BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada tahun 2000 World
Health Organization (WHO) menemukan angka kematian bayi sebesar 560.000 kematian
yang disebabkan oleh infeksi tali pusat. Di Asia Tenggara angka kematian bayi
yang disebabkan oleh infeksi tali pusat sebesar 126.000 (21%), karena perawatan
tali pusat tidak steril.
Menurut penelitian World
Health Organization (WHO), dibandingkan dengan menggunakan alkohol ternyata
membersihkan tali pusat dengan menggunakan air sabun cenderung mempercepat
puputnya (terlepas), tali pusat. Namun biasanya, jika tanpa menggunakan alkohol
ada kemungkinan tali pusat mengeluarkan bau tak sedap (Affyus Salam, 2008).
Ditingkat ASEAN angka kematian bayi di Indonesia hampir
5 kali lipat dibandingkan dengan angka kematian bayi di Malaysia dan hampir 2 kali lipat dibandingkan
dengan Thailand dan juga 1,3
kali dibandingkan dengan Fhilipina (Depkes
RI , 2004).
Tetanus Neonatorum dapat menyebabkan kematian pada bayi
dan banyak terjadi di negara berkembang. Sedangkan di negara-negara maju, tingkat
kematian akibat infeksi tetanus dapat ditekan karena teknik melahirkan yang
steril. Selain itu antibodi dari ibu kepada jabang bayinya yang berada di dalam
kandungan juga dapat mencegah infeksi tersebut. Infeksi tetanus disebabkan oleh
bakteri yang disebut dengan clostridium tetani memproduksi toksin atau disebut
dengan tetanospasmin (Gultom. E, 2003).
Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)
1994, angka kematian bayi sebesar 40 / 1000 kelahiran hidup, angka kematian
bayi yang disebabkan infeksi pada tali pusat di Rumah Sakit besar di Indonesia
sebesar 80% (Widya Astuti, 2003).
Penggunaan antiseptik pun tak lagi dianjurkan, karena ada kandungan
yodium. Kalau pemberiannya berlebihan menyebabkan gangguan terhadap pertumbuhan
gondoknya. Pemakaian alkohol pun hanya digunakan sesudah mandi pagi dan sore.
Jangan mengoleskan salep apapun atau zat lain ke tampuk tali pusat (Depkes,
2002).
Bahaya lain yang ditakutkan adalah bahaya infeksi, untuk
menghindari infeksi tali pusat yang dapat menyebabkan Sepsis, Meningitis dan
lain-lain. Maka di tempat pemotongan, di pangkal tali pusat serta 2,5 cm
disekitar pusat diberi obat antiseptik selanjutnya tali pusat dirawat dalam
keadaan steril atau bersih dan kering (Wiknjosastro, 2005).
Telah diketahui bahwa masih banyak kejadian seperti di
rumah sakit, dan klinik bersalin tidak menggunakan perawatan tali pusat metode
baru, dan masih banyak yang menggunakan perawatan tali pusat metode lama yang
masih menggunakan betadin, alkohol, dan pembungkusan. Sedangkan perawatan tali
pusat metode baru hanya menggunakan kasa steril dan membiarkan terbuka tanpa
diberi apa-apa.
Untuk itu penulis ingin mengadakan suatu penelitian
dengan judul “Gambaran
Perbedaan Perawatan Tali Pusat dengan Antiseptik dan Tanpa Antiseptik di BPS
(Bidan Praktek Swasta) Palembang
Tahun 2009”.
1.2 Rumusan Masalah
Untuk mengetahui apakah ada Perbedaan Perawatan Tali Pusat
dengan Antiseptik dan Tanpa Antiseptik di BPS (Bidan Praktek Swasta) Palembang
Tahun 2009?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1
Tujuan Umum
Untuk mengetahui Perbedaan Perawatan Tali Pusat
dengan Antiseptik dan Tanpa Antiseptik di BPS (Bidan Praktek Swasta) Palembang
Tahun 2009.
1.3.2
Tujuan Khusus
1.
Untuk mengetahui perbedaan
kondisi tali pusat (basah/kering) yang dirawat antiseptik dan pembungkus dengan
tali pusat yang dirawat tanpa antiseptik dan pembungkusan.
2.
Untuk mengetahui perbedaan lama
pelepasan tali pusat antara yang dirawat antiseptik dan pembungkus dengan tali
pusat yang dirawat tanpa antiseptik dan pembungkusan.
3.
Untuk mengetahui perbedaan bau
tali pusat antara yang dirawat antiseptik dan pembungkus dengan tali pusat yang
dirawat tanpa antiseptik dan pembungkusan.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1
Bagi Penulis
Untuk
lebih memperdalam dan memperluas pengetahuan penulis mengenai perawatan tali
pusat tanpa antiseptik dan pembungkusan serta dapat menerapkan dalam praktek
asuhan kebidanan khususnya perawatan tali pusat secara benar.
1.4.2
Bagi Pendidikan
Diharapkan
hasil penelitian dapat dijadikan bahan referensi (kepustakaan) dan dapat
digunakan sebagai bahan dalam proses belajar di Akademi Kebidanan Budi Mulia Palembang .
1.4.3
Bagi Instansi Kesehatan
Bagi Rumah
Sakit, Puskesmas Rawat Inap dan Klinik Bersalin sebagai informasi dan pengetahuan
untuk tenaga kesehatan mengenai perawatan tali pusat menggunakan metode baru,
khususnya Bidan harus menggunakan cara perawatan tali pusat sesuai dengan
standar Asuhan Persalinan Normal (APN).
1.5 Ruang Lingkup
Ruang
Lingkup penelitian ini hanya melihat Gambaran Perbedaan Perawatan Tali Pusat dengan
Antiseptik dan Pembungkusan di BPS Bidan Sundari dan Tanpa Antiseptik Serta
Pembungkusan di BPS Bidan Rusmiati Okta Palembang Tahun 2009.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bayi Baru Lahir (BBL)
2.1.1
Asuhan Bayi Baru Lahir
Pengertian
: Asuhan yang diberikan pada bayi segera setelah lahir (Depkes, 2002)
1.
Pertahankan suhu tubuh bayi
a.
Hindari memandikan bayi hingga
sedikitnya 6 jam dan setelah tidak terdapat masalah medis dan jika suhunya 36,5o
C atau lebih.
b.
Bungkus bayi dengan kain yang
kering dan hangat kepala bayi harus tertutup (memakai topi)
2.
Pemeriksaan Fisik Bayi
a.
Lakukan pemeriksaan fisik bayi
yang lebih lengkap ketika bayi baru lahir
b.
Gunakan tempat yang hangat dan
bersih untuk pemeriksaan
c.
Cuci tangan sebelum dan sesudah
pemeriksaan gunakan sarung tangan dan bertindak lembut pada saat menangani
bayi.
d.
Lihat, dengarkan dan rasakan
tiap-tiap daerah dimulai dari kepala berlanjut secara sistematis menuju jari kaki.
e.
Jika ditemukan faktor resiko
atau masalah, carilah bantuan untuk lebih lanjut
f.
Rekam hasil pengamatan
3.
Berikan suntikan vitamin K pada
saat bayi baru lahir untuk mencegah terjadinya pendarahan karena defisiensi
vitamin K pada bayi baru lahir.
4.
Lakukan identifikasi bayi
Alat untuk pengenal atau memudahkan identifikasi bayi perlu dipasang
setelah pasca persalinan. Alat pengenal yang efektif harus diberikan kepada
setiap bayi baru lahir dan harus tetap ditempatnya sampai waktu bayi
dipulangkan
5.
Lakukan Perawatan Tali Pusat
2.2 Perawatan Tali Pusat
Perawatan tali pusat adalah merawat tali pusat bayi baru
lahir agar tetap kering dan mencegah terjadinya infeksi (A. Aziz Alimul
Hidayat, EGC : 2008).
2.3 Pemotongan Tali Pusat
Pemotongan
tali pusat menurut standar asuhan persalinan normal pada langkah ke 26 sampai
dengan 28 berikut ini :
a.
Segera mengeringkan bayi,
membungkus kepala dan badan bayi kecuali tali pusat.
b.
Menjepit tali pusat menggunakan
klem kira-kira 3 cm dari umbilikus bayi. Melakukan urutan pada tali pusat kearah
ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama.
c.
Memegang tali pusat diantara 2
klem menggunakan tangan kiri, dengan perlindungan jari-jari tangan kiri,
memotong tali pusat diantara kedua klem.
(JNPKR, Depkes RI , 2004)
2.4 Faktor-faktor Yang
Mempengaruhi Pelepasan Tali Pusat
Lepasnya tali pusat dipengaruhi oleh beberapa hal
diantaranya adalah :
1.
Timbulnya infeksi pada tali
pusat, karena tindakan atau perawatan yang tidak memenuhi syarat kebersihan,
misalnya pemotongan tali pusat dengan bambu/gunting yang tidak steril, atau
setelah dipotong tali pusat dibubuhi abu, tanah, minyak daun-daunan, kopi dan
sebagainya (Ellen, 2006).
2.
Cara perawatan tali pusat,
penelitian menunjukkan bahwa tali pusat yang dibersihkan dengan air dan sabun
cenderung lebih cepat puput (lepas) daripada tali pusat yang dibersihkan dengan
alkohol (Paisal, 2007).
3.
Kelembaban tali pusat, tali
pusat juga tidak boleh ditutup rapat dengan apapun, karena akan membuatnya
menjadi lembab. Selain memperlambat puputnya tali pusat, juga menimbulkan resiko
infeksi (Paisal, 2007).
4.
Kondisi sanitasi lingkungan
sekitar neonatus, Spora C. Tetani yang masuk melalui luka tali pusat, karena
tindakan atau perawatan yang tidak memenuhi syarat kebersihan.
2.5 Lama Waktu Terlepasnya
Tali Pusat
Tali pusat bayi berwarna kebiru-biruan dan panjang
sekitar 2,5-5 cm setelah dipotong. Penjepit tali pusat plastik digunakan pada
tali pusat untuk menghentikan perdarahan. Penjepit tali pusat ini dibuang
ketika tali pusat sudah kering, biasanya sebelum ke luar dari rumah sakit atau dalam
waktu dua puluh empat jam hingga empat puluh delapan jam setelah lahir. Sisa
tali pusat yang masih menempel di perut bayi (umbilical stump), akan mengering dan biasanya akan terlepas sendiri
dalam waktu 1-3 minggu. Meski penampakannya sedikit ‘mengkhawatirkan’, tetapi
kenyataannya bayi anda tidak merasa sakit atau terganggu karenanya
(Hasselquist, 2006 : 53).
Tali pusat sebaiknya dibiarkan lepas dengan sendirinya.
Jangan memegang-megang atau bahkan menariknya. Bila tali pusat belum juga puput
setelah 4 minggu, atau adanya tanda-tanda infeksi, seperti; pangkal tali pusat
dan daerah sekitarnya berwarna merah, keluar cairan yang berbau, ada darah yang
keluar terus-menerus, dan bayi demam tanpa sebab yang jelas maka kondisi
tersebut menandakan munculnya penyulit pada neonatus yang disebabkan oleh tali
pusat (Paisal, 2007).
Lama penyembuhan tali pusat dikatakan cepat jika kurang
dari 5 hari, normal jika antara 5 sampai
dengan 7 hari, dan lambat juka lebih dari 7 hari (Paisal, 2007).
2.6 Bau Pada Tali Pusat
Bau tidak sedap merupakan satu indikasi bayi anda
terinfeksi pada tali pusatnya. Sebenarnya, hanya sebagian kecil saja masih
ditemukan adanya infeksi tali pusat atau omphalitis
pada bayi baru lahir. Angka kejadiannya sekitar 2 persen dari jumlah bayi yang
baru lahir. Kondisi ini bisa menjadi memburuk atau malah sebaliknya, tergantung
perawatan yang diberikan setelah ibu dan bayinya kembali ke rumah (okezone,
2009).
2.7 Tujuan Perawatan Tali
Pusat
Adapun tujuan perawatan tali pusat
menurut (Depkes RI , 2005) sebagai berikut :
a.
Mencegah terjadinya infeksi
b.
Mempercepat proses pengeringan
tali pusat
c.
Mempercepat terlepasnya tali
pusat
2.8 Perawatan Tali Pusat
Metode Lama
Antiseptik adalah zat kimia yang dapat membunuh atau menghambat
pertumbuhan mikroorganisme. Perawatan tali pusat metode lama (dengan
menggunakan pembungkusan dan antiseptik), menurut Depkes RI
(2005) adalah sebagai berikut :
1.
Persiapan alat
a.
Alkohol 70% berthadin 10% dalam
tempatnya
b.
Kasa dan kapas lidi steril dalam
tempatnya
c.
Kerentang dalam tempatnya
d.
Perlengkapan pemakaian bayi
(gurita, popok, baju)
e.
Pengikat tali pusat steril
f.
Aquadest steril
g.
Gunting verban
2.
Pelaksanaan
a.
Kasa pembungkus tali pusat
ditetesi aquadest steril dan dibuka
b.
Bersihkan tali pusat dengan
kapas alkohol, mulai dari ujung sampai pangkal tali pusat dan daerah sekitarnya
dengan diameter 2 cm
c.
Olesi tali pusat dengan
bethadine atau obat sejenisnya dengan cara yang sama seperti di atas
d.
Tali pusat dengan bethadine
dibungkus dengan kasa steril dan difisaksi dengan menggunakan gurita
e.
Pakaian bayi dipakai kembali,
alat-alat dirapikan, tidurkan kembali bayi dengan posisi sesuai dengan
kebutuhan
2.9 Perawatan Tali Pusat
Metode Baru
1.
Perawatan Tali Pusat Kering
Cara perawatan tali pusat kering adalah :
a.
Siapkan alat-alat
b.
Cuci tangan sebelum dan sesudah
merawat tali pusat.
c.
Tali pusat dibersihkan dengan
kain kasa.
d.
Setelah bersih, tali pusat
dibungkus dengan kain kasa steril kering.
e.
Setelah tali pusat
terlepas/puput, pusat tetap diberi kasa steril.
Cara perawatan tali pusat kering
adalah membungkus tali pusat dengan kasa dan mengkondisikan tali pusat tetap
kering. Jika tali pusat berbau diberi gentian
violet (Marjono, 2007).
2.
Perawatan Tali Pusat Basah
Perawatan tali pusat ini menggunakan
Alkohol dan larutan chlorhexidine sepintas lalu dianggap mencegah infeksi namun
ditemukan belum bekerja dengan baik. Selain itu, ketika para ibu merawat bayi
mereka di dalam kamar mereka daripada di dalam ruang perawatan, tingkat infeksi
tali pusat terendah terjadi (Hasselquist, 2006:53).
Cara perawatan tali
pusat basah :
1.
Siapkan alat-alat
2.
Cuci tangan anda sampai bersih
sebelum melakukan perawatan tali pusat.
3.
Bersihkan tali pusat dengan
alkohol.
4.
Tutup tali pusat dengan kasa
steril yang diberi alkohol/bethadin dan mengganti kasa yang baru setelah bayi
selesai dimandikan, berkeringat, kotor
dan basah.
5.
Segera larikan bayi ke dokter
jika mencium bau tidak sedap dari tali pusat bayi yang belum lepas
(Solahuddin, 2006).
2.10Gambaran Tali Pusat Tanpa Antiseptik dan Pembungkusnya
1.
Lama pelepasan tali pusat
Pada tahun
1985 jumlah bayi sebesar 1897 orang dengan persentase (50%) yang menggunakan
antiseptik dan sisanya tidak menggunakan antiseptik dengan persentase 42% tali
pusat puput dalam 6 hari, dan hanya 6% yang tali pusatnya puput lebih dari 10
hari. Perawatan tali pusat yang dilakukan dengan membiarkan tali pusat
mengering atau tidak dilakukan pembungkusan dapat mempercepat pelepasan tali
pusat. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian beberapa studi yang menyimpulkan
dalam mempercepat pelepasan tali pusat, dengan membiarkan tali pusat mengering
sendiri secara statistik lebih bermakna dibandingkan dengan asupan alkohol dan
bedak antiseptik (Ayu Diah, 2003).
Demikian
pula untuk penggunaan antiseptik yang mengandung yodium pun tidak dianjurkan, karena kalau
pemberiannya berlebihan menyebabkan gangguan terhadap pertumbuhan gondoknya
(Gultom E, 2003).
2.11 Pencegahan Infeksi pada Bayi
Baru Lahir
Infeksi adalah kolonisasi yang dilakukan oleh
spesies asing terhadap organisme
inang, dan bersifat membahayakan inang, organisme penginfeksian, atau patogen, menggunakan sarana yang
dimiliki inang untuk dapat memperbanyak diri, yang pada akhirnya merugikan
inang. Patogen mengganggu fungsi normal inang dan dapat berakibat pada luka
kronik, gangrene, kehilangan organ tubuh dan bahkan kematian (Theavella, 2009).
1.
Tujuan pencegahan infeksi
f.
Meminimalkan infeksi yang
disebabkan oleh mikroorganisme
g.
Menurunkan risiko penularan
penyakit yang mengancam jiwa seperti hepatitis dan HIV/AIDS
2.
Prinsip-prinsip pencegahan
infeksi
a.
Setiap orang (pasien dan
petugas pelayanan kesehatan) harus dianggap berpotensi menularkan infeksi.
b.
Cuci tangan adalah prosedur
yang paling praktis dalam mencegah kontaminasi silang.
c.
Pakailah sarung tangan sebelum
menyentuh setiap kulit yang luka, selaput lendir (mukosa), darah, dan cairan
tubuh lainnya (sekret dan ekskret).
d.
Gunakanlah pelindung seperti
kaca mata, masker, celemek, pada setiap melakukan kegiatan pelayanan yang
diantisipasi dapat terkena percikan atau terkena darah dan cairan tubuh pasien.
Selalu melakukan tindakan atau prosedur menurut langkah yang aman
seperti tidak membengkokan jarum dengan tangan, memegang alat medik dan
memprosesnya dengan benar, membuang dan memproses sampah medik dengan benar
(Saifuddin, 2002).