BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Jumlah penduduk yang
terus meningkat merupakan masalah besar bagi negara-negara di dunia, khususnya
negara berkembang. Ditingkat dunia gerakan keluarga berencana telah berhasil
menurunkan jumlah anak pada tiap keluarga
dari 3 menjadi 2 orang anak, khususnya di negara maju. Pencapaian
peserta KB pada Pasangan Usia Subur (PUS) sekitar 56% ditingkat dunia dapat
merupakan dugaan transisi pertumbuhan penduduk (Manuaba, 2002).
Jumlah
penduduk Indonesia
pada tahun 2025 diprediksikan sekitar 2363 juta. Namun jumlah tersebut akan sangat
meningkat, apabila intensitas dan frekuensi pengelolaan program Keluarga
Berencana (KB) menurun (Bappenas, 2005).
Gerakan
Keluarga Berencana Nasional adalah gerakan masyarakat yang menghimpun dan mengajak segenap potensi masyarakat
untuk berpartisipasi aktif dalam melambangkan dan membudayakan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) dalam rangka
meningkatkan mutu sumber daya manusia Indonesia (Wiknjoksastro, 2005).
Berdasarkan Data
dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 1997-2003 jumlah
akseptor KB mengalami peningkatan dari 57,4% menjadi 60,3% pada tahun 2003.
Dengan jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) berjumlah 5.918.271 pasang. Dari jumlah
ini sebesar 693.621 orang (11,72%) merupakan peserta KB baru dan sebesar
4.604.415 orang (77,80%) merupakan akseptor KB aktif. Dewasa ini diperkirakan
lebih dari 100 juta wanita yang memakai AKDR, hampir 70% nya terdapat di Cina
sebaliknya hanya 6% di negara maju dan 0,5% di Sub-Sahara Afrika.
Berdasarkan data
yang di dapat dari Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
Propinsi Sumatera Selatan tahun 2008 dilaporkan bahwa jumlah Pasangan Usia
Subur (PUS) sebesar 1.129.745 orang dengan peserta KB IUD sebesar 45.885 orang
(0,04%), KB MOP sebesar 3.941 orang (0,03%), KB MOW sebesar 41.659 orang (0,03%),
KB Implant sebesar 185.605 orang (0,16%), KB Sutikan sebesar 480.420 orang (0,42%),
KB Pil sebesar 339.374 orang (0,30%) dan KB Kondom sebesar 32.861 (0,02%)
(BKKBN, 2008).
Pemerintah Propinsi Sumatera
Selatan telah memprogramkan Sumatera Selatan Sehat 2008. Melalui Upaya
Kesehatan Perorangan (UKP) dan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) serta
meningkatkan Program Keluarga Berencana. Oleh karena itu, pada tahun 2006 telah
dilaksanakan beberapa upaya menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dengan
menggunakan dana dekonsentrasi Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN). Cara
yang efektif dalam usaha menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) yaitu dengan
menggunakan Program Keluarga Berencana (Dwijo, 2008).
Menurut Ardiyan
2005, peneliti menyatakan bahwa umur dan pendidikan mempunyai pengaruh yang
kuat pada perilaku reproduksi dan pemakaian alat kontrasepsi.
Berdasarkan data
yang diambil dari Rekam Medik Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin
Palembang tahun 2008, ibu yang memakai alat kontrasepsi berjumlah 117 orang.
Berdasarkan data di
atas peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Hubungan antara Umur dan Pendidikan Ibu dengan Pemakaian Kontrasepsi IUD
(Intra Uterine Devices) di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang
Tahun 2008”.
1.2
Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan
antara umur dan pendidikan ibu dengan pemakaian kontrasepsi IUD (Intra Uterine Devices) di Rumah Sakit
Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin
Palembang tahun 2008?
1.3
Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui
hubungan antara umur dan pendidikan ibu dengan pemakaian kontrasepsi IUD (Intra Uterine Devices) di Rumah Sakit
Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang
tahun 2008.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Diketahuinya hubungan antara umur
dengan pemakaian kontrasepsi IUD (Intra Uterine Devices) di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang
tahun 2008.
2. Diketahuinya hubungan antara
pendidikan ibu dengan pemakaian kontrasepsi IUD (Intra Uterine Devices) di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2008.
1.4
Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Peneliti
Untuk menambah
wawasan dan pengetahuan peneliti mengenai Keluarga Berencana (KB) khususnya
tentang IUD (Intra Uterine Devices) dan
dapat menerapkan ilmu yang telah didapatkan saat kuliah khususnya metodelogi
penelitian dan statistik.
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini
diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan informasi bagi mahasiswa dan
menambah bahan referensi di Akademi Kebidanan Budi Mulia Palembang .
1.4.3 Bagi Instansi Kesehatan
Dapat
digunakan sebagai bahan masukan dalam upaya pengembangan Program KIE dan
konseling mengenai kontrasepsi, terutama IUD (Intra Uterine Devices).
1.5
Ruang Lingkup
Ruang lingkup
penelitian ini penulis membatasi masalah hubungan antara umur dan pendidikan
ibu dengan pemakaian kontrasepsi IUD (Intra
Uterine Devices) di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2008.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi Keluarga Berencana
Keluarga berencana merupakan satu-satunya harapan
manusia untuk dapat meningkatkan kesejahteraan sehingga harapan agar penduduk dunia
stabil dapat cepat tercapai (Manuaba, 2002).
Keluarga berencana adalah proses yang disadari oleh
pasangan untuk memutuskan jumlah dan jarak anak serta waktu kelahiran (Stright,
2005).
Keluarga berencana merupakan upaya pelayanan kesehatan
preventif yang paling dasar dan utama (Saifuddin, 2006).
2.2
Definisi Kontrasepsi
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah kehamilan.
Kontrasepsi berasal dari dua kata yaitu kontra dan konsepsi yang disatukan
menjadi kontrasepsi. Dengan demikian kehamilan dan pengertian metode keluarga
berencana adalah saat terjadinya “Konsepsi” (Manuaba, 2002).
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya
kehamilan. Upaya itu dapat bersifat sementara dapat pula bersifat permanen
(Wiknjosastro, 2005).
Kontrasepsi adalah pencegahan kehamilan yang disadari
(Stright, 2005).
2.3
Macam-Macam Kontrasepsi, antara lain :
Menurut Manuaba (2002), macam kontrasepsi adaalah
sebagai berikut :
1.
Kontrasepsi metode sederhana,
yaitu :
a.
Kondom.
b.
Spermisida.
c.
Koitus intruptus (senggama
terputus).
d.
Pantang berkala.
2.
Kontrasepsi metode efektif,
yaitu :
a.
Hormonal yaitu pil KB, suntikan
KB dan susuk KB.
b.
Mekanis yaitu AKDR (Alat
Kontrasepsi Dalam Rahim).
c.
Metode KB darurat.
d.
Metode mantap dengan cara
operasi (MOP dan MOW).
2.4
IUD (Intra Uterine Devices)/
AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
2.4.1 Sejarah dan Pengenalan
Pada tahun 1909 Richter dan Grafenberg melaporkan
pengalamannya dengan IUD terbuat dari usus ulat sutra. Memulai kerjanya dengan
usus ulat sutra membuat lingkaran usus yang dipertahankan oleh suatu kawat yang
mengandung Ag dan Cu. Tahun 1934, Otta menuturkan pengalaman dengan IUD-nya di
Jepang (Hartanto, 2004).
Suatu benda atau alat yang dimasukkan ke dalam uterus dengan
tujuan mencegah terjadinya kehamilan, sejak zaman dahulu kala telah dikenal.
Penggembala-penggembala unta bangsa Arab dan Turki berabad lamanya melakukan
cara ini dengan memasukan batu kecil yang bulat dan licin ke dalam alat genital
unta mereka, dengan tujuan untuk mencegah terjadinya kehamilan dalam perjalanan
jauh (Wiknjosastro, 2005).
2.4.2 Pengertian IUD/AKDR
IUD atau AKDR merupakan salah satu jenis metode
kontrasepsi non hormonal, yang digunakan dengan cara memasukan alat yang
terbuat dari logam ke dalam rahim (Indarti, 2004).
IUD atau AKDR merupakan alat fleksibel yang dimasukkan
ke dalam rongga uterus (Stright, 2004).
IUD atau AKDR adalah cara pencegahan kehamilan yang
sangat efektif, aman dan reversibel bagi wanita tertentu, terutama yang tidak
terjangkit PMS dan sudah pernah melahirkan. Alat kontrasepsi ini yang berbentuk
plastik atau logam kecil yang dimasukan ke uterus melalui kanalis servikalis
(Brahm, 2007).
2.4.3 Jenis Kontrasepsi IUD/AKDR
1.
IUD/AKDR yang mengandung obat
IUD/AKDR mengandung obat yang
digunakan meliputi dua model penghasil hormone, yang tersedia hanya dibeberapa
negara dan dengan model-model yang mengandung tembaga (Copper T 380A, Copper T
200, Copper T 220C, Multiload 375, Multiload 250, Nova T).
2.
IUD/AKDR yang tidak mengandung
obat
IUD/AKDR tanpa obat yang digunakan
adalah Lippes loop dan cincin baja tahan karat tunggal dan ganda.
(Brahm, 2007).
2.4.4 Mekanisme Kerja IUD/AKDR
1.
Menghambat kemampuan sperma
untuk masuk ke tubah falopii.
2.
Mempengaruhi fertilisasi
sebelum ovum mencapai ovum uteri.
3.
AKDR bekerja terutama mencegah
sperma dan ovum bertemu, walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat
reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi.
4.
Memungkinkan untuk mencegah
implantasi dalam uterus.
(Saifudin, 2003)
2.4.5 Efektifitas IUD/AKDR
1.
Efektifitas dari IUD dinyatakan
dalam rangka kontinuitas (continuation rak) yaitu berapa lama IUD tetap tinggal
in-utero tanpa :
a.
Ekspulsi spontan.
b.
Terjadinya kehamilan.
c.
Pengangkutan atau pengeluaran
karena alasan-alasan medis atau pribadi.
2.
Efektifitas dari bermacam-macam
IUD tergantung pada IUD-nya :
a.
Umur.
b.
Paritas.
c.
Frekuensi senggama.
3.
Dari faktor-faktor yang
berhubungan dengan akseptor yaitu umur dan paritas diketahui :
a.
Makin tua usia, makin rendah
angka kehamilan, ekspulsi dan pengangkatan atau pengeluaran IUD.
b.
Makin muda usia, terutama pada
nulligravida, makin tinggi angka ekspulsi dan pengangkatan atau pengeluaran IUD
(Hartanto, 2004)
2.4.6 Keuntungan IUD/AKDR
Menurut Saifuddin (2006), keuntungan dari IUD/AKDR yaitu
:
1.
Sebagai kontrasepsi sangat
efektif tinggi.
2.
IUD dapat efektif segera
setelah pemasangan.
3.
Metode jangka panjang (10 tahun
proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu diganti).
4.
Tidak mempengaruhi hubungan
seksual.
5.
Tidak ada efek samping hormonal
dengan CuT-380A.
6.
Tidak mempengaruhi kualitas dan
volume ASI.
7.
Dapat dipasang segera setelah
melahirkan atau abortus (apabila tidak terjadi infeksi).
8.
Dapat digunakan sampai
menopause (1 tahun atau lebih setelah haid terakhir).
9.
Tidak ada interaksi dengan
obat-obatan.
10.
Setelah IUD dikeluarkan, bisa
langsung subur.
2.4.7 Kerugian IUD/AKDR
Menurut Saifuddin (2006), kerugian IUD/AKDR sebagai
berikut :
1.
Efek samping yang umum terjadi
:
a.
Perubahan siklus haid (umumnya
pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan).
b.
Haid lebih lama dan banyak.
c.
Perdarahan (spotting) antar
menstruasi.
d.
Saat haid lebih sedikit.
2.
Komplikasi lain :
a. Merasakan sakit dan kejang selama 3
sampai 5 hari setelah pemasangan.
b.
Perdarahan yang berat pada
waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan penyebab anemia.
c.
Perforasi dinding uterus
(sangat jarang apabila pemasangannya benar).
3.
Tidak mencegah IMS termasuk
HIV/AIDS.
4.
Tidak baik digunakan pada
perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering berganti pasangan.
5.
Penyakit radang penggul terjadi
sesudah perempuan dengan IMS memakai AKDR PRP dapat memicu infertilitas.
6.
Prosedur medik, termasuk
pemeriksaan pelvik diperkirakan dalam pemasangan AKDR sering kali perempua
takut selama pemasangan.
7.
Sedikit
nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan AKDR. Biasanya menghilang 1 sampai 2 hari.
8.
Klien tidak dapat melepas AKDR
oleh dirinya sendiri.
9.
Mungkin AKDR keluar dari uterus
tanpa diketahui (sering terjadi apabila AKDR dipasang segera sesudah
melahirkan).
10.
Tidak mencegah terjadinya
kehamilan ektopik karena fungsi AKDR untuk mencegah kehamilan normal.
11.
Perempuan harus memeriksa
posisi benang AKDR dari waktu ke waktu, untuk melakukan ini perempuan harus
memasukan jarinya ke dalam vagina.
2.4.8 Efek Samping IUD/AKDR
Menurut Wiknjosastro (2005), efek samping dari IUD/AKDR
antara lain :
1.
Nyeri pada waktu pemasangan.
2.
Kejang rahim, terutama pada
bulan-bulan pertama.
3.
Nyeri pelvik.
4.
Perdarahan di luar haid
(spotting).
5.
Darah haid lebih banyak
(menoragia).
6.
Sekret vagina lebih banyak.
2.4.9 Indikasi IUD/AKDR
1.
Usia reproduktif.
2.
Keadaan nulipara.
3.
Menginginkan menggunakan
kontrasepsi jangka panjang.
4.
Menyusui yang menginginkan
menggunakan kontrasepsi.
5.
Setelah melahirkan dan tidak
menyusui bayinya.
6.
Setelah mengalami abortus dan
tidak terlihat adanya infeksi.
7.
Risiko rendah dari IMS.
8.
Tidak menghendaki metode
hormonal.
9.
Tidak menyukai untuk
mengingat-ingat minum pil setiap hari.
10.
Tidak
menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari senggama.
Pada umumnya ibu dapat menggunakan AKDR Cu
dengan aman dan efektif. AKDR dapat digunakan pada ibu dalam segala kemungkinan
keadaan misalnya :
1.
Perokok.
2.
Pascakeguguran atau kegagalan
kehamilan apabila tidak terlihat adanya infeksi.
3.
Sedang memakai antibiotik atau
antikejang.
4.
Gemuk ataupun yang kurus.
5.
Sedang menyusui.
2.4.10 Kontra-Indikasi IUD/AKDR
1.
Sedang hamil (diketahui hamil
atau kemungkinan hamil).
2.
Perdarahan vagina yang tidak
diketahui (sampai dapat dievaluasi).
3.
Sedang menderita infeksi alat
genital (vaginitis, servisitis).
4.
Tiga bulan terakhir sedang
mengalami atau sering menderita PRP atau abortus septik.
5.
Kelainan bawaan uterus yang
abnormal atau tumor jinak rahim yang dapat mempengaruhi kavum uteri.
6.
Penyakit trofoblas yang ganas.
7.
Diketahui menderita TBC pelvik.
8.
Kanker alat genital.
9.
Ukuran rongga rahim kurang dari
5 cm.
(Saifuddin, 2006)
2.4.11 Waktu Pemasangan IUD/AKDR
1.
Sewaktu haid sedang
berlangsung.
2.
Sewaktu postpartum.
3.
Sewaktu postabortum.
4.
Beberapa hari setelah haid
terakhir.
(Wiknjosastro, 2005)
2.4.12 Tahap Pemasangan IUD/AKDR
1.
Persiapan Alat-Alat
a.
1 set AKDR/IUD.
b.
Sarung tangan 2 pasang.
c.
Spekulum cocor bebek.
d.
Cunam tampon.
e.
Tenaklum.
f.
Sonde uterus.
g.
Lampu sorot atau senter.
h.
Gunting.
i.
Kom berisi povidon iodin.
j.
Kassa.
k.
Klorin 0,5% (bayclin: air 1:9)
di dalam ember dengan tutup.
l.
Tempat sampah dengan plastik.
2.
Cara Kerja
Persiapan Pasien
a.
Lakukan konseling pada pasien
agar mantap minta pasien buang air kecil dulu dan membersihkan kemaluannya
dengan sabun. Siapkan peralatan dan cek tanggal kadaluwarsa IUD.
b.
Cuci tangan selama 15-30 detik
dengan air yang mengalir bersihkan tangan handuk kering dan bersih. Gunakan
sarung tangan dengan baik dan steril.
c.
Periksa genetalia externa awasi
adanya luka bernanah, kelenjar bartholi yang membesar, kelenjar getah bening
yang membesar (jika ada, pemasangan ditunda dan pasien diobati dulu).
d.
Pasang spekulum dengan jari
telunjuk kiri menekan bagian bawah, pada inspekulo lihat pertio, awasi adanya
erosi, flour yang ada normal atau tidak (jika ada, pemasangan ditunda dan
pasien diobati dulu). Tutup spekulum, miringkan dan keluarkan.
e.
Lakukan periksa dalam secara
bimanual, awasi adanya nyeri goyang dan arah uterus (jika ada, pemasangan
ditunda dan pasien diobati dulu).
f.
Bersihkan ujung sarung tangan
dalam larutan klorin dalam ember, lepas dan masukkan ke dalam ember.
Persiapan IUD
a.
Siapkan
bagian-bagian alat : leher biru, pendorong, kertas pengukur, kertas transparan, kertas baja, tabung IUD. Yakinkan IUD berada
pada tabung, jika berada di luar, dorong masuk, jika tali IUD keluar seluruhnya
dari tabung, IUD tidak dapat dipakai.
b.
Buka kertas transparan
sepertiga bagian, angkat ke atas vertikal, lipat
bagian belakang seperti membuka pisang, keluarlah pendorong (ujung
tabung dan pendorong tidak boleh menyentuh apapun), masukan ke dalam tabung IUD, kembalikan kertas bagian belakang,
letakan di tempat datar lagi, tahan kedua lengan IUD dengan ibu jari dan jari
telunjuk tangan kiri. Dorong kertas pengukur sampai terasa tahanan. Dorong
tabung sampai kedua lengan terlipat. Tarik tabung ke bawah sedikit, angkat ke
atas, masukan kedua lengan ke
dalam tabung.
Pemasangan IUD
a.
Kenakan sarung tangan, pasang
spekulum dan kunci, ambil kassa dengan cunam tampon, celupkan ke dalam pavido
iodin, masukan ke dalam dan bersihkan sebanyak 2 kali.
b.
Pasang tenakulum pada portio di
jam 11 sekitar 1 cm dari portio, masukan sonde dan tarik tenakulum ke arah luar
agar uterus dan salurannya berada dalam satu garis lurus, ukur panjang uterus.
Keluarkan sonde dalam keadaan mendatar. Tera panjang uterus pada kertas
pengukur IUD dengan meletakkan ujung sonde pada garis biru atau merah dan
memakai salah satu huruf sebagai ukuran batas.
c.
Letakkan tabung IUD sehingga
leher biru bagian depan berada dibatas “huruf” tahan leher biru dengan
telunjuk, dorong tabung sampai ujung T (IUD) sampai garis batas.
d.
Buka plastik (kertas
transparan) seluruhnya. Ambil IUD dengan ibu jari dan telunjuk pada posisi
mendatar atau sejajar dan gunakan tiga jari sebagai alasnya.
e.
Masukan ke dalam uterus
(portio) sampai terasa tahanan, tarik tenakulum, pegang tenakulum dan pendorong
dengan tangan kiri.
f.
Tahan pendorong, tarik tabung
sampai ketemu pangkal pendorong, keluarkan pendorong, dorong tabung sampai
terasa ada tahanan. Lepas tenakulum.
g.
Tarik tabung sampai terlihat
benang 3 - 4 cm dari portio, potong benang dengan gunting, keluarkan tabung,
perhatikan bekas jepitan tenakulum berdarah
atau tidak bila perlu ditekan dengan kassa steril.
h.
Buka spekulum, lepas sarung
tangan lalu cuci tangan.
i.
Terangkan pada ibu bahwa IUD
dapat bertahan selam 10 tahun,
1 minggu lagi ibu datang untuk kontrol ulang atau ibu diminta segera
datang bila panas, berdarah banyak atau sakit kemudian diminta menunggu 15 - 20
menit diruang tunggu sebelum pulang bila tidak pusing, diberitahu cara merawat
IUD yaitu dengan cara membersihkan kemaluannya dengan sabun, jongkok lalu raba
dengan jari apakah masih ada tali pada kemaluan.
j.
Catat dibuku: tanggal, jenis
IUD dan nama pemasangnya.
(Mansjoer, 2001)
2.4.13 Kunjungan Ulang
1.
Kembali memeriksakan diri
setelah 4 sampai 6 minggu pemasangan AKDR.
2.
Selama bulan pertama
mempergunakan AKDR, periksalah benang AKDR secara rutin terutama setelah haid.
3.
Setelah bulan pertama
pemasangan, hanya perlu memeriksakan keberadaan benang setelah haid apabila
mengalami :
a.
Kram/kejang di perut bagian
bawah.
b.
Perdarahan (spotting) diantara haid atau setelah senggama.
c.
Nyeri setelah senggama atau
apabila pasangan mengalami tidak nyaman selama melakukan hubungan seksual.
4.
Copper T-380A perlu dilepas
setelah 10 tahun pemasangan, terapi dapat dilakukan lebih awal apabila
diinginkan.
5.
Kembali ke klinik apabila :
a.
Tidak dapat meraba benang AKDR.
b.
Merasakan bagian yang keras
dari AKDR.
c.
AKDR terlepas.
d.
Siklus terganggu/meleset.
e.
Terjadi pengeluaran cairan dari
vagina yang mencurigakan.
f.
Adanya infeksi.
(Saifuddin, 2006).
2.4.14 Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Pemakaian Kontrasepsi IUD yang diteliti
1.
Umur
Dilihat dari faktor-faktor yang
berhubungan dengan akseptor yaitu umur, bahwa makin tua usia makin rendah angka
kehamilan, ekspulsi dan pengangkatan atau pengeluaran IUD dan makin muda usia terutama pada nuligravida makin tinggi angka ekspulsi
dan pengangkatan atau pengeluaran IUD. Jadi kejadian ekspulsi berkurang
dengan meningkatnya usia akseptor, pada usia muda dan nulipara ekspulsi lebih
sering terjadi (Hartanto, 2004).
Pada usia 20 - 30 tahun dianjurkan
untuk menjarangkan kehamilan. Cara kontrasepsi yang dianjurkan adalah AKDR,
susuk, kontrasepsi suntikan, Pil mini, Pil KB dan kondom. Sesudah usia 30 tahun atau fase mengakhiri kesuburan, dianjurkan
menggunakan kontrasepsi mantap, AKDR, susuk, kontrasepsi suntikan, Pil KB dan
kondom (Wiknjosastro, 2005).
2.
Pendidikan
Menurut
kamus besar bahasa Indonesia
(2005), pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan
tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran, pelatihan, proses dan perbuatan cara mendidik.
Pendidikan adalah salah satu faktor
penentu pada gaya
hidup dan status kehidupan seseorang dalam masyarakat. Tingkat pendidikan yang
dimiliki mempunyai pengaruh yang kuat pada prilaku reproduksi dan penggunaan
alat kontrasepsi (Ardiyan, 2005).
Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan
Indonesia
(2002-2003) pemakaian alat kontrasepsi meningkat sejalan dengan tingkat
pendidikan. Wanita yang tidak sekolah menggunakan cara kontrasepsi modern sebesar
45%, sedangkan wanita berpendidikan menengah atau lebih tinggi yang menggunakan
cara kontrasepsi modern sebanyak 58%. Semakin tinggi tingkat pendidikan wanita,
semakin besar kemungkinannya memakai alat atau cara KB modern. IUD atau AKDR
banyak digunakan pada wanita dengan tingkat pendidikan tinggi (SMA, Perguruan
Tinggi) dibandingkan dengan tingkat pendidikan rendah (SD, SLTP).