demam, dan gejala yang berkaitan dengan yang lainnya.
7.
Masalah kesehatan serius
seperti malaria, kecanduan narkoba, gangguan mental, kelainan ginjal,
pendarahan hebat, setelah persalinan dan lain-lain.
2.7.
Faktor-faktor Yang Diteliti Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Secara
Dini atau Inisiasi Menyusui Dini
2.7.1.
Sikap Ibu
Reaksi atau respon seseorang yang
masih tertutup terhadap suatu stimulus atau pengetahuan atau objek (Muhammad
Ali, 2003).
Proses menyusui merupakan proses
interaksi antara sikap ibu dan bayi, yang mempengaruhi kedua belah pihak karena
akan timbul rasa percaya diri bahwa ibu mampu menyusui ataupun memproduksi ASI
yang mencukupi untuk bayi. Besar pengaruhnya bagi keberhasilan menyusui (Susinta,
2007).
Program Inisiasi Menyusui Dini
mempunyai manfaat yang besar untuk bayi maupun sang ibu yang melahirkan.
Tetapi, kurangnya pengetahuan dari orang tua, pihak medis maupun kengganan untuk
dapat melakukannya membuat Inisiasi Menyusui
Dini masih jarang dipraktekkan.
Informasi tentang Inisiasi Menyusui
Dini berikut informasi terhadap Inisiasi Menyusui Dini yang dapat mendorong
sikap anda untuk melakukannya sesaat setelah anda dilahirkan (Ferry Ndoen,
2008).
Selain itu memberikan informasi
mengenai persiapan melahirkan dan persiapan menyusui bagi ibu hamil serta
membuat kebijakan Inisiasi Menyusui Dini
yang dapat mengikat penolong persalinan dalam Inisiasi Menyusui Dini khususnya
pada persalinan normal (Fithri Nurnangtyas, 2009).
2.7.2.
Pengetahuan Ibu
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu
dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia sebagian besar pengetahuan
manusia melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2005).
Karena pengetahuan yang kurang
memadai atau persepsi yang keliru tentang payudara dan menyusui baik dalam hal
manfaat maupun segala sesuatu yang berkaitan dengan teknis pemberian ASI.
Akibatnya, ASI menjadi terbuang percuma. Ada
tidak tapi tidak dimanfaatkan, ibu lebih suka menukarnya dengan susu formula
padahal manfaat ASI sampai sekarang belum ada tandingannya (Sigit, 2004).
Dengan
ini maka peneliti melakukan penelitian untuk melihat apakah ada hubungan antara
tingkat pengetahuan ibu dengan pemberian ASI dini.
Pengetahuan
masyarakat masih kurang dan umumnya masih sangat sederhana/tradisional sehingga
masih banyak hal walaupu sepele, namun belum mengerti dengan baik dan benar
terutama tentang pentingnya ASI eksklusif bagi bayi berusia 0-6 bulan. Bahkan,
sial ASI oleh ibu menyusui dianggap sepele karena mereka masih menganggap
sepele karena masih menggap ASI bias diganti dengan memberikan air gula kepada
bayinya. Bahkan, ASI bias digantikan dengan air kopi sehingga bayi menjadi
lebih kuat atau tidak akan kejang/stef jika bayi sakit atau panas. Juga,
sebagian ibu masih menganggap ASI bias digantikan dengan susu formula.
Pengertian
tentang Inisiasi Menyusui Dini dan ASI Ekslusif masih
banyak yang belum diketahui para ibu hamil dan ibu partus. Mereka masih
mengerti secara parsial (sepenggal) tentang pentingnya ASI eksklusif bagi bayi,
dan juga bagi ibunya. Hal-hal penting dari ASI belum tergambar secara baik dn
benar oleh kaum ibu. Mereka belum begitu paham apa itu ASI eksklusif, tentang
keuntungan menyusui, juga soal keuntungan/ manfaat ASI bagi bayi dan ibunya
(Ferry Ndoen, 2008).
Faktor pendorong dalam melakukan
Inisiasi Menyusui Dini belum maksimal karena pengetahuan, motivasi dan tindakan
yang masih kurang, walaupun sikapnya sudah positif. Pelaksanaan Inisiasi
Menyusui Dini masih belum dilakukan secara sempurna oleh karena itu diharapkan
adanya peningkatan pengetahuan dan motivasi pada petugas pertolongan persalinan
dan para ibu hamil.