BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pemerintah sebenarnya
telah mengupayakan beberapa program dalam usahanya menurunkan angka kematian
ibu. Pada tahun 2000 direncanakan Gerakan Nasional Kehamilan yang Aman atau Making Pregnancy Safer (MPS) sebagai
bagian dari Strategi Pembangunan Kesehatan Masyarakat menuju Indonesia Sehat
2010. Fokus pembenahannya bahwa dalam setiap persalinan hendaknya ditolong oleh
tenaga kesehatan terampilan, setiap komplikasi persalinan mendapatkan pelayanan
optimal dan setiap wanita usia subur memiliki akses terhadap pencegahan
kehamilan yang tidak diinginkan serta penanganan komplikasi aborsi (Nugraha,
2007).
Mortalitas pada wanita
hamil dan bersalin adalah masalah besar di Negara berkembang, di negara miskin
sekitar 25-50% kematian wanita usia subur disebabkan hal berkaitan dangan
kehamilan. Menurut Wold Health
Organization (WHO), lebih dari 585.000 ibu pertahunya meninggal saat hamil
atau bersalin (Saifuddin, 2000).
WHO memperkirakan bahwa
sekitar 15% dari seluruh wanita yang hamil akan berkembang menjadi komplikasi
yang berkaitan dengan kehamilanya serta dapat mengancam jiwanya. Dari 5.600.000
wanita hamil di Indonesia, sejumlah besar akan mengalami suatu komplikasi atau
masalah yang bisa menjadi fatal, Survey
Demografi dan Kesehatan yang dilaksanakan pada tahun 1997 menyatakan
bahwa dari tahun 1992-1997, 26% wanit dengan kelahiran hidup mengalami
komplikasi (Pusdiknakes, 2003).
Angka Kematian
Ibu (AKI) sebagai salah satu indikator kesehatan ibu, dewasa ini masih tinggi
di Indonesia
bila dibandingkan dengan AKI di negara ASEAN lainya. Menurut data dari Survei
Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2000-2003, AKI di Indonesia adalah 307 per
100.000 kelahiran hidup. Hal ini berarti bahwa lebih dari 18.000 ibu meninggal
per tahun atau. 2 ibu meninggal tiap jam oleh sebab yang berkaitan dengan
kehamilan, persalinan dan nifas. Sampai dengan tahun 2002, AKI tersebut
mengalami penurunan yang lambat dengan adanya krisis ekonomi sejak tahun 1997
lalu (Depkes, 2004).
Masalah kematian dan kesakitan ibu di Indonesia masih
merupakan masalah besar. Angka kematian ibu (AKI) menurut Survey Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT) 1995 adalah 375 per 100.000 kelahiran hidup dan menurut
Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2003 adalah 307 per 100.000
(Anonymous, 2003).
Kondisi
derajat kesehatan di Indonesia
ini masih memprihatikan antara lain ditandai dengan masih tingginya AKI yaitu
307 per 100.000 kelahiran hidup dan mati bayi baru lahir 35 per 1000 SDKI
2002/2003 (Depkes RI , 2005).
Sasaran ibu
hamil tahun 2006 adalah 5167 jiwa, pada bulan Januari sampai Desember,
kunjungan awal (K1) mencapai 4947 (95,78%) sedangkan kunjungan ulang (K4)
mencapai 4423 (85,60%) (Dinkes, 2008).
Pemeriksaan kunjungan awal (K1) yaitu kontak atau pemeriksaan
pertama kali dengan petugas kesehatan yang dilakukan oleh responden di 10
kabupaten ini berkisar antara 50% hingga 90% dan umumnya dilakukan pada
trismester pertama. Sementara kunjungan ulang (K4) atau kontak dengan petugas kesehatan keempat
kalinya atau lebih berkisar antara 46% - 90% (tertinggi di kabupaten
Trenggalek, terendah di kabupaten Sampang). Sebagaimana diketahui, Depkes RI
menetapkan target kunjungan awal (K1) di tahun 2010 adalah 95% dan kunjungan
ulang (K4) adalah 90% (BKKBN, 2006).
Berdasarkan Dinkes
(2006), jumlah ibu hamil di Puskesmas Sukarame adalah 820 orang, dengan cakupan
kunjungan ulang ibu hamil 950 orang (115,9%) dan jumlah ibu hamil risti
sebanyak 18 orang (2,19%) (Profil Kesehatan, 2006).
Kejadian kesekitan
dan kernatian ibu hamil juga berakar pada ketidakberdayaan perempuan dalam
mendapatkan kesetaraan dalam hal pendidikan, pekerjaan, ekonomi serta dalam
memperoleh pelayanan kesehatan, dasar. Faktor ini telah menciptakan dampak
buruk dengan rendahnya kualitas kesehatan ibu hamil, bahkan sebelum kehamilan
itu terjadi dan makin di perparah saat kehamilan dan persalinanya. Pemeriksaan
kandungan secara rutin bagi ibu hamil juga terbukti masih di bawah standar
nasional 4 kali selama masa kehamilan (Nugraha, 2007).
Menurut Saifudin,
kunjungan anternatal untuk pemantauan dan pengawasan kesejahteraan ibu dan anak
minimal empat kali selama kehamilan dalam waktu sebagai berikut : kehamilan
trismester pertama (≤ 14 minggu ) satu kali kunjungan, kehamilan trismester
kedua (14-28 minggu) satu kali kunjungan dan kehamilan trismester ketiga (28-36
minggu dan sesudah minggu ke-36) dua kali kunjungan (Salmah, 2006).
Komplikasi
yang berhubungan dengan kematian marternal dapat dicegah, bila kesehatan ibu
selama hamil selalu terjaga melalu pemeriksaan anternatal yang teratur dan
pertolongan yang bersih aman dalam Indonesia Sehat 2010 ditargetkan penurunan
AKI dan AKB serta perinatal di tingkat pelayanan dasar dan pelayanan
rujukan primer, dapat dilakukan dengan mengembangkan konsep Audit
Matemal-Perinatal (Depkes RI, 2003).
1.2
Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan
antara sikap dan pengetahuan ibu dengan frekuensi kunjungan ulang pemeriksaan
kehamilan (K4) di Puskesmas Sukarame Palembang tahun 2008?
1.3
Tujuan Penelitian
1.3.1
Tujuan Umum
Mengetahui hubungan sikap
dan pengetahuan ibu dengan frekuensi kunjungan ulang pemeriksaan kehamilan (K4)
di Puskesmas Sukarame Palembang tahun 2008.
1.3.2 Tujuan Khusus
Diketahui
hubungan sikap dengan frekuensi kunjungan ulang pemeriksaan kehamilan (K4) di Puskesmas Sukarame Palembang tahun 2008.
Diketahui
hubungan pengetahuan ibu dengan frekuensi kunjungan ulang pemeriksaan kehamialan (K4) di Puskesmas Sukarame
Palembang tahun 2008.
1.4
Manfaat
Penelitian
1.4.1
Bagi Peneliti
Dengan melaksanakan
penelitian ini, peneliti dapat menerapkan secara langsung mata kuliah
metodeologi penelitian dan dapat meningkatkan pemahaman tentang penulisan Karya
Tulis Ilmiah.
1.4.2
Bagi Instansi
Kesehatan
Hasil penelitian ini
diharapkan dapat menjadi masukan bagi Puskesmas Sukarame Palembang dan petugas
kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan dan dalam upaya pengembangan dan
peningkatan pelayanan kesehatan khususnya pelayanan anternatal.
1.4.3
Bagi Institusi
Pendidik
Hasil penelitian ini
diharapkan dapat menjadi bahan masukan, informasi, umpan balik bagi proses
pembelajaran dam memberikan sumbangan pemikiran terhadap penelitian di masa
yang akan datang serta dapat menambah literatur kepustakaan Akademi Kebidanan
Budi Mulia Palembang.
1.5
Ruang Lingkup
Penelitian ini dilakukan di
Puskesmas Sukarame Palembang tahun 2008. Populasi dan sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah : semua ibu hamil yang di wilayah kerja Puskesmas
Sukarame Palembang pada bulan
Maret-April tahun 2008. Adapun variabel independen yang diteliti adalah
sikap dan pengetahuan, sedangkan variabel dependen yaitu frekuensi kunjungan
ulang pemeriksaan kehamilan (K4).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Konsep Dasar Asuhan Antenatal
(Pemeriksaan Kehamilan)
2.1.1
Pengertian
Asuhan
antenatal adalah asuhan kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk ibu selama masa
kehamilannya yang dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang
ditetapkan (Depkes, 2004).
Asuhan
antenatal adalah tugas klinis yang dirancang untuk memastikan keselamatan dan
kesehatan baik ibu maupun bayi umumnya. Wanita hamil itu sehat dan pada
kebanyakan kasus akan melahirkan bayi yang sehat pula. Meskipun demikian, resiko
terhadap ibu, bayi atau keduanya dapat terjadi selama kehamilan dan persalinan
dengan ketetapan yang tidak terduga serta konsekuensi berbahaya (Suhemi, 2008).
Asuhan
antenatal adalah pengawasan terhadap kehamilan untuk mendapatkan informasi
mengenai kesehatan umur ibu, menegakkan secara dini penyakit yang menyertai
kehamilan dan menetapkan risiko kehamilannya (Manuaba, 2008).
Asuhan
antenatal adalah pemeriksaan yang sistematis dan diteliti yang dilakukan oleh
bidan kepada ibu hamil untuk memantau perkembangan dan pertumbuhan janin dalam
kandungan agar kondisi ibu dan janin dalam kondisi yang baik (Saifuddin, 2002).
2.1.2
Tujuan Pemeriksaan Kehamilan
Menurut Setiawan (2008) dan Manuaba
(2008), Tujuan Pemeriksaan Kehamilan :
1.
Memantau kemajuan kehamilan dan untuk memastikan
kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi.
2.
Meningkat dan mempertahankan kesehatan fisik dan
mental dan sosial ibu.
3.
Mengenal secara dini adanya ketidaknormalan,
kompliksi yang mungkin terjadi selama hamil termasuk riwayat penyakit secara
umum, kebidanan dan pembedahan.
4.
Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal
dan pemberian ASI eksklusif.
5.
Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima
kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara optimal. (Setiawan, 2008).
6.
Mempersiapkan kehamilan sehat optimal.
7.
Mempersiapkan persalinan aman dan bersih.
8.
Menentukan kehamilan dengan resiko.
9.
Mempersiapkan kesehatan pascapartus dan laktasi.
10. Memberi KIE
atau motivasi keluarga berencana. (Manuaba, 2008).
2.1.3
Kunjungan Ibu Hamil
Kunjungan pemeriksaan kehamilan (antenatal)
adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan untuk mendapatkan pelayanan
antenatal sesuai standar yang ditetapkan. Istilah “kunjungan” disini tidak
mengandung arti bahwa ibu hamil yang berkunjung ke fasilitas pelayanan, tetapi
setiap kontak tenaga kesehatan (di Posyandu, pondok bersalin desa, kunjungan
rumah) dengan ibu hamil untuk memberikan pelayanan antenatal sesuai standar
dapat diagnggap sebagai kunjungan ibu hamil. Kunjungan ibu hamil dibagi menjadi
dua, antara lain adalah :
1.
Kunjungan Awal (K1)
a.
Pengertian
Kunjungan awal adalah kunjungan ibu yang pertama kali pada masa
kehamilan (Depkes, 2004).
Kunjungan awal adalah kontak atau pemeriksaan
pertama kali dengan petugas kesehatan (Sudrajat, 2000).
Kunjungan awal adalah kesempatan bagi petugas kesehatan
untuk mengenal faktor resiko ibu dan janin (Mansjoer, 2001).
b.
Indikator Pemantauan (PWS-KIA)
Akses pelayanan kunjungan awal pemeriksaan
(cangkupan K1) menurut Depkes (2004), indikator akses ini digunakan untuk
mengetahui jangkauan pelayanan antenatal serta kemampuan program dalam
menggerakkan masyarakat. Rumusan yang dipakai untuk perhitungannya adalah :
|
c.
Pemeriksaan Awal Kehamilan
1)
Anamnesis
Tujuan dari anamnesis adalah untuk mendeteksi
komplikasi-komplikasi dan menyiapkan untuk persalinan dengan mempelajari keadaan kehamilan ibu sekarang, kehamilan dan
kelahiran terdahulu, kesehatan secara umum dan kondisi sosial ekonomi
(Pusdinakes, 2003).
Anamnesis terdiri dari tiga macam yaitu anamnesis
tentang identitas (nama pasien, nama suami, pekerjaan dan alamat) anamnesis
obstetrik (kehamilan ke berapa, jenis persalinan terdauhulu, lama kawin dan
tanggal haid terakhir) dan anamnesis tentang keluhan utama.
2)
Pemeriksaan Fisik
a)
Kolostrum keluar dari puting (dugaan).
b)
Perubahan warna pada payudara (dugaan).
c)
Payudara membesar, terasa tegang dan teraba
tonjolan-tonjolan dan pembaran puting (dugaan).
d)
Pembesaran abdomen (kemungkinan).
e)
Palpasi batas-batas janin dan ballothement
(kemungkinan)
f)
Penggerakan janin dan Djj positif (Varney, 2007).
3)
Pemeriksaan Panggul
a)
Pembesaran uterus (kemungkinan).
b)
Perubahan bentuk uterus (kemungkinan).
c)
Tanda piskacek (kemungkinan).
d)
Tanda hegar (kemungkinan).
e)
Tanda gooden (kemungkinan).
f)
Palpasi kontraksi Braxton Hicks (kemungkinan).
g)
Tanda Chadwick (kemungkinan) (Varney, 2007).
4)
Pemeriksaan Laboratorium
a)
Tes kehamilan positif (kemungkinan).
b)
Bukti kehamilan melalui
pemeriksaan sonografi (positif) (Varney, 2007).
2.
Kunjungan Ulang (K4)
a.
Pengertian
Kunjungan ulang adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang
keempat (atau lebih) untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang
ditetapkan (Depkes, 2004).
Kunjungan ulang adalah kontak atau pemeriksaan
dengan petugas kesehatan keempat kalinya atau lebih (Sudrajad, 2003).
Kunjungan ulang adalah kunjungan yang selanjutnya
dilakukan wanita setelah melalui pemeriksaan
antepartum pertamanya (Varney, 2007).
b.
Indikator Pemantauan (PWS-KIA)
Akses pelayanan kunjungan awal pemeriksaan
(cangkupan K4) menurut Depkes (2004), dengan indikator ini dapat diketahui
cakupan pelayanan secara lengkap (memenuhi standar pelayanan dan menepati waktu
yang ditetapkan) yang menggambarkan tingkat perlindungan ibu disuatu wilayah
menggambarkan manajemen ataupun kelangsungan KIA. Rumusan yang dipakai untuk
perhitungannya adalah :
|
c.
Pemeriksaan Ulang Kehamilan
Menurut Manuaba (1998) dan Varney (2007) yang
dilakukan pada pemeriksaan ulang kehamilan adalah :
1)
Anamnesis, yaitu keluhan hamil, fisiologis dan
keluhan hamil patologis (Manuaba, 1998).
2)
Pemeriksaan fisik, yaitu dilakukan untuk mendeteksi
berbagai tanda komplikasi dan untuk
mengevaluasi kesejahteraan janin (Varney, 2007).
Pemeriksaan
fisik dibagi menjadi dua, yaitu :
a)
Pemeriksaan Umum
1.
Kesan umum : composmentis, tampak sakit.
2.
Pemeriksaan : tekan darah, nadi, pernapasan, suhu,
berat badan dan hal lain yang dipandang perlu.
b)
Pemeriksaan Fisik Umum
1.
Inspeksi : TFU, keadaan dinding abdomen dan gerak
janin yang tampak.
2.
Palpasi menurut Kneble, Leopold, Buddin dan Ahfeld.
3.
Perkusi : meteorisme dan tanda cairan bebas.
4.
Auskultasi : bising usus, Djj, gerak janin
intrauterin dan hal ini yang terdengar.
5.
Pemeriksaan dalam : pembukaan, perlunakan serviks,
ketuban, penurunan bagian terendah, penempatan kombinasi, tumor yang menyertai
bagian terendah dan pelvimetri panggu.
6.
Pemeriksaan tambahan : pemeriksaan laboratorium,
USG, tes pemeriksaan air ketuban dan bateriologi.
2.1.4
Jadwal Kunjungan Ibu Hamil
Jadwal melakukan pemeriksaan Intenatal Care ANC) sebanyak 12 sampai
13 kali selama hamil. Di negara berkembang pemeriksaan antenatal care dilakukan
sebanyak 4 kali sudah cukup sebagai kasus tercatat (Manuaba, 1998).
Menurut Mochtar (1998),
jadwal pemeriksaan kehamilan dapat dilakukan :
1.
Pemeriksaan
pertama kali yang ideal adalah sedini mungkin ketika haidnya terlambat satu
bulan.
2.
Periksa
ulang 1 x sebulan sampai kehamilan 7 bulan.
3.
Periksa
ulang 2 x sebulan sampai kehamilan 9 bulan.
4.
Periksa
ulang setiap minggu sesudah kehamilan 9 bulan.
5.
Periksa
khusus bila ada keluhan-keluhan.
2.1.5
Kebijakan Program
Menurut Saifudin (2002),
kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan,
yaitu :
1. Trimester I dan II
a. Satu kali pada trimester I dan II.
b. Diambil data tentang laboratorium.
c. Pemeriksaan ultrasonografi.
d. Nasehat diet tentang 4 sehat 5 sempurna.
e. Nasehat diet tentang 4 sehat 5 sempurna.
f. Observasi adanya penyakit yang dapat
mempengaruhi komplikasi kehamilan.
g. Rencana untuk pengobatan penyakit,
menghindari terjadinya komplikasi kehamilan dan imunisasi tetanus 1.
2. Trimester III
a. Dua kali pada trimester III.
b. Diet data laboratorium untuk melihat
hasil pengobatan.
c. Diet 4 sehat 5 sempurna.
d. Pemeriksaan ultrasonografi.
e. Imunisasi tetanus (TT).
f. Observasi adanya penyakit yang menyertai
kehamilan dan komplikasi kehamilan pada trimester III.
g. Rencana pengobatan.
h. Nasehat tanda-tanda inpartu dan kemana
harus datang untuk melahirkan.
2.1.6
Pelayanan atau Asuhan Standar
Minimal “7T”
Menurut Sarwono (2002),
pelayanan atau asuhan standar minimal “7T” teridri dari :
1. Timbang berat badan.
2. Ukur tekanan darah.
3. Ukur tinggi fudus uteri.
4. Pemberian imunisasi Tetanus Toxoid (TT).
5. Pemberian tablet zat besi (Fe).
6. Tes terhadap penyakit seksual (PMS).
7. Temu Wicara.
2.1.7
Kebijakan Tekhnis
Penatalaksanaan ibu hamil
secara keseluruhan meliputi komponen-komponen sebagai berikut :
1. Mengupayakan kehamilan yang sehat.
2. Melakukan deteksi dini komplikasi,
melakukan penatalaksanaan awal serta rujukan bila diperlukan.
3. Persiapan persalinan yang bersih dan
aman.
4. Perencanaan antisipasi dan persiapan dini
untuk melakukan rujukan jika terjadi komplikasi (Saifudin, 2002).
2.2
Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Pemeriksaan Kehamilan yang Diteliti
2.2.1
Sikap
Sikap adalah reaksi atau
respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulasi atau objek
(Azwar, 2003).
Menurut Notoatmodjo (2005:
122), sikap seseorang itu mencerminkan dari pendapatannya atau pendapat
seseorang merupakan pernyataan dari sikap.
Menurut penelitian Linda
Fakultas Kesehatan Masyarakat (2004), memahami sikap merupakan perawatan
pemeriksaan kehamilan (antenatal care) merupakan hal yang penting untuk
mengetahui dampak kesehatan bayi dan si ibu sendiri, fakta berbagai kalangan
masyarakat di Indonesia, masih banyak ibu-ibu yang menganggap kehamilan sebagai
hal yang biasa, alamiah, kodrati. Mereka merasa tidak perlu memeriksakan
dirinya secara rutin ke bidan ataupun ke dokter.
Menurut penelitian
Ferryefendi (2007), bahwa untuk bersikap sehat masyarakat memerlukan sarana
prasana pendukung, misalnya : sikap pemeriksaan kehamilan ibu yang mau periksa
hamil tidak hanya karena ia tahu dan sadar manfaat pemeriksaan kehamilan saja,
melainkan ibu tersebut dengan mudah harus dapat memperoleh fasilitas atau tempat
periksa hamil, misalnya : Puskesmas, Polindes, Bidan Praktik, atau Rumah Sakit.
2.2.2
Pengetahuan
Pengetahuan adalah khasanah
kekayaan mental secara langsung atau tidka langsung turut memperkaya kehidupan
kita (Notoatmodjo, 2000).
Menurut penelitian yang dilakukan
Ferryefendi (2007), bahwa pemeriksaan kesehatan bagi ibu hamil diperlukan
pengetahuan dan kesadaran ibu tersebut tentang manfaat pemeriksaan kehamilan
baik bagi kesehatan ibu sendiri dan janinnya. Disamping itu kadang-kadang
kepercayaan, tradisi dan sistem nilai masyarakat itu juga dapat mendorong atau
menghambat ibu untuk periksa hamil misalnya : orang hamil tidak boleh disuntik
(periksa hamil termaksud memperoleh suntikan antio tetanus) karena suntikan
bisa menyebabkan anak cacat.
Menurut penelitian
Syamsulhuda BM, dkk (2008) responden yang kebanyakan berpendidikan SD pada
umumnya mempunyai tingkat pengetahuan yang kurang terhadap manfaatnya, ini
dapat dilihat lebih dari 50% responden tidak dapat menjawab pertanyaan mengenai
pengetahuan ANC.
2.3
Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Pemeriksaan Kehamilan tidak Diteliti
2.3.1
Pendidikan
Menurut Sri Astuti (2007),
bahwa beberapa faktor yang melatarbelakangi risiko kematian di atas adalah
kurangnya partisipasi masyarakat yang disebabkan tingkat pendidikan ibu rendah,
kemampuan ekonomi keluarga rendah, kedudukan sosial budaya yang tidak
mendukung.
Sedangkan
menurut Wiludieng (2007), bahwa rendahnya pendidikan ibu akan berdampak pada rendahnya pengetahuan ibu
yang berpengaruh pada keputusan ibu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.
Makin rendah pengetahuan ibu, makin sedikitnya keinginannya untuk memanfaatkan
pelayanan kesehatan.
2.3.2
Fisik
Seorang ibu hamil dipengaruhi
oleh status kesehatan dan status gizi ibu dan status kesehatan dapat diketahui
dengan pemeriksaan diri dan kehamilannya ke pelayananan kesehatan terdekat
seperti Puskesmas, rumah bersalin atau poliklinik kebidanan, karena manfaat
pemeriksaan kehamilan sangat besar, maka dianjurkan kepada ibu hamil untuk
memeriksakan kehamilannya secara rutin di tempat pelayanan kesehatan terdekat.
Selain itu gizi ibu hamil
juga merupakan hal yang sangat berpengaruh selama masa kehamilan. Kekurangan
gizi tentu saja akan menyebabkan akibat yang buru bagi ibu dan janin (Kespro,
2007).
2.3.3
Psikologis
Faktor psikologis yang turut
mempengaruhi kehamilan, misalnya stress yang terjadi pada ibu hamil dapat
mempengaruhi kesehatan ibu dan janin. Jani dapat mengalami keterhambatan
perkembangan atau gangguan emosi saat lahir nanti jika stress pada ibu tidak
tertangani dengan baik (Kespro, 2007).
2.3.4
Dukungan Keluarga
Merupakan andil yang besar
dalam menentukan status kesehatan ibu. Jika seluruh keluarga mengharap
kehamilan, mendukung bahkan memperhatikan dukungannya dalam berbagai hal, maka
ibu hamil akan merasa lebih percaya diri, lebih bahagia dan siap dalam
menjalani kehamilan, persalinan dan masa nifas (Kespro, 2007).
2.3.5
Ekonomi
Keluarga
dengan ekonomi yang cukup dapat memeriksakan kehamilannya secara rutin,
merencakan persalinan di tenaga kesehatan dan melakukan persiapan lainnya
dengan baik. Namun dengan adanya perencanaan yang baik sejak awal, membuat
tabungan bersalin, maka kehamilan dan proses persalinan dapat berjalan dengan
baik (Kespro, 2007).
2.3.6
Lingkungan Sosial
2.3.7
Adat Istiadat
Perilaku
makan juga harus diperhatikan, terutama yang berhubungan dengan adat istiadat.
Jika adat makan yang dipantang adat, padahal baik untuk gizi ibu hamil maka
sebaiknya tetap dikonsumsi (Kespro, 2007).