BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kanker adalah penyakit yang mematikan di dunia dan
jumlah penderitanya terus menerus meningkat dari tahun ke tahun. Dari data Union
International Conference Cancer (UICC) dan WHO menyebutkan, pada tahun 2004
angka kematian akibat kanker diperkirakan mencapai 7 juta orang. Sampai
sekarang jumlah penderita kanker di seluruh dunia mencapai 7 juta orang, bahkan
UICC memperkirakan jumlah penderita kanker di negara berkembang pada tahun 2020
bisa mencapai 10 juta orang (Luwia, 2006).
Di Kanada tahun 2005 penderita kanker payudara
diperkirakan mencapai 21.600 wanita dan 5.300 orang akan meninggal dunia,
demikian sebuah laporan Canadian Cancer
Society. Sementara itu, Australia
Institut of Health and Welfare melaporkan, satu dari sebelas wanita di Australia
menderita kanker payudara sebelum usia 75 tahun. Pada tahun 2001 di Australia
11.791 wanita menderita kanker payudara dan 2.594 orang meninggal dunia karena
penyakit tersebut (Pane, 2007).
Menurut hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1992,
kanker menduduki urutan ke-9 dari 10 penyakit terbesar penyebab utama
kamatian di Indonesia .
Angka proporsi penyakit kanker di Indonesia cenderung meningkat dari
3,4 (SKRT 1980) menjadi 4,3 (SKRT 1986), 4,4 (SKRT 1992 dan 5,0 (SKRT 1995).
Data Profil Kesehatan RI 1995 menunjukkan bahwa proporsi kanker yang dirawat
inap rumah sakit di Indonesia
mengalami peningkatan dari 4,0% menjadi 4,1%. Selain itu, peningkatan proporsi
penderita yang dirawat inap juga terjadi peningkatan di rumah sakit DKI Jakarta
pada 1993 dan 1994, dari 4,5% menjadi 4,6% (Pane, 2007).
Di Indonesia, masalah penyakit kanker terlihat tanjakan
yang luar biasa dalam jangka waktu 10 tahun, dari penelitian disebutkan bahwa
peringkat kanker sebagai penyebab kematian naik, dari peringkat 12 menjadi
peringkat 6. Setiap tahun diperkirakan terdapat 190 ribu penderita baru dan
seperlimannya akan meninggal akibat penyakit ini (Pane, 2007).
Sampai saat ini belum diketahui faktor penyebab
timbulnya kanker payudara namun umumnya penyakit ini menyerang wanita. Kelompok
wanita beresiko tinggi, menurut Sutjipto, antara usia diatas 30 tahun, salah
satu keluarga menderita penyakit kanker payudara, tidak menikah, menikah tapi
tidak punya anak, melahirkan anak pertama sesudah usia 35 tahun, atau tidak
pernah menyusui anak (Siswono, 2006).
Semakin
bertambah usia seorang perempuan, semaki bersar kemungkinan terserang kanker
payudara. Usia perempuan yang lebih sering terkena kanker payudara adalah di
atas usia 40 tahun, yang disebut dengan “cancer age group”. Meskipun
demikian, tidak berarti perempuan di bawah usia tersebut tidak mungkin terkena
kanker kayudara, hanya kejadiannya memang lebih jarang dibandingkan dengan
perempuan usia di atas 40 tahun (Luwia, 2005).
Berdasarkan
program SEER (Surveilance, Epidemiology, and End Results) yang dilakukan NCI
(National Cancer Institutte), insiden kanker payudara meningkats seiring dengan
tambahan usia. Diperkirakan 1 dari 8 wanita mengalami perkembangan penyakit
kanker payudara sepanjang hidupnya. Kemungkinan terbesar perkembangan penyakit
payudara mulai terjadi pada wanita dengan kisaran umur 40-50 tahun (Celeste L).
Salah satu cara untuk mendeteksi kanker payudara yaitu
SADARI (Periksa Payudara Sendiri). Selain itu juga skrining melalui mammografi
dilakukan pada wanita yang sudah mencapai usia 40 tahun. Pada wanita dengan
faktor resiko tinggi terhadap kanker payudara atau wanita yang mempunyi riwayat
keluarga dengan kanker. Pemeriksaan mammografi juga dilakukan untuk
mengonfirmasi benjolan yang ditemukan saat pemeriksaan SADARI (Purwoastuti,
2008).
Berdasarkan data Medical Record RSMH Palembang
jumlah penderita kanker payudara pada tahun 2004, sebanyak 116 penderita dari
298 penderita kanker yaitu 38,92%, untuk tahun 2005 jumlah penderita kanker payudara
sebanyak 168 penderita dari 340 penderita kanker yaitu 49,41%. Sedangkan pada
tahun 2006 jumlah penderita kanker payudara yang mengalami peningkatan yaitu
sebanyak 623 penderita dari 1312 penderita kanker yaitu 47,48. Untuk penderita
kanker, kanker payudara menduduki peringkat pertama, sedangkan kanker serviks
berada pada urutan kedua (Medical Record RSMH Palembang, 2006).
Berdasarkan data di atas, penulis tertarik untuk
meneliti “Hubungan Usia dan Riwayat Keluarga dengan Kejadian Kanker Payudara Pada
Wanita di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2007”.
1.2
Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan antara umur dan riwayat keluarga dengan kejadian
kanker payudara pada wanita yang dirawat inap di Instalasi Rumah Sakit Umum
Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2007?
1.3
Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara umur dan riwayat keluarga pada
wanita yang menderita kanker yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang
tahun 2007.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.
Mengetahui distribusi frekuensi
kejadian kanker payudara pada wanita di
Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2007.
2.
Mengetahui distribusi frekuensi
usia dengan kejadian kanker payudara pada wanita di Rumah Sakit Umum Pusat Dr.
Mohammad Hoesin Palembang tahun 2007.
3.
Mengetahui distribusi frekuensi
riwayat keluarga dengan kejadian kanker payudara pada wanita di Rumah Sakit
Umum Pusat Dr. Mohammad
Hoesin Palembang tahun 2007.
4.
Mengetahui hubungan usia dengan
kejadian kanker payudara pada wanita di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad
Hoesin Palembang tahun 2007.
5.
Mengetahui hubungan riwayat
keluarga dengan kejadian kanker payudara pada wanita di Rumah Sakit Umum Pusat
Dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2007.
1.4
Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Akademi Kebidanan
Budi Mulia
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi
dalam memberikan informasi dan pengetahuan tentang kejadian kanker payudara
pada wanita.
1.4.2 Bagi RSMH Palembang
Hasil
penelitian diharapkan dapat dijadikan masukan dalam mengetahui faktor-faktor
resiko terjadinya kanker payudara sehingga dapat meningkatkan konseling
terutama pada wanita dengan faktor resiko tersebut dapat dideteksi dini.
1.4.3 Bagi Mahasiswi
Menambah
wawasan, pengetahuan bagi peneliti terhadap kejadian kanker payudara.
1.5
Ruang Lingkup
Penelitian
ini termasuk dalam kesehatan reproduksi dimana umur dan riwayat keluarga
sebagai variabel independen dan kejadian kanker payudara sebagai variabel
dependen. Objek penelitian ini adalah semua wanita yang menderita kanker di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2007.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Kanker Payudara
2.1.1
Definisi
Kanker
payudara adalah tumor ganas yang menyerang karingan payudara, ini merupakan
penyakit yang paling ditakuti oleh kaum wanita. Kanker payudara terjadi karena
pertumbuhan sel, karena di dalam organ tubuh timbul dan berkembangbiak sel-sel
baru yang timbuh abnormal, cepat, dan tidak terkendali dengan bentuk dan fungsi
organ asalnya. Dalam keadaan normal, sel hanya akan berkembang biak dengan cara
membelah diri karena lepas dari pengendalian pertumbuhan dan tidak lagi menurut
hukum-hukum pembiakan. Bila pertumbuhan ini tidak cepat dihentikan, maka sel
akan berkembang menjadi besar dan menyusup ke jaringan sekitarnya, lalu membuat
anak sebar di tempat yang lebih jauh melalui pembuluh darah dan pembuluh getah
bening (Purwoastuti, 2008).
Kanker
payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang terus tumbuh
berlipat ganda pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk benjolan di payudara (Tapan, 2005).
2.1.2
Etiologi
Sampai
saat ini, penyebab kanker payudara belum diketahui secara pasti, penyebab
kanker payudara termasuk multifaktorial, yaitu banyak faktor yang terkait satu
dengan yang lain (Pane, 2006).
2.1.3
Anatomi Payudara
Kelenjar
mammae atau payudara adalah perlengkapan pada organ reproduksi wanita yang
dapat mengeluarkan air susu. Buah dada terletak di dalam fasia superfisialis di
daerah pektoral antara sternum dan axila dan melebar dari kira-kira iga kedua
atau ketiga sampai ke iga keenam atau ketujuh. Berat dan ukuran buah dada
berlain-lainan. Para masa pubertas membesar,
dan bertambah besar selama hamil dan sesudah melahirkan dan menjadi atrofik
pada usia lanjut. Bentuk buah dada cembung ke depan dengan puting di tengahnya,
puting ini dilingkari daerah berwarna coklat yang disebut areola. Puting berlubang-lubang
15 sampai 20 buah, yang merupakan saluran dari kelenjar susu.
Buah
dada terdiri atas bahan kelenjar susu atau jaringan alveoler, tersusun atas
lobus-lobus yang saling terpisah oleh jaringan-jaringan lemak dan jaringan
ikat. Setiap lobulus terdiri atas sekelompok alveolus yang bermuara ke dalam
duktus laktiferus (saluran air susu) yang bergabung dengan duktus-duktur
lainnya untuk membentuk saluran yang lebih besar dan berakhir dalam saluran
sekretoruk. Ketika saluran-saluran ini mendekati puting, membesar untuk
membentuk wadah penampungan air susu, yang disebut sinus laktiferus, kemudian
saluran-saluran itu menyempit lagi dan menembus puting dan bermuara di atas
permukaannya (PEARCE, 2002).
2.1.4
Tingkatan atau
Klasifikasi Kanker Payudara
Menurut
Prawirohardjo (2005), ada dua macam klasifikasi kanker payudara, yaitu
klasifikasi patologik dan klasifikasi klinik.
a.
Klasifikasi Patologik
1.
Kanker Puting Payudara
(Paget’s Disease)
Paget’s
disease adalah bentuk kanker yang dalam taraf
permulanya manifestasinya sebagai eksema menahan puting susu, yang biasanya
merah dan menebal, secara patologik ini mempunyai ciri-ciri yaitu sel-sel Paget’s
(seperti pasir), hipertraofi sel epidermoid, infiltrasi
sel-sel bundar di bawah epidermis, ini jarang sekali dijumpai di negara kita.
2.
Kanker Ductus
Lactiferus
Infiltrating
papillary carsinoma bisa berbentuk dalam
tiap duktus laktiferus dari yang terbesar sampai sekecil-kecilnya. Comedo
Carcinoma terdiri sel-sel kanker non papillary dan intraductal.
Adenokarsinoma dengan infiltrasi dan fibrosis, ini adalah kanker payidara yang
lazim ditemukan.
3.
Kanker dari lobus
Kanker
ini yang sering timbul sebagai carsinoma in situ dengan lobus
yang membesar.
b.
Klasifikasi Klinik
Stadium I : Kanker payudara sampai 2 cm besarnya dan
tidak mempunyai anak sebar.
Stadium II : Kanker payudara 2 cm dengan mempunyai anak
sebar di kelenjar ketiak.
Stadium III : Kanker payudara 2 cm atau lebih dengan anak
sebar di kelenjar ketiak, infra dan suprakvikular, atau infiltrasi ke kulit,
atau kanker payudara yang apert (memecah ke kulit).
Stadium IV : Kanker payudara dengan metastasis jauh,
misalnya ke tengkorak atau tulang punggung, atau paru-paru atau hati dan
pangsul.
2.2
Gejala Kanker Payudara
Tanda
dan gejala yang tampak pada penderita kanker payudara adalah sebagai berikut :
1) Adanya benjolan pada payudara yang tidak dapat digerakkan dari
dasar/jaringan sekitar. Pada awalnya tidak terasa sakit atau nyeri sehingga
kurang mendapat perhatian dari penderita.
2) Adanya rasa nyeri atau sakit pada payudara
3) Semakin lama benjolan yang tumbuh semakin besar.
4)
Payudara mengalami
perubahan bentuk dan ukuran karena mulai timbul pembengkakan.
5)
Mulai timbul luka pada
payudara dan lama tidak sembuh meskipun sudah diobati, serta puting susu
seperti koreng atau eksim dan tertarik ke dalam.
6)
Kulit payudara menjadi
berkerut seperti kulit jeruk.
7)
Terkadang keluar
cairan, darah merah kehitam-hitaman atau nanah dari puting susu, atau keluar
air susu pada wanita yang tidak sedang hamil atau tidak sedang menyusui.
8)
Benjolan mempunyai
bunga kobis dan mudah berdarah.
9)
Metastase (menyebar) ke
kelenjar getah bening sekitar dan alat tubuh lain.
10) Keadaan umum penderita buruk.
2.3
Deteksi Dini Keganasan
Kanker Payudara
Keganasan
payudara merupakan keganasan terbanyak kedua pada wanita setelah keganasan
mulut rahim. Oleh karena itu, memeriksakan payudara merupakan hal yang sangat
penting. Kepada wanita dapat diajarkan bagaimana melakukan sendiri pemeriksaan
payudara dengan cara yang mudah.
2.3.1 Pedoman Pemeriksaan Payudara
1. Pedoman “WASPADA”
W : aktu
buang air besar atau kecil terjadi perubahan atau gangguan
A : lat
pencernaan terganggu atau sulit menelan
S :
uara serakk atau batuk yang sulit sembuh
P :
ayudara atau tempat lain ada benjolan
A :
udeng-udeng yang berubah sifat, cepat besar, atau gatal
D : arah
atau lendir abnormal keluar dari tubuh
A : da
koreng atau borok yang sulit sembuh
Pedoman “WASPADA”
berlaku untuk semua kemungkinan tumor jinak atau degenerasi.
2.
Melihat Sendiri
Perubahan Payudara
a.
Terjadi pigmentasi
payudara (perubahan warna bertambah hitam atau menjadi putih).
b.
Perubahan letak puting
payudara (refraksi puting susu)
c.
Perubahan kulit
payudara menjadi keriput
d.
Puting payudara
mengeluarkan cairan darah
e.
Pergerakan payudra
terbatas, artinya saat menggerakan tangan payudara tidak ikut bergerak.
f.
Terdapat luka, ulkus
pada payudara.
Pada
waktu melihat dapat menggunakan cermin (di depan cermin) sehingga mudah
terlihat perubahan.
3.
Meraba Sendiri Payudara
Meraba
payudara untuk mencari benjolan dapat diajarkan kepada wanita atau suaminya
sebagai berikut :
a.
Menemukan benjolan pada
payudara
1)
Dibagian mana terdapat
benjolan
2)
Bagaimana pergerakan
benjolan dengan sekitarnya
3)
Saat meraba apakah
terasa nyeri
b.
Memijat puting payudara
1)
Apakah terdapat
pengeluaran cairan
2)
Apakah di bawah puting
payduara terdapat tumor
3)
Bagaimana pergerakan
puting payduara (Manuaba, 1998).
2.3.2 Langkah-langkah Pemeriksaan Payudara Sendiri (Luwin, 2005)
1.
Di depan cermin,
perhatikan payudara dengan teliti, dalam pemeriksaan ini dianjurkan perempuan
yang bersangkutan tidak berbusana atau berpakaian dengan posisi kedua lengan
lurus ke bawah. Perhatikan ada tidaknya benjolan atau perubahan bentuk pada
payudara. Amati dengan teliti seluruh bagian payudara.
2.
Angkat kedua lengan lurus ke
atas dan ulangi pemeriksaan seperti di atas.
3.
Dengan kedua siku mengarah
ke samping, tekanlah telapak tangan yang satu kuat-kuat pada yang lain. Cara
ini akan menegangkan otot dada dan perubahan seperti cekungan atau benjolan
akan lebih tampak.
4.
Pijat atau tekan
pelan-pelan daerah di sekitar kedua puting susu dan perhatikan apakah keluar
cairan yang tidak normal.
5.
Berbaringlah dengan
tangan kanan di bawah kepala letakkan bantal kecil di bawah punggung kanan.
Rabahlah seluruh permukaan payudara kanan menggunakan tangan kiri dengan
gerakan memutar dan perhatikan jika ada benjolan yang mencurigakan. Cara meraba
adalah dengan tiga ujung jari tengah kiri dirapatkan. Lakukan gerakan memutar
dengan tekanan lembut tetapi mantap, dimulai dari pinggi dengan mengikuti arah
jarum jam.
6.
Lakukan hal yang sama
seperti no. 5, tetapi dengan tangan kiri di bawah kepala, sedangkan tangan
kanan meraba payuda kiri.
7.
Beri perhatian khusus
pada bagian-bagian yang diberi tanda hitam, karena bagian itulah sering
ditemukan tumor payudara.
2.4
Pemeriksaan Penunjang
Dalam
pemeriksaan penunjang ada beberapa pembantu untuk menuju diagnosa akhir suatu
tumor payudara.
1)
Mammografi
Mammografi dianjurkan untuk wanita sehat berusia diatas 35 tahun,
wanita resiko tinggi terhadap kanker payudara, atau wanita yang mempunyai
riwayat keluarga dengan kanker. Pemeriksaan mammografi juga dilakukan untuk
mengonfirmasi benjolan yang ditemukan saat pemeriksaan SADARI. Pembesaran
kelenjar getah bening ketiak (aksila) yang meragukan (Purwoastuti, 2006).
2)
Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi merupakan alat bantu pemeriksaan yang menggunakan
gelombang suara dan tidak menggunakan sinar routgen. Pemeriksaan ini tidak
menimbulkan rasa sakit pada pasien.
USG payudara ditujukan sebagai berikut :
a.
Untuk memeriksa
perempuan berusia di bawah 35 tahun, perempuan hamil, dan perempuan yang
menyusui.
b.
Untuk membedakan kista
dengan tumor yang berisi jaringan padat.
c.
Untuk membantu hasil
mammografi agar memperoleh nilai akurasi yang lebih tinggi.
3)
Biopsi Jaringan
Biopsi jaringan adalah pemotongan sebagian jaringan dan tumor
dengan pisau khusus, kemudian sel-selnya diperiksa di bawah mikroskop (Luwia,
2005).
2.5
Pengobatan Kanker
Payudara
1) Mastektomi
Mastektomi adalah
operasi pengangkatan payudara. Ada
jenis mastektomi :
b.
Modified Readical
Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh
payudara, jaringan payudara di tulang dada, tulang selangka dan tulang iga,
serta benjolan di sekitar ketiak.
c.
Total (simple) mastectomy,
yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara saja, tetapi bukan kelenjar di
ketiak.
d.
Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan sebagian dari payudara, biasanya
disebut lumpectomy, yaitu pengangkatan hanya pada jaringan yang
mengandung sel kanker, bukan seluruh payudara. Operasi ini selalu diikuti
dengan pemberian radioterapi, biasanya lumpectomy direkomendasikan pada
pasien yang besar tumornya dari 2 cm dan letaknya di pinggir payudara.
2)
Penyinaran/radiasi
Yang
dimaksud dengan radiasi adalah proses penyinaran pada daerah yang terkena
kanker dengan menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan membunuh sel
kanker yang masih tersisa di payudara setelah operasi, Daton (1996). Efek
pengobatan ini tubuh menjadi lemah, nafsu makan berkurang, warna kulit di
sekitar payudara menjadi hitam, serta Hb dan lekosit cenderung menurun sebagai
akibat radiasi.
3)
Kemoterapi
Kemoterapi
adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk pil cair atau
kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel kanker. Tidak hanya sel kanker
pada payudara, tapi juga diseluruh tubuh (Dento (1996). Efek dari kemoterapi
adalah pasien mengalami mual dan muntah serta rambut rontok karena pengaruh
obat-obatan yang diberikan pada saat kemoterapi.
2.6
Faktor-faktor yang
Berhubungan dengan Kejadian Kanker Payudara
2.6.1 Faktor yang Diteliti
1) Usia
Dikatakan
bahwa umur penderita kanker di Indonesia
lebih muda dibandingkan dengan umur di negara-negara maju dan Japan . Kebanyakan panderita kanker payudara di Indonsia kurang
dari 45 tahuh. Sedangkan pada negara maju setelah usia 40 tahun (Bustan, 2007).
Semakin
bertambah usia seorang perempuan, semaki bersar kemungkinan terserang kanker
payudara. Usia perempuan yang lebih sering terkena kanker payudara adalah di
atas usia 40 tahun, yang disebut dengan “cancer age group”. Meskipun
demikian, tidak berarti perempuan di bawah usia tersebut tidak mungkin terkena
kanker kayudara, hanya kejadiannya memang lebih jarang dibandingkan dengan
perempuan usia di atas 40 tahun (Luwia, 2005).
Faktor
usia sebagai faktor risiko diperkuat oleh data bahwa 78% kanker payudara
terjadi pada pasien yang berusia lebih dari 50 tahun dan hanya 6% pada pasien
yang kurang dari 40 tahun. Rata-rata usia pada saat ditemukannya kanker adalah
64 tahun (Roche, 2006).
Berdasarkan
program SEER (Surveilance, Epidemiology, and End Results) yang dilakukan NCI
(National Cancer Institutte), insiden kanker payudara meningkats seiring dengan
tambahan usia. Diperkirakan 1 dari 8 wanita mengalami perkembangan penyakit
kanker payudara sepanjang hidupnya. Kemungkinan terbesar perkembangan penyakit
payudara mulai terjadi pada wanita dengan kisaran umur 40-50 tahun (Celeste L).
2)
Riwayat Keluarga
Riwayat
keluarga dengan kanker payudara merupakan salah satu faktor risiko penting
kanker payudara. Faktor keluarga ini termasuk dari pihak ibu pada tingkat
pertama meliputi ibu, bibi dan saudara (Bustan, 2007).
Riwayat
keluarga adalah salah faktor yang paling penting mengingat kanker bisa
dipengaruhi oleh kelainan genetika. Beberapa keluarga bisa jadi memiliki risiko
lebih tinggi untuk menderita kanker jika ibu atau saudara perempuannya
menderita kanker payudara (Pane, 2007).
Dari
faktor-faktor yang ada, riwayat keluarga menjadi faktor penting. Riwayat
keluarga yang pernah mengalami kanker payudara meningkatkan risiko berkembangnya
penyakit ini (Roche, 2006).
2.6.2 Faktor Yang Tidak Diteliti
1) Obesitas
Terdapat
hubungan positif antara berat badan dan bentuk tubuh dengan kanker payudara
pada wanita pasca menopause, variasi terhadap kekerapan kanker ini di
negara-negara Barat dan bukan Barat serta perubahan kekerapan migrasi
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh diet terhadap kegaganasan ini (Pane, 2007).
3) Radiasi
Eksposur
dengan radiasi ionisasi selama atau sesudah pubertas meningkatkan terjadinya
risiko kanker payudara. Dan beberapa penelitian yang dilakukan disimpulkan
bahwa risiko kanker radiasi berhubungan secara linier dengan dosis dan umur
saat terjadinya eksposur (Pane, 2007).
4) Kehamilan dan Menyusui
Wanita
yang melahirkan pertama pada usia lebih dari 35 tahun juga memiliki risiko lebih
tinggi terkena kanker payudara. Namun, risiko kanker payudara bisa ditekankan
jika wanita tersebuty menyusui sedikitnya selama 1 tahun untuk setiap kelahiran
anak. Hal ini diberkaitkan erat dengan perubahan sel kelenjar payudara saat
menyusui (Tapan, 2005).
5) Penggunaan Hormon
Hormon estrogen berhubungan dengan terjadinya kanker
payudara. Laporan dari Havard School of
Public Health menyatakan bahwa terdapat peningkatan kanker payudara yang
bermakna pada para pengguna terapi estrogen replacment suatu metanalisis
menyatakan bahwa walaupun tidak terdapat resiko kanker payudara pada pengguna
kontrasepsi oral, wanita yang menggunakan obat ini untuk waktu yang mempunyai
resiko mengalami kanker ini sebelum menopause (Pane, 2007).