Ilmu Asuhan Kebidanan dan Keperawatan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN KONTRASEPSI PIL DI PUSKESMAS SWAKELOLA KENTEN KECAMATAN ILIR TIMUR II PALEMBANG TAHUN 2009


BAB I
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang
Memasuki awal tahun pertama pembangunan jangka panjang tahap II, pembangunan gerakan keluarga berencana nasional ditujukan terutama untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Keluarga sebagai kelompok sumber daya manusia terkecil yang mempunyai ikatan batiniah dan lahiriah. Dimana keluarga merupakan pengembangan sasaran dalam mengupayakan terwujudnya visi keluarga berencana nasional (Sarwono, 2002).

Program keluarga berencana nasional mempunyai kontribusi penting dalam upaya meningkatkan kualitas pendidik, kontribusi program keluarga berencana nasional tersebut dapat dilihat pelaksanaan program Making Pregnancy Safer (Saifuddin, 2006).
Pembangunan keluarga sejahtera merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas dan ketahanan masing-masing keluarga dalam mengantisipasi setiap pengaruh negatif yang mengancam keutuhan keluarga sebagai unit terkecil yang paling utama dari masyarakat (Hartanto, 2004).
Menurut World Health Organization (WHO), dewasa ini hampir 380 juta pasangan menjalankan keluarga berencana dan 65-75 juta diantaranya, terutama  di negara berkembang menggunakan kontrasepsi hormonal seperti kontrasepsi oral, suntik dan implant (Sarwono, 2002).
Di Indonesia masalah kesehatan dan pendidikan merupakan masalah penting dilihat dari urgensi dan besarnya permasalahan. Dalam bidang kesehatan, misalnya Penerapan program keluarga berencana (KB)              dalam tiga puluh tahun terakhir membuktikan fokus pemerintah pada             alat reproduksi perempuan dalam mengendalikan jumlah penduduk (Duniaesai, 2008).
Di Propinsi Sumatera Selatan peserta KB aktif pada bulan Desember 2008 tercatat sebanyak 1.129.745 peserta atau 77,43% dari PUS sebesar 1.459.111. Secara propinsi jika dilihat permix kontrasepsi terlihat besar pada penggunaan KB suntikan 480.420 (42,52%), disusul kemudian dengan penggunaan KB pil 339.374 (30,04%), sedangkan yang lainnya yaitu intra uterine devices (IUD) sebesar 45.885 (4,06%), KB implant 185.605 (16,43%), KB metode operasi pria (MOP) 3.941 (0,35%), KB metode operasi wanita (MOW) 41.659 (3,69%) dan kondom 32.861 (2,91%) (BKKBN, 2009).
Di Kota Palembang berdasarkan data yang dihimpun Badan Koordinasi Keluarga Berencana (BKKBN) tahun 2008 jumlah PUS sebesar 257.561 orang, peserta KB IUD sebanyak 15.030 orang, MOW sebanyak 13.434 orang, MOP sebanyak 195 orang, kondom sebanyak 6.940 orang, implant sebanyak 23.617 orang, suntik sebanyak 83.298 orang dan pil sebanyak 61.009 orang (BKKBN, 2009).
Data yang diperoleh dari Puskesmas Swakelola Kenten Kecamatan Ilir Timur II Palembang pada tahun 2008, jumlah akseptor KB aktif sebanyak 6.699 orang, peserta KB pil sebanyak 3.552 orang, KB suntik sebanyak 3.035 orang, kondom sebanyak 70 orang, KB implant sebanyak 21 orang, KB IUD sebanyak 19 orang, KB metode operasi pria (MOP) sebanyak              1 orang dan KB metode operasi wanita (MOW) sebanyak 1 orang.
Pil merupakan alat KB yang paling populer. Menurut data program keluarga berencana indonesia (PKBI) pil KB menduduki peringkat pertama denga nilai rata-rata 38,74%. Meski efek sampingnya tidak begitu serius dan jarang ditemukan namun ada beberapa kondisi perempuan yang tidak dianjurkan menggunakan kontraspesi oral ini (Christina, 2008).
Berdasarkan penelitian Sudirman dalam Fitriani (2006), diketahui ada beberapa variabel yang berhubungan dengan pemakaian kontrasepsi pil seperti umur, pendidikan, pengetahuan dan jenis pekerjaan, dimana penulis hanya mengambil tiga variabel yaitu variabel umur, pendidikan dan pengetahuan yang mempengaruhi akseptor dalam menggunakan kontrasepsi pil KB di Puskesmas Swakelola Kenten Kecamatan Ilir Timur II Palembang tahun 2009.
1.2         Rumusan Masalah
Apakah variabel umur, pendidikan dan pengetahuan berhubungan dengan pemakaian kontrasepsi pil di Puskesmas Swakelola Kenten Kecamatan Ilir Timur II Palembang tahun 2009?
1.3         Tujuan Penelitian
1.3.1   Tujuan Umum
Untuk mengetahui apakah variabel umur, pendidikan dan pengetahuan berhubungan dengan pemakaian kontrasepsi pil di Puskesmas Swakelola Kenten Kecamatan Ilir Timur II Palembang tahun 2009.
1.3.2   Tujuan Khusus
1.      Diketahuinya distribusi frekuensi umur dengan pemakaian kontrasepsi pil di Puskesmas Swakelola Kenten Kecamatan Ilir Timur II Palembang tahun 2009.
2.      Diketahuinya distribusi frekuensi pendidikan dengan pemakaian kontrasepsi pil di Puskesmas Swakelola Kenten Kecamatan Ilir Timur II Palembang tahun 2009.
3.      Diketahuinya distribusi frekuensi pengetahuan dengan pemakaian kontrasepsi pil di Puskesmas Swakelola Kenten Kecamatan Ilir Timur II Palembang tahun 2009.
4.      Diketahuinya hubungan umur dengan pemakaian kontrasepsi kontrasepsi pil di Puskesmas Swakelola Kenten Kecamatan Ilir Timur II Palembang tahun 2009.
5.      Diketahuinya hubungan pendidikan dengan pemakaian kontrasepsi pil  di Puskesmas Swakelola Kenten Kecamatan Ilir Timur II Palembang tahun 2009.
6.      Diketahuinya hubungan pengetahuan dengan pemakaian kontrasepsi pil di Puskesmas Swakelola Kenten Kecamatan Ilir Timur II Palembang tahun 2009.
1.4         Manfaat Penelitian
1.4.1   Bagi Institusi Pendidikan
Untuk menambah pengetahuan terhadap penerapan teori oleh mahasiswa Program Studi DIII Akademi Kebidanan Budi Mulia Palembang sebagai bahan untuk menambah kepustakaan.
1.4.2   Bagi Puskesmas
Hasil penelitian ini diharapkan memberi masukan bagi Puskesmas dan petugas kesehatan untuk mengevaluasi masalah pemakaian kontrasepsi pil serta dapat bermanfaat untuk pembuatan dan perencanaan program KB, terutama dalam menggalakkan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP).
1.4.3   Bagi Penulis
Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengalaman penulis tentang kontrasepsi pil serta dapat meningkatkan pemahaman tentang penelitian.
1.5         Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini dibatasi hanya pada variabel umur, pendidikan dan pengetahuan dengan pemakaian kontrasepsi pil di Puskesmas Swakelola Kenten Kecamatan Ilir Timur II Palembang tahun 2009.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1         Kontrasepsi Pil
2.1.1   Pengertian Kontrasepsi
Kontrasepsi ialah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan (Sarwono, 2007).
Kontrasepsi adalah upaya mencegah kehamilan yang bersifat sementara ataupun menetap (Mansjoer, 2001).
2.1.2   Pengertian Kontrasepsi Hormonal
Kontrasepsi hormonal adalah alat atau obat kontrasepsi yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kehamilan dimana bahan bakunya mengandung preparat estrogen dan progesteron. Berdasarkan jenis dan cara pemakaiannya ada tiga macam kontrasepsi hormonal yaitu kontrasepsi suntikan, kontrasepsi oral (pil) dan kontrasepsi implant (Hartanto, 2004).
2.1.3   Pengertian Kontrasepsi Oral (pil)
Kontrasepsi oral adalah kontrasepsi untuk wanita yang berbentuk tablet, mengandung hormon estrogen dan progesteron yang digunakan untuk mencegah kehamilan (Saifuddin, 2003).
2.2         Jenis-jenis Kontrasepsi pil
1.      Pil Kombinasi
Merupakan pil kontrasepsi yang sampai saat ini dianggap paling efektif. Selain mencegah terjadinya ovulasi, pil juga mempunyai efek lain terhadap traktus genitalis seperti menimbulkan perubahan-perubahan pada lendir serviks, sehingga menjadi kurang banyak dan kental yang mengakibatkan sperma tidak dapat memasuki kavum uteri. Juga terjadi perubahan-perubahan pada motalitas tuba fallopi dan uterus. Dewasa ini terdapat banyak macam pil kombinasi, tergantung dari jenis dosis estrogen serta jenis progestagen yang dipakai.
2.      Pil Sekuensial
Pil sekuensial tidak diedarkan. Pil sekuensial itu tidak seefektif pil kombinasi dan pemahamannya hanya dianjurkan pada hal-hal tertentu saja. Pada cara kontrasepsi ini diminum pil yang hanya mengandung estrogen dan progestagen untuk 507 hari.
3.      Mini-Pil (Continuous Low –Dose Progesterone Treatment)
Pada tahun 1965 Rudell dkk, menemukan bahwa pemberian progestagen (khlormadinon asetat) dalam dosis kecil (0,5 mg perhari) menyebabkan wanita tersebut menjadi infertil. Mini-pil bukan merupakan penghambat ovulasi oleh karena selama memakan pil mini ini ovulasi kadang-kadang masih dapat terjadi efek utamanya ialah terhadap lendir serviks dan juga terhadap endometrium, sehingga nidasi blastokista tidak dapat terjadi. Mini pil ini umumnya tidak dipakai untuk kontrasepsi.
4.      Postcoital Contraception (Morning After Pill)
Merupakan pil hormon yang mengandung estrogen dosis tinggi yang hanya diberikan untuk keadaan darurat saja, seperti kasus pemerkosaan dan kondom bocor.
(Sarwono, 2007)

2.3         Cara Kerja Kontrasepsi pil
1.      Mekanisme Kerja Estrogen
Estrogen mempunyai khasiat kontrasepsi dengan jalan mempengaruhi ovulasi, perjalanan ovum atau implantasi.
Ovulasi dihambat melalui pengaruh estrogen terhadap hipotalamus dan selanjutnya menghambat FSH dan LH. Ovulasi tidak selalu dihambat oleh pil kombinasi yang mengandung estrogen 50 mikrogram atau kurang. Kalaupun daya guna preparat ini tinggi (95-98% menghambat ovulasi), hal itu adalah pengaruh progesteron disamping estrogen.
Implantasi telur yang sudah dibuahi dihambat oleh estrogen dosis tinggi (dietil stilbestrol) yang diberikan pada pertengahan siklus haid. Jarak waktu diantara konsepsi dan implantasi rata-rata 6 hari. Biopsi endometrium yang dilakukan sesudah pemberian estrogen dosis tinggi pasca-konsepsi menunjukan efek antiprogesteron yang dapat menghambat implantasi. Perjalanan ovum dipercepat dengan pemberian estrogen pasca konsepsi.
2.      Mekanisme Kerja Progesteron
Fungsi progesteron ialah menyiapkan endometrium untuk implantasi dan mempertahankan kehamilan.
Disamping itu, progesteron mempunyai pula khasiat kontrasepsi sebagai berikut :
a.       Lendir serviks mengalami perubahan menjadi lebih pekat, sehingga penetrasi dan transportasi sperma selanjutnya lebih sulit.
b.      Kapasitas sperma dihambat oleh progesteron. Kapasitasi diperlukan oleh sperma untuk membuahi sel telur dan menembus rintangan            di sekeliling ovum.
c.       Jika progesteron diberikan sebelum konsepsi, maka perjalanan ovum dalam tuba akan terhambat.
d.      Implantasi dihambat bila progesteron diberikan sebelum ovulasi. Walaupun ovulasi dapat terjadi, produksi progesteron dan korpus luteum akan berkurang sehingga implantasi dihambat.
e.       Penghambat ovulasi melalui fungsi hipotalamus-hipofisis-ovarium.
(Sarwono, 2006)
2.4         Keuntungan dan Kerugian pil KB
1.      Keuntungan pil KB
a.       Sangat efektif bila dipakai dengan benar.
b.      Tidak mengurangi kenyamanan hubungan suami istri.
c.       Menstruasi (haid) menjadi teratur, lebih sedikit dan lebih singkat waktunya, juga mengurangi rasa nyeri haid.
d.      Dapat dipakai selama diinginkan tidak harus beristirahat dulu.
e.       Dapat dipakai oleh semua wanita usia reproduktif.
f.       Dapat dipakai oleh wanita yang belum pernah hamil.
g.      Dapat dihentikan pemakaiannya dengan mudah kapan saja.
h.      Kesuburan segera kembali setelah pemakaian Pil dihentikan.
i.        Dapat dipakai sebagai kontrasepsi emergensi, setelah hubungan suami istri yang tidak terlindung.
j.        Dapat mencegah anemia akibat kekurangan zat besi.
k.      Membantu mencegah terjadinya :
1)      Kehamilan di luar kandungan.
2)      Kista ovarium.
3)      Kanker endometrium.
4)      Tumor jinak payudara.
5)      Penyakit radang panggul.
6)      Kanker indung telur.
2.      Kerugian pil KB
a.       Mual (terutama tiga bulan pertama).
b.      Perdarahan diantara masa haid (lebih sering perdarahan bercak) terutama bila lupa menelan pil atau terhambat menelan pil.
c.       Sakit kepala ringan.
d.      Nyeri payudara.
e.       Sedikit meningkatkan berat badan.
f.       Tidak ada haid.
g.      Tidak dianjurkan untuk ibu menyusui karena mengganggu jumlah dan kualitas air susu ibu (ASI).
h.      Tidak dapat dipakai oleh perokok berat atau wanita dengan tekanan darah tinggi terutama pada usia > 35 tahun.
2.5         Indikasi Pemakaian Kontrasepsi pil
1.      Indikasi pil Kombinasi
a.       Usia reproduksi.
b.      Telah memiliki anak atau pun yang belum memiliki anak.
c.       Gemuk atau kurus.
d.      Menginginkan metode kontrasepsi dengan efektivitas tinggi.
e.       Setelah melahirkan dan tidak menyusui.
f.       Setelah melahirkan 6 bulan yang tidak memberikan ASI eksklusif, sedangkan semua cara kontrasepsi yang dianjurkan tidak cocok bagi ibu tersebut.
g.      Pascakeguguran.
h.      Anemia karena haid berlebihan.
i.        Nyeri haid hebat.
j.        Siklus haid tidak teratur.
k.      Riwayat kehamilan ektopik.
l.        Kelainan payudara jinak.
m.    Kencing manis tanpa komplikasi pada ginjal, pembuluh darah, mata dan saraf.
n.      Penyakit tiroid, penyakit radang panggul, endometriosis atau tumor ovarium jinak.
o.      Menderita tuberkulosis (kecuali yang sedang menggunakan rifampisin).
p.      Varices.
2.      Indikasi pil Mini
a.       Usia reproduksi.
b.      Telah memiliki anak atau yang belum memiliki anak.
c.       Menginginkan suatu metode kontrasepsi yang sangat efektif selama periode menyusui.
d.      Pasca persalinan dan tidak menyusui.
e.       Pasca keguguran.
f.       Perokok segala usia.
g.      Mempunyai tekanan darah tinggi (> 180/110 mmHg) atau dengan masalah pembekuan darah.
h.      Tidak boleh menggunakan estrogen atau lebih senang tidak menggunakan estrogen.
(Saifuddin, 2006)
2.6         Kontraindikasi
1.      Kontraindikasi mutlak
a.       Kehamilan (diketahui atau dicurigai).
b.      Tromboflebitis (sedang terjadi atau riwayat kesehatan).
c.       Gangguan tromboemboli (sedang terjadi atau riwayat kesehatan).
d.      Cidera serebrovaskular, otak, penyakit pembuluh darah otak atau penyakit arteri koroner (saat ini atau dimasa lalu).
e.       Kerusakan hati, kerusakan fungsi hati atau hepatitis akut.
f.       Tumor maligna atau benigna (saat ini atau yang lalu).
g.      Ikterik kolestatik pada saat kehamilan atau ikterik yang berkaitan dengan pengguaan pil kontrasepsi.
h.      Hiperlipidemia tipe II (hiperkolesterdemia).
i.        Neoplasma bergantung estrogen (diketahui atau dicurigai).
j.        Perdarahan abnormal yang tidak terdiagnosis.
k.      Karsinoma payudara (diketahui atau dicurigai).
l.        Karsinoma endometrium (diketahui atau dicurigai).
m.    Sakit kepala migren klasik (disertai gejala awal) atau migren berat disertai keluhan neurologis.
n.      Wanita perokok di atas usia 35 tahun.
o.      Diabetes melitus.
2.      Kontraindikasi relatif
a.       Hipertensi TD ≥ 140/90.
b.      Asma.
c.       Penyakit jantung (saat ini atau dimasa lalu).
d.      Penyakit ginjal (saat ini atau dimasa lalu).
e.       Penyakit kandung empedu.
f.       Kolitis ulseratif.
g.      Penyakit sel sabit atau hemoglobin C sel sakit.
h.      Lupus eritematosus.
i.        Depresi (saat ini atau dimasa lalu, terutama bila memburuk pada masa sebelum menstruasi atau setelah melahirkan).
j.        Pembedahan elektif yang membutuhkan tindakan imobilisasi jangka panjang.
k.      Varices.
(Varney, 2007)
2.7         Efek Samping
1.      Nyeri kepala yang berat, menetap atau kualitasnya berbeda dari yang biasa dialami wanita tersebut.
2.      Gangguan penglihatan
a.       Penglihatan kabur.
b.      Seakan ada sinar yang mengilaukan.
c.       Diplopia.
d.      Scitilating scotomata.
e.       Periode kebutaan sementara.
3.      Nyeri hebat pada dada yang tidak dapat dijelaskan atau sesak nafas.
4.      Nyeri hebat pada abdomen yang tidak dapat dijelaskan.
5.      Nyeri hebat pada tulang kering atau paha.
6.      Baal atau paralisis sementara pada suatu bagian pada wajah atau tubuh.
7.      Meracau, yaitu berkata-kata tidak karuan pada saat sakit atau demam.
8.      Hemoptisis.
9.      Peningkatan tekanan darah yang mencolok.
(Varney’s, 2007)
2.8         Intruksi Kepada Klien
a.       Sebaiknya pil diminum setiap hari, lebih baik pada saat yang sama setiap hari.
b.      Pil yang pertama dimulai pada hari pertama sampai hari ke tujuh siklus haid.
c.       Sangat dianjurkan penggunaannya pada hari pertama haid.
d.      Pada paket 28 pil, dianjurkan mulai minum pil plasebo sesuai dengan hari yang ada pada paket.
e.       Beberapa paket pil mempunyai 28 pil yang lain 21 pil. Bila paket 28 pil habis, sebaiknya anda mulai minum pil dari paket yang baru. Bila paket 21 habis, sebaiknya tunggu 1 minggu baru kemudian mulai minum pil dari paket yang baru.
f.       Bila muntah dalam waktu 2 jam setelah menggunakan pil, ambilah PIL yang lain.
g.      Bila terjadi muntah hebat atau diare lebih dari 24 jam, maka bila keadaan memungkinkan dan tidak memperburuk keadaan anda, pil dapat diteruskan.
h.      Bila muntah dan diare berlangsung sampai 2 hari atau lebih, cara penggunaan pil mengikuti cara menggunakan PIL lupa.
i.        Bila lupa minum 1 pil (hari 1-21), segera minum pil setelah ingat boleh minum 2 pil pada hari yang sama, tidak perlu menggunakan metode kontrasepsi yang lain. Bila lupa 2 pil atau lebih (hari 1-21), sebaiknya minum 2 pil setiap hari sampai sesuai jadwal yang ditetapkan. Juga sebaiknya gunakan metode kontrasepsi yang lain atau tidak melakukan hubungan seksual sampai telah menghabiskan paket pil tersebut.
j.        Bila tidak haid perlu segera ke klinik untuk tes kehamilan.
2.9         Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan Kontrasepsi pil
2.9.1   Umur
Menurut SDKI 2002-2003 dalam Ardiyan (2005), pemakaian kontrasepsi pada wanita yang berumur lebih muda dan yang berumur lanjut lebih rendah dibandingkan mereka yang berumur 20-39 tahun. Wanita muda cenderung menggunakan cara suntik, pil dan implant sementara mereka yang lebih tua cenderung memilih alat atau cara kontrasepsi jangka panjang seperti AKDR, sterilisasi wanita dan sterilisasi pria.
2.9.2   Pendidikan
Menurut SDKI 2002-2003 dalam Viviroy (2008), pemakaian alat kontrasepsi meningkat sejalan dengan tingkat pendidikan sebesar 45% wanita yang tidak sekolah menggunakan cara kontrasepsi modern. Sedangkan wanita berpendidikan menengah atau lebih tinggi yang menggunakan cara kontrasepsi modern sebanyak 58%. Jadi, secara umum semakin tinggi tingkat pendidikan wanita semakin besar kemungkinan memakai alat atau cara KB modern.
2.9.3   Pengetahuan
Menurut Prihartono (1993) dalam Danti (2005), pengetahuan tentang KB pada orang Indonesia terutama wanita cukup tinggi. Berdasarkan data statistik yang dikumpulkan BKKBN telah tercatat lebih banyak dari 19 juta pasangan usia subur (PUS) mengetahui dimana mereka memperoleh pelayanan kontrasepsi dan pasangan usia subur (PUS) tersebut pun telah menggunakan alat kontrasepsi yang modern dan efektif.
2.9.4   Jenis Pekerjaan
Menurut SDKI (1999) dalam Viviroy (2008) pada wanita bekerja sebesar 55,4% dan yang tidak bekerja sebesar 53,6%. Wanita yang bekerja memiliki nilai waktu yang mahal sehingga kesempatan untuk mengurus anak lebih sedikit dibanding wanita tidak bekerja dan wanita yang bekerja akan cenderung membatasi jumlah anak.

Share:

Popular Posts

Jumlah Pengunjung

Cari judul yang anda butuhkan disni

Blog Archive

© Al Anshor 2017 All Reserved. Powered by Blogger.

Labels

Blog Archive