Ilmu Asuhan Kebidanan dan Keperawatan

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU POST PARTUM TERHADAP INISIASI MENYUSUI DINI DI KLINIK BUDI MULIA MEDIKA PALEMBANG TAHUN 2009


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.      Latar Belakang
Pengetahuan tentang inisiasi menyusu dini belum banyak diketahui masyarakat, bahkan juga petugas kesehatan. Hal ini wajar karena inisiasi menyusu dini adalah ilmu pengetahuan yang baru bagi Indonesia. Selama ini penolong persalinan selalu memisahkan bayi dari ibunya segera setelah lahir, untuk dibersihkan, ditimbang, ditandai, dan diberi pakaian. Ternyata proses ini sangat mengganggu proses alami bayi untuk menyusu. Dapat kita ketahui inisiasi dilakukan ketika bayi lahir, tali pusat dipotong lalu dilap kering dan langsung diberikan kepada ibu. Sampai disitu biarkan bayi didada ibu minimal 30 menit sampai bayi mencari sendiri puting susu ibunya, masa ini bisa sampai 2 jam dan hal ini tidak menjadi masalah (Roesli, 2008).
Berdasarkan penelitian WHO (World Health Organization) di enam negara berkembang, resiko kematian bayi antara usia 9 – 12 bulan meningkat 40% jika bayi tersebut tidak disusui. Untuk bayi berusia di bawah dua bulan, angka kematian ini meningkat menjadi 480% (Roesli, 2000).
Lembaga Internasional United Children and Education Federation (UNICEF) memperkirakan pemberian ASI ekslusif sampai usia enam bulan dapat mencegah kematian 1,3 juta anak berusia di bawah lima tahun. Suatu penelitian 16% kematian bayi dapat dicegah melalui pemberian ASI pada bayi sejak hari pertama kelahirannya. Angka ini naik menjadi 22% jika pemberian ASI dimulai dalam satu jam pertama setelah kelahiran bayi (Republika News Room, 2008).
Pada tahun 2007, World Health Organization (WHO) atau United Children and Education Federation (UNICEF) mengeluarkan protokol baru tentang “ASI segar” yang harus diketahui kontak kulit ibu dengan kulit bayi segera setelah lahir selama paling sedikit satu jam dan bantu ibu mengenali kapan bayinya siap menyusu (JNPK, 2007).
Di Indonesia, dimana angka kematian bayi mencapai 35 per 1.000 kelahiran hidup atau sekitar 175.000 bayi meninggal setiap tahunya sebelum mencapai usia satu tahun. Diperkirakan inisiasi menyusu dini dapat menyelamatkan 30.000 bayi yang meninggal pada bulan pertama setelah kelahirannya di Indonesia.                       (Ani, 2008).
Sesuai dengan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 Angka Kematian Bayi (AKB) masih berada pada kisaran 25 per 1000 kelahiran hidup, upaya untuk mencegah kematian bayi baru lahir yang baru disosialisasikan di Indonesia sejak Agustus 2007 adalah melalui Inisiasi menyusui dini (Nurningtyas, 2007).
Berdasarkan sejumlah penelitian bermakna praktik inisiasi menyusui dini tersebut dapat mengurangi 22% dari semua kematian bayi baru lahir yang terjadi sebelum usia satu bulan (JNPK, 2007).
Tidak hanya itu iniasi menyusui dini juga dinyatakan menekan angka kematian bayi baru lahir (AKB) hingga mencapai 22%. Berdasarkan demografi kesehatan Indonesia angka kematian bayi pada tahun 2001. Untuk penduduk miskin masih 1,5 kali lebih tinggi dibanding penduduk terkaya dengan masih besarnya jumlah penduduk miskin di Indonesia yaitu sekitar 37,34 juta jiwa atau 17,4% pada tahun 2003 (Depkes, 2008).
Menurut survey di Indonesia menyatakan bahwa hanya 4% wanita di Indonesia yang melaksanakan inisiasi menyusui dini, sedangkan 96% lainnya tidak mempraktekannya. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa 22% kematian bayi dapat di cegah melalui pemberian ASI dalam satu jam pertama setelah kelahirannya (Verayanti, 2008).
Sedangkan di Bidan Praktek Swasta pelaksanaan inisiasi menyusui dini belum ada laporan secara resmi termasuk Bidan Praktek Swasta yang ada di kota Palembang. Menyangkut pentingnya inisiasi menyusui dini untuk menekan AKB perlu pelaksanaan inisiasi menyusui dini tersebut dilakukan di setiap pelayanan kesehatan khususnya Bidan Praktek Swasta.
Berdasarkan fenomena di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang inisias menyusui dini di Klinik Budi Mulia Medika Palembang Tahun 2009.Dengan judul “Gambaran Pengetahuan dan Sikap Ibu Post Partum Terhadap Inisiasi Menuyusui Dini di Klinik Budi Mulia Medika Palembang Tahun 2009.

1.2.      Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran pengetahuan dan sikap ibu post partum terhadap Inisiasi Menyusui Dini di Klinik Budi Mulia Medika Palembang Tahun 2009?

1.3.      Tujuan Penelitian
1.3.1.      Tujuan Umum
Diketahuinya gambaran pengetahuan dan sikap ibu post partum terhadap Inisiasi Menyusui Dini di Klinik Budi Mulia Medika Palembang Tahun 2009.
1.3.2.      Tujuan Khusus
1.3.2.1.    Diketahuinya gambaran pengetahuan ibu post partum terhadap pengertian Inisiasi Menyusui Dini di Klinik Budi Mulia Medika Palembang Tahun 2009.
1.3.2.2.    Diketahuinya gambaran pengetahuan ibu post partum terhadap tujuan pemberian Iniasi Menyusui Dini di Klinik Budi Mulia Medika Palembang Tahun 2009.
1.3.2.3.    Diketahuinya gambaran pengetahuan ibu post partum terhadap manfaat Iniasi Menyusui Dini di Klinik Budi Mulia Medika       tahun 2009.
1.3.2.4.    Diketahuinya gambaran sikap ibu post partum terhadap Iniasi Menyusui Dini di Klinik Budi Mulia Medika Palembang                 tahun 2009.

1.4.      Manfaat Penelitian
1.4.1.      Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi yang bermanfaat untuk mengembangkan pengetahuan ilmu kebidanan terutama mengenai peran ibu dalam pemberian ASI secara dini.

1.4.2.      Bagi Institusi Kesehatan / BPS
Sebagai bahan informasi dan dapat menjadi masukan yang diharapkan untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya.


1.4.3.      Bagi Peneliti
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam menerapkan ilmu kebidanan dan dapat dijadikan data dasar untuk penelitian selanjutnya.

1.5.      Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini hanya melihat gambaran pengetahuan dan sikap ibu post partum terhadap Inisiasi Menyusui Dini dengan responden semua ibu yang melakukan persalinan di Klinik Budi Mulia Medika Palembang                 tahun 2009.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.        Definisi Inisiasi Menyusui Dini
Inisiasi Menyusui Dini (IMD) adalah rangkaian kegiatan dimana bayi yang baru saja lahir secara naluri melakukan aktifitas-aktifitas yang diakhiri dengan menemukan puting susu ibunya dan menyusu darinya (Stikes Bhamada, 2008).
Inisiasi menyusui dini merupakan bayi yang baru lahir yang tidak ada kontra indikasi atau bayi yang sehat akan disusukan sesegera mungkin setelah lahir dalam waktu 30 – 60 menit merupakan periodisasi emas bagi kehidupan bayi (Rusmawati, 2008).
Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dapat meningkatkan kekebalan tubuh bayi sehingga mengurangi tingkat kematian bayi yang baru lahir, gerakan bayi yang merangkak mencari puting susu dapat menekan rahim dan mengeluarkan hormon yang membantu menghentikan pendarahan ibu (Ndoen, 2008).

2.2.        Tujuan Inisiasi Menyusui Dini
1.    Mengurangi 22% kematian bayi berusia 28 hari kebawah
2.    Meningkatkan keberhasilan menyusui secara eksklusif dan meningkatkan lamanya bayi disusui.
3.    Merangsang produksi susu.
4.  Memperkuat refleks menghisap bayi, refleks mengisap awalnya pada      bayi paling kuat dalam beberapa jam pertama setelah lahir (JNPK, 2007).
2.3.        Manfaat Inisiasi Menyusui Dini
Menurut Roesli (2008), manfaat IMD adalah :
2.3.1.      Bagi Bayi
1.      Anak yang dapat menyusui dini dapat mudah sekali menyusu kemudian, sehingga kegagalan menyusui akan jauh sekali berkurang, selain mendapatkan kolostrum yang bermanfaat untuk bayi pemberian ASI ekslusif akan menurunkan kematian.
2.      ASI adalah cairan kehidupan yang selain mengandung makanan juga mengandung penyerapan susu formula tak diberi enzim sehingga penyerapannya tergantugn enzim di usus anak, sehingga ASI tiak merebut enzim anak.
3.      Sering dikeluhkan ibu-ibu adalah suplai ASI yang kurang, padahal ASI diproduksi berdasarkan demand jika diambil bayak akan diberikan banyak, sedangkan bayi yang diberikan susu formula perlu waktu satu minggu untuk mengeluarkan zat yang tidak dibutuhkan.

2.3.2.      Bagi Ibu
Merangsang pengeluaran hormon oksitosin yang merangsang kontraksi otot polos rahim untuk pelepasan plasenta sehingga mengurangi pendarahan pasca persalinan. Selain itu hormon prolaktin yang keluar selama menyusui menekan pematangan sel telur sehingga dapat menjarangkan kehamilan, berat badan ibu jua dapat cepat kembali turun karena lemak yang ditimbulkan di bawah kulit selama hamil digunakan untuk pemberian ASI serta menurunkan risiko terkena kanker payudara dan kanker leher rahim.
2.4.        Proses Inisiasi Menyusui Dini
2.4.1.      Inisiasi Menyusui Dini Yang Dianjurkan
1.      Sesaat setelah lahir sehabis ari-ari di potong, bayi lansung diletakkan di dada si ibu tanpa membersihkan si bayi kecuali tangannya, kulit bertemu kulit, setelah diletakka di dada si ibu biasanya bayi hanya akan diam selama 20 – 30 menit dan ternyata hal ini terjadi karena bayi sedang menetralisir keadaannya setelah trauma melahirkan.
2.      Setelah si bayi merasa lebih tenang maka secara otomatis kaki si bayi mulai bergerak-gerak seperti hendak merangkak, ternyata gerakan ini pun bukanlah gerakan tanpa makna karena ternyata kaki si bayi iyu pasti hanya akan menginjak-injak perut ibu di atas rahim.
3.      Setelah melakukan gerakan kaki tersebut bayi akan melanjutkan dengan mencium tangannya, ternyata bau tangan si bayi sama dengan bau air ketuban, dan juga wilayah sekitar puting susu si ibu juga memiliki bau yang sama, ketika sudah mendekati puting susu ibu si bayi itu akan menjilat-jilat dada si ibu.
4.      Setelah itu si bayi akan mulai meremas-remas putting susu si ibu yang bertujuan untuk merangsang supaya Air Susu Ibu (ASI) segara berproduksi dan bisa keluar.
5.      Terakhir barulah mulailah si bayi itu menyusu (Dibkes Surabaya 2008). 

2.4.2.      Inisiasi Menyusui Dini yang Kurang Tepat
1.      Begitu lahir, bayi diletakkan di perut ibu yang sudah dialasi kain kering.
2.      Bayi segera dikeringkan dengan kain kering. Tali pusat di potong, lalu diikat.
3.      Karena takut kedinginan, bayi dibungkus (dibedong dengan silmut bayi)
4.      Dalam keadaan dibedong bayi diletakkan di dada ibu (tidak terjadi kontak dengan kulit ibu) bayi diharapkan di dada ibu untuk beberapa lama (10 – 15 menit) selesai menjahit perineum.
5.      Selanjutnya diangkat dan disusukan pada ibu dengan cara memasukkan puting susu ibu ke mulu bayi.
6.      Setelah itu bayi di bawa ke kamar transisi atau kamar pemikiran (recovery room) untuk di timbang, di ukur, di cap diberi suntikkan vitamin K dan kadang diberi tetes mata  (Edmond, 2006).

2.5.        Tata  Laksana Inisiasi Menyusui Dini
2.5.1.      Tata  Laksana IMD Secara Umum
1.      Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat persalinan.
2.      Diserahkan untuk tidak atau mengurangi penggunaan obat kimiawi saat persalinan dapat diganti dengan non-kimiawi. Misalnya : pijat, aroma terapi, gerakan atau hypnobirthing.
3.      Biarkan ibu menentukan cara melahirkan yang diinginkan, misalnya melahirkan normal, di dalam air, atau dengan jongkok.
4.      Seluruh badan dan kepala bayi dikeringkan secepatnya, kecuali dengan kedua tangannya.
5.      Bayi ditengkurapkan di dada atau perut ibu biar kulit bayi melekat dengan kulit ibu.
6.      Bayi dibiarkan mencari puting susu ibu agar dapat merangsang bayi dengan sentuhan lembut.
7.      Dianjurkan untuk memberikan kesempatan kontak kulit dengan kulit pada ibu yang melahirkan dengan tindakan, misalnya operasi caesar..
8.      Bayi dipisahkan dari ibu untuk ditimbang, ukur dan di cap setelah satu jam menyusu awal selesai.
9.      Rawat gabung ibu dan bayi dirawat dalam satu kamar selama 24 jam ibu dan bayi tetap dipisahkan dan bayi selalu dalam jangkauan ibu.

2.5.2.      Tata  Laksana IMD pada Operasi Caesar
Usaha bayi merangkak mencari payudara secara standar pasti tidak dapat dilakukan pada persalinan operasi caesar, namum jika diberikan anestesi spinal atau epidural ibu dalam keadaan sadar sehingga dapat segera memberi respons pada bayi.

2.6.        Fisiologi Menyusui
Buah dada terdiri dari atas sebuah puting yang menonjol ditengah daerah sempit berwarna coklat atau merah muda disebut areola. Akibat pengaruh hormon wanita yang dihasilkan indung telur, payudara wanita terus berkembang. Saluran susu tumbuh dari puting ke dalam bercabang menjadi saluran-saluran yang lebih kecil dan bercabang lagi membentuk 10 sampai 300 daerah-daerah kecil penghasil susu yang disebut alveoli. Bersamaan dengan itu jaringan lemak mulai timbul di sekitar saluran susu sehingga payudara semakin bulat dan memanjang. 
Ketika payudara mulai digunakan untuk menyusui, di bawah areola terdapat bagian saluran yang melebar disebut sinus laktiferus yang berfungsi ibarat “waduk kecil” penampung susu atau “gudang susu”. Agar bayi mendapatkan ASI, areola inilah yang perlu dimasukkan ke                dalam mulut bayi-bukan hanya puting-agar isapan dan gerakan lidah bayi dapat memerah ASI yang terdapat di gudang susu” (Danuatmaja & Miliasari, 2003).

2.6.1.      Pemberian ASI
Pentingnya pemeberian ASI dlam konteks inisiasi menyusui dini bukan saja untuk merangsang produksi ASI tetapi juga fungsi penting lainnya adalah kandungan gizi dan fungsi antibiotik yang terdapat dalam kolostrum yang akan sangat membantu sang bayi untuk terpenuhinya kebutuhan gizi serta memberikan jenis kekebalan alami terbaik bagi sang bayi (Verayanti, 2008)

2.6.2.      Komposisi ASI
Komposisi ASI sedemikian khususnya, hingga komposisi ASI dari satu ibu ke ibu yang lainnya berbeda. Jadi, komposisi ASI ternyata tidak tetap dan tidak sama dari waktu ke waktu dan disesuaikan dengan kebutuhan bayinya (Roesli, 2008).
ASI bersifat khas untuk bayi karena susunan limpanya mempunyai nilai biologis tertentu dan mempunyai subtansi yang spesifik.
1.      Kolostrum
a.       Warna kuning jernih dengan protein berkadar tinggi.
b.      Mengandung imunoglobin, Laktotetin, ion-ion (Na, Ca, Zn, Fe, vitamin A, E, K, dan D), lemak dan rendah laktasi.
c.       Pengeluaran kolostrum berlangsung sekitar 2-3 hari dan diikuti ASI yang mulai berwarna putih.
2.      ASI Transisi Lantara
ASI lantara mulai berwarna putih bening dengan susunan yang disesuaikan kebutuhan bayi dan kemampuan mencerna usus bayi.
3.      Air Sempurna
Pengeluaran ASI penuh sesuai dengan perkembangan usus bayi, sehingga dapat menerima susunan bayi sempurna.

2.6.3.      Faktor-faktor Kekebalan ASI
Faktor ketebalan non spesifik
1.      Faktor bifidus
2.      Laktoferin
Laktoferin adalah bugus asam amino dalam ASI yang mampu menghambat bakteri merugikan.
3.      Lisozim
Lisozim adalah suatu subtrat anti-infeksi yang berguna untuk mata dan kadarnya 2 mg/100 ml.
Faktor Kekebalan Spesifik
1.      Sistem Komplemen
Terdiri dari Clg, Clr, C2-C9. Sistem komplemen ini ada di dalam ASI yang akan menjadi aktif bila diaktifkan oleh kompleks antigen dan antibodinya.
2.      Kanal Seluler
Kolostrum mengandung berbagai sel hidup.
3.      Imunoglobin
Imunoglobin ada 30 macam, 18 jenis berasal dari serum ibu dan 12 macam ditemukan dalam ASI.

2.6.4.      Kontra Indikasi
Tidak ada kontra indikasi yang absolut dari menyusui. Ada sedikit kontra indikasi yang relatif dimana menyusui perlu diteruskan dengan hati-hati dan atau dengan modifikasi.
Kontra indikasi relatif bagi menyusui mencakup :
1.      Puting yang terbalik masuk ke dalam payudara.
2.      Lecet atau luka pada puting.
3.      Peradagan, payudara bengkak, atau akses di payudara.
4.      Minum obat untuk kelainan tiroid.
5.      TBC aktif, yang artinya bisa menular kepada orang lain.
6.      Infeksi akut yang menyebabkan demam, dan gejala yang berkaitan dengan yang lainnya.
7.      Masalah kesehatan serius seperti malaria, kecanduan narkoba, gangguan mental, kelainan ginjal, pendarahan hebat, setelah persalinan dan lain-lain.
2.7.        Faktor-faktor Yang Diteliti Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Secara Dini atau Inisiasi Menyusui Dini
2.7.1.      Sikap Ibu
Reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau pengetahuan atau objek (Muhammad Ali, 2003).
Proses menyusui merupakan proses interaksi antara sikap ibu dan bayi, yang mempengaruhi kedua belah pihak karena akan timbul rasa percaya diri bahwa ibu mampu menyusui ataupun memproduksi ASI yang mencukupi untuk bayi. Besar pengaruhnya bagi keberhasilan menyusui (Susinta, 2007).
Program Inisiasi Menyusui Dini mempunyai manfaat yang besar untuk bayi maupun sang ibu yang melahirkan. Tetapi, kurangnya pengetahuan dari orang tua, pihak medis maupun kengganan untuk dapat melakukannya membuat Inisiasi Menyusui Dini masih jarang dipraktekkan.
Informasi tentang Inisiasi Menyusui Dini berikut informasi terhadap Inisiasi Menyusui Dini yang dapat mendorong sikap anda untuk melakukannya sesaat setelah anda dilahirkan (Ferry Ndoen, 2008).
Selain itu memberikan informasi mengenai persiapan melahirkan dan persiapan menyusui bagi ibu hamil serta membuat kebijakan Inisiasi Menyusui Dini yang dapat mengikat penolong persalinan dalam            Inisiasi Menyusui Dini khususnya pada persalinan normal (Fithri Nurnangtyas, 2009).

2.7.2.      Pengetahuan Ibu
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia sebagian besar pengetahuan manusia melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2005).
Karena pengetahuan yang kurang memadai atau persepsi yang keliru tentang payudara dan menyusui baik dalam hal manfaat maupun segala sesuatu yang berkaitan dengan teknis pemberian ASI. Akibatnya, ASI menjadi terbuang percuma. Ada tidak tapi tidak dimanfaatkan, ibu lebih suka menukarnya dengan susu formula padahal manfaat ASI sampai sekarang belum ada tandingannya (Sigit, 2004).
Dengan ini maka peneliti melakukan penelitian untuk melihat apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan pemberian ASI dini.
Pengetahuan masyarakat masih kurang dan umumnya masih sangat sederhana/tradisional sehingga masih banyak hal walaupu sepele, namun belum mengerti dengan baik dan benar terutama tentang pentingnya ASI eksklusif bagi bayi berusia 0-6 bulan. Bahkan, sial ASI oleh ibu menyusui dianggap sepele karena mereka masih menganggap sepele karena masih menggap ASI bias diganti dengan memberikan air gula kepada bayinya. Bahkan, ASI bias digantikan dengan air kopi sehingga bayi menjadi lebih kuat atau tidak akan kejang/stef jika bayi sakit atau panas. Juga, sebagian ibu masih menganggap ASI bias digantikan dengan susu formula.
Pengertian tentang Inisiasi Menyusui Dini dan ASI Ekslusif masih banyak yang belum diketahui para ibu hamil dan ibu partus. Mereka masih mengerti secara parsial (sepenggal) tentang pentingnya ASI eksklusif bagi bayi, dan juga bagi ibunya. Hal-hal penting dari ASI belum tergambar secara baik dn benar oleh kaum ibu. Mereka belum begitu paham apa itu ASI eksklusif, tentang keuntungan menyusui, juga soal keuntungan/ manfaat ASI bagi bayi dan ibunya (Ferry Ndoen, 2008).
Faktor pendorong dalam melakukan Inisiasi Menyusui Dini belum maksimal karena pengetahuan, motivasi dan tindakan yang masih kurang, walaupun sikapnya sudah positif. Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini masih belum dilakukan secara sempurna oleh karena itu diharapkan adanya peningkatan pengetahuan dan motivasi pada petugas pertolongan persalinan dan para ibu hamil.

Share:

Popular Posts

Jumlah Pengunjung

Cari judul yang anda butuhkan disni

Blog Archive

© Al Anshor 2017 All Reserved. Powered by Blogger.

Labels

Blog Archive