Ilmu Asuhan Kebidanan dan Keperawatan

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS SWAKELOLA DEMPO KOTA PALEMBANG TAHUN 2008


BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa ASI adalah suatu cara yang tidak tertandingi oleh apapun dan menyediakan makanan ideal untuk pertumbuhan dan perkembangan seorang bayi maka pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan adalah cara yang paling optimal dalam pemberian makanan bayi (hhtp/November,21,2007/Kelly Mom.com.2007).
WHO/UNICEF membuat deklarasi yang dikenal dengan deklarasi Innocenti linnocenti, Italia tahun 1990 ini bertujuan untuk melindungi, mempromosikan, dan memberi dukungan pada pemberian ASI. Deklarasi ini juga ditandangani oleh, Indonesia sebagai tujuan global untuk meningkatkan kesehatan dan mutu makanan bayi secara optimal, maka semua itu dapat memberikan ASI eksklusif dan semua bayi diberi ASI eksklusif sejak lahir sampai berusia 6 bulan. Karena menurut WHO, setiap tahun terdapat 1- ½ juta bayi di dunia yang meninggal karena tidak diberi ASI eksklusif (Roesli, 2000).
WHO juga mengatakan menurut laporan tahun 2000, lebih kurang 1,5 juta anak meninggal karena pemberian makanan yang tidak benar. Kurang dari 15 persen bayi di seluruh dunia diberi ASI eksklusif selama 4 bulan dan seringkali makanan pendamping ASI tidak sesuai dan tidak aman (http.kompas.2004)
ASI eksklusif juga merupakan makanan terbaik bagi bayi karena mengandung zat gizi paling sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Hal ini tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI  No. 450/Menkes/ SK/ IV/2004, yang ditetapkan tanggal 7 April 2004. Menkes menetapkan, pemberian ASI sejak umur 0-6 bulan dilanjutkan sampai anak berusia 2 tahun dengan pemberian makanan yang sesuai (Depkes, 2008).
Pemberian ASI bukanlah sekedar pemberian makanan kepada bayi, bahkan ibu mendekap bayi yang sedang disusukannya, pandangan matanya tertuju kepada bayi dengan nuansa kasih sayang dan keinginan untuk dapat memahami keutuhan si bayi (Suradi, dkk. 2003).
Berdasarkan Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002-2003, didapati data jumlah pemberian ASI eksklusif pada bayi di bawah usia dua bulan hanya mencakup 64% dari total bayi yang ada. Presentase tersebut menurun seiring dengan bertambahnya usia bayi yakni, 46% pada bayi usia 2-3 bulan dan 14% pada bayi usiua 4-5 bulan. Yang lebih memprihatinkan, 13% bayi dibawah 2 bulan telah diberi susu formula dan satu dari tiga bayi  usia 2-3 bulan telah diberi makanan tambahan (Tuti, 2005).
Cakupan pemberian ASI eksklusif di kota Palembang, Sumatera            Selatan tahun 2005 yaitu 89%, penelitian dilakukan terhadap 31.032 bayi. Sedangkan tahun 2006 yaitu 83,8%, penelitian dilakukan terhadap 31.659 bayi (Dinas Kesehatan Kota Palembang, 2006).
Dari data yang didapat di Puskesmas Swakelola Dempo Palembang, cakupan pemberian ASI pada tahun 2006 sebesar 354,4%. Penelitian dilakukan terhadap 463 bayi (Puskesmas Swakelola Dempo, 2006).
Menurut Sulityoningsih (2006), pola pemberian ASI eksklusif dipengaruhi oleh sikap (perilaku) dan pengetahuan ibu. Sedangkan menurut Soeparmanto (2001), pendidikan ibu, umur ibu, pekerjaan dan jumlah anak dalam keluarga juga berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif.
Bidan sebagai profesi, yang mempunyai tanggung jawab pokok pelayanan kesehatan ibu dan anak harus mampu menerapkan konsep ASI eksklusif agar bayi mendapatkan nutrisi yang adekuat untuk tumbuh kembang (Purwanti, 2004).
Sebenarnya menyusui, khususnya yang secara eksklusif, merupakan cara pemberian makanan bayi yang alamiah. Namun sering kali ibu-ibu sering kali mendapat informasi yang salah tentang manfaat ASI eksklusif. Tentang pengetahuan cara menyusui bayinya. Dari penelitian tersebut juga didapatkan bahwa 37,9% dari ibu-ibu tersebut tidak pernah mendengar informasi tentang pemberian ASI eksklusif.
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik meneliti apakah ada hubungan pengetahuan dan sikap ibu, berhubungan dengan pemberian                       ASI eksklusif di Puskesmas Swakelola Dempo kota Palembang tahun 2008.
1.2    Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu terhadap pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Swakelola Dempo kota Palembang          tahun 2008?
1.3    Tujuan Penelitian
1.3.1        Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu terhadap pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Swakelola Dempo kota Palembang            tahun 2008.
1.3.2        Tujuan Khusus
1.      Mengetahui hubungan antara pengetahuan terhadap pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Swakelola Dempo kota Palembang tahun 2008.
2.      Mengetahui hubungan antara sikap ibu terhadap pemberian ASI eksklusif              di Puskesmas Swakelola Dempo kota Palembang tahun 2008.
1.4    Manfaat Penelitian
1.4.1        Bagi Petugas Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar bagi tenaga kesehatan agar lebih pro aktif dalam pemberian penyuluhan tentang pemberian ASI  eksklusif.
1.4.2        Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi (kepustakaan) khususnya bagi mahasiswa Akademi Kebidanan dan Mahasiswa Program Studi Kesehatan lainnya.
1.4.3        Bagi penulis
1.4.3.1  Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam menerapkan ilmu dan dapat dijadikan data dasar untuk penelitian selanjutnya.
1.4.3.2  Sebagai persyaratan untuk mendapatkan gelar Ahli Madya Kebidanan (Am. Keb).
1.5    Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini, penulis membatasi pada variabel pengetahuan dan sikap ibu yang mempunyai bayi berusia lebih dari 6 bulan sampai 2 tahun di Puskesmas Swakelola Dempo kota Palembang tahun 2008.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1         Air Susu Ibu (ASI)
2.1.1   Pengertian
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik bagi bayi karena mengandung zat gizi yang paling sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi (Depkes RI, 2008).
ASI eksklusif merupakan pemberian ASI sedini mungkin setelah lahir sampai bayi berumur 6 bulan tanpa pemberian makanan lain. Tindakan ini akan terus merangsang produksi ASI sehingga pengeluaran ASI dapat mencukupi kebutuhan bayi dan bayi akan terhindar dari diare, ASI mengandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan faktor pertumbuhan, antialergi, serta arti inflamasi (Purwanti, 2004).
ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan tambahan lain pada bayi berumur nol sampai 6 bulan (Depkes RI, 2004).
Pemberian ASI eksklusif berdampak baik terhadap kesehatan ibu karena menurunkan resiko terkena kanker payudara dan kanker rahim. Pemberian ASI eksklusif juga dapat menekan angka kematian bayi hingga 13%, sehingga dengan dasar asumsi jumlah penduduk 219 juta, angka kelahiran total 22/1000 kelahiran hidup, angka kematian balita 46/1000 kelahiran hidup. Maka jumlah bayi yang akan terselamatkan sebanyak 30 ribu (Rachmi, 2006).
Tujuh (7) langkah keberhasilan ASI eksklusif :
1.      Mempersiapkan payudara bila diperlukan.
2.      Mempelajari ASI dan tatalaksana menyusui.
3.      Menciptakan dukungan keluarga, teman dan sebagainya.
4.      Memilih tempat melahirkan yang “sayang bayi” seperti “rumah sakit sayang bayi” atau “rumah bersalin sayang bayi”.
5.      Memilih tenaga kesehatan yang mendukung pemberian ASI secara eksklusif.
6.      Mencari ahli persoalan menyusui klinik laktasi dan atau konsultasi laktasi (Lactogion Consultan), untuk persiapan apabila kita menemui kesukaran.
7.      Menciptakan suatu sikap yang positif tentang ASI dan menyusui (Roesli, 2000)
2.1.2   Aspek Fisiologi ASI
Selama kehamilan hormon prolaktin dari plasenta meningkat, tetapi biasanya ASI belum keluar karena masih dihambat oleh kadar estrogen yang tinggi. Pada kedua atau ketiga pasca persalinan,kadar estrogen dan progesteron turun drastis, sehigga pengaruh prolaktin lebih dominan dan pada saat inilah mulai terjadi sekresi ASI. Dengan menyusukan lebih dini, terjadi perangsangan puting susu, terbentaklak prolaktin oleh hipofisis sehingga sekresi ASI makin lancar. Dua reflek pada ibu yang sangat penting dalam proses laktasi.
1.      Refleks Prolaktin
Dalam puting susu terdapat banyak ujung syaraf sensori. Bila ini dirangsang, timbul implus yang menuju hipotalamus selanjutnya kekelenjar hipofisis bagian depan sehingga kelenjar ini mengeluarkan hormon prolaktin. Hormon inilah yang berperan dalam produksi ASI ditingkat alveoli.
2.      Refleks Aliran (Let Down Reflek)
Rangsangan puting susu tidak hanya diteruskan sampai kekelenjar hipofisis bagian belakang, yang mengeluarkan hormon oksitosin. Hormon ini berfungsi memacu kontraksi otot polos yang ada di dinding alveolus dan saluran makin baik sehingga air di pompa keluar. Makin sering menyusui, pengosongan alveolus dan saluran makin baik sehingga memungkinkan terjadinya bendungan susu makin kecil dan menyusui makin lancar (Suradi, dkk, 2003)
2.1.3   Komposisi ASI
Komposisi ASI sedemikian khususnya, sehingga komposisi ASI dari satu ibu ke ibu yang lainnya berbeda. Jadi, komposisi ternyata tidak tetap dan tidak sama dari waktu ke waktu dan disesuaikan dengan kebutuhan bayinya (Roesli, 2001).
ASI bersifat khas untuk bayi karena susunan kimianya mempunyai nilai biologis tertentu dan mempunyai substansi yang spesifik ketiga sifat itulah yang membedakan ASI dan susu formula.
Komposisi ASI ternyata tidak tetap dan tidak sama dari waktu ke waktu dan disesuaikan dengan kebutuhan bayinya.
Jenis-jenis ASI sesuai perkembangan bayi :
1.      ASI Colostrum
a.       Merupakan cairan yang pertama keluar dari kelenjar payudara, dan keluar pada hari ke satu- ke tujuh.
b.      Komposisinya cairan melihat dengan warna kekuning-kuningan, lebih kuning dibandingkan susu matur.
c.       Merupakan pencahar yang ideal untuk membersihkan zat yang tidak terpakai dari usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan makanan bayi bagi makanan yang akan datang.
d.      Lebih banyak mengandung protein, sedangkan karbohidrat dan lemaknya lebih rendah dibandingkan ASI.
e.       Mengandung zat anti infeksi 10-17 x lebih banyak dari ASI matur.
f.       Volume sekitar 150-300 m/24 jam.
2.      ASI transisi
a.       Adalah ASI yang diproduksi pada hari ke 4 sampai 7 sampai hari ke 10 sampai 14.
b.      Kadar protein berkurangm sedangkan kadar karbohidrat dan lemak meningkat.
c.       Volume semakin meningkat.
3.      ASI Mature
a.       Merupakan ASI yang diproduksi sejak hari ke 14 dan seterusnya.
b.      Komposisi relatif konstan.
c.       Pada ibu yang sehat dan memiliki jumlah ASI yang cukup, ASI ini merupakan makanan satu-satunya yang paling baik bagi bayi sampai enam bulan (Roesli, 2001).

Tabel 2.1
Komposisi Kolostrum dan ASI Matur dibandingkan dengan Susu Sapi
Komposisi
Kolostrum (hari 1-5)
ASI Matur (> 30 hari)
Susu Sapi
1.      Energi
2.      Lemak
3.      Asam lemak tak jenuh rantai panjang (% total lemak)
58,0
2,9
-
70,0
4,2
14
65,0
3,8
3
4.      Protein
5.      Kasein
6.      a-lactubumin (g/dl) whey
7.      lactoferin (g/dl)
8.      IGA (g/dl)
2,3
0,5
-
0,5
0,5
0,9
0,4
0,3
0,2
0,2
3,3
2,5
0,1
Trace
0,003
Laktosa
Vitamin A (RE) (mg/dl)
Kalsium (mg/dl)
Natrium (mg/dl)
Zat Besi (mg/dl)
5,3
151
28
48
-
7,3
75
30
15
0,08
4,7
40
125
47
0,05

Manajemen Laktasi, 2003

Tabel Perbandingan Protein, ASI, Susu Sapi dan Susu Formula
Protein
ASI
Susu Sapi
Susu Formula
1.  Kontraminasi bakteri

2.  Faktor anti infeksi.
3.  Faktor pertumbuhan
4.  Protein







5.  Lemak
Tidak ada

Ada
Ada

a. Jumlah sesuai dan mudah dicerna

b. Kasein whey 40:60
c. Whey : a



a. Cukup mengandung asam lemak esensial (ALE) DHA dan AA
b. Mengandung lipase
8.       
Kemungkinan ada

Tidak ada
Tidak ada

a. Terlalu banyak dan sukar dicerna
b. Kasein whey 80:60
c. Whey: b : iskhoglobulin
9.       
10.  Kurang ALE

Mungkin ada apabila dicampurkan
Tidak ada
Tidak ada

a.       Sebagian diperbaiki

b.      Disesuaikan dengan ASI
11.   



a.       Kurang ALE ada DHA dan AA
b.      Tidak ada Lipase
12.   


Manajemen Laktasi, 2003

2.1.4   Manfaat Pemberian ASI
2.1.4.1  Manfaat Untuk Bayi
a.       Meningkatkan kecerdasan
b.      Meredam rasa nyeri/sakit dan menurunkan stress. Pada bayi yang mendapatkan ASI menunjukkan kurangnya tangisan dan merintih sebagai ekspresi sakit atau stress dibandingkan dengan yang tidak.
c.       Membentuk tulang lebih baik.
d.      Mengandung banyak kolesterol. ASI mengandung kolesterol dalam jumlah tinggi yang berguna untuk membantu metabolisme pencernaan, yang nantinya dapat mengurangi masalah metabolisme lemak di usia yang lebih dewasa.
e.       Dapat mengontrol obesitas. ASI mengandung protein hormon leptin yang tinggi yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan komposisi tubuh, sehingga bayi dapat mengontrol berat badan dan melindungi diri mereka dari obesitas dikemudian hari.
f.       Dapat menurunkan resiko asma.
g.      Mempunyai sistem kekebalan tubuh yang tinggi. ASI yang mengandung kekebalan pencegah penyakit. Kekebalan tubuh ini akan bertahan dalam waktu yang sama.
h.      Menurunkan resiko alergi. ASI dapat menurunkan berbagai penyakit yang disebabkan reaksi alergi seperti eksim, rhinitis alergi (pilek karena alergi), dan sebagainya (Arianto, 2007).
2.1.4.2  Manfaat untuk Ibu
a.       Aspek Kesehatan Ibu
Isapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya oksitosin oleh kelenjar hipofesis. Oksitosin membantu infolusi uterus dan mencegah terjadinya perdarahan setelah persalinan.
b.      Aspek Keluarga Berencana
Menyusui secara murni (eksklusif) dapat menjarangkan kehamilan.
c.       Aspek Psikologis
Keuntungan menyusui bukan hanya bermanfaat bagi bayi, tetapi juga untuk ibu-ibu akan menjadi bangga dan diperlukan, rasa yang dibutuhkan oleh semua umur (Suradi, 2003).

2.1.5   Cara Menyusui
2.1.5.1  Lama dan Frekuensi Menyusui
Sebaiknya bayi disusui secara non jadwal, karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi menangis bukan karena sebab lain (kencing, kepanasan/kedinginan, atau sekedar ingin didekap) atau ibu sudah merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI keluar dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya bayi akan menyusu dengan jadwal yang tertentu akan mempunyai pola tertentu setelah 1-2 minggu kemudian (Suradi, dkk. 2003).
2.1.5.2  Posisi Menyusui
Sangat dianjurkan Anda menggunakan kombinasi gendongan tergantung mana yang paling nyaman bagi Anda dan memampukan Anda mengendong bayi dekat dengan Anda sambil memastikan bahwa aliran ASI cukup banyak.
  1. Jagalah agar kepala dan tubuh bayi berada pada garis lurus dan wajahnya menghadap ke payudara sehingga hidung menghadap ke puting. Kecuali Anda menggunakan posisi terbang miring, Anda perlu duduk tegak.
  2. Gunakan bantal untuk menganjal agar lebih nyaman bagi Anda maupun bayi.
  3. Tidak boleh ada perasaan kurang nyaman bagi Anda maupun bayi.
  4. Jangan dorong payudara ke mulut bayi. Jika perlekatan tidak benar, tarik bayi dengan lembut ke arah Anda sehingga seluruh areola memasuki mulut bayi (Savitri, 2006).

2.1.5.3  Teknik Menyusui
Seorang ibu dengan bayi pertamanya akan mengalami masalah ketika menyusui, yang sebelumnya tidak tahu cara-cara sebenarnya sangat sederhana. Cara meletakkan bayi pada payudara ketika menyusui berpengaruh terhadap keberhasilan menyusui bayi, walaupun sudah dapat menghisap tetapi dapat mengakibatkan puting terasa nyeri.
Selain itu mungkin masih ada masalah lain terutama pada minggu pertama setelah persalinan saat ibu secara emosional lebih peka (sensitif), sebenarnya kepekaan tersebut sangat membantu dalam proses pembentukan ikatan batin antara ibu dan anak, ibu menunjukkan cintanya, kasih sayangnya kepada anak (Suradi. dkk, 2003).
2.1.6   Faktor Yang Dapat Meningkatkan dan Menghambat Pengeluaran ASI
2.1.6.1  Faktor Dapat Meningkatkan ASI
1.       Bila melihat bayi
2.       Memikirkan bayinya dengan perasaan penuh kasih sayang
3.       Mendengar bayinya menangis
4.       Mencium bayi
5.       Ibu dalam keadaan tenang
2.1.6.2  Faktor Yang Dapat Menghambat Pengeluaran ASI
Semua pikiran negatif akan menghambat refleks oksitosin, diantaranya :
1.       Ibu yang sedang bingung/pikirannya sedang kacau,
2.       Apabila ibu khawatir/takut ASI-nya tidak cukup.
3.       Apabila seorang ibu merasa kesakitan, terutama saat menyusui.
4.       Apabila ibu merasa sedih, cemas, marah/kesal.
5.       Apabila ibu malu menyusui.(Roesli,2000)
2.1.7   Masalah Menyusui Pada Keadaan Khusus
2.1.7.1  Faktor Ibu
1.       Ibu melahirkan dengan bedah sesar, karena persalinan dengan cara ini dapat menimbulkan masalah menyusui, baik terhadap ibu maupun bayi, ibu yang mengalami bedah sesar dengan pembiusan umum tidak mungkin segera dapat menyusui bayinya, karena ibu belum sadar akibat pembiusan, sedangkan pada bayi juga mengalami akibat yang serupa karena pembiusan umum yang diterima ibu dapat sampai ke bayi melalui plasenta, sehingga bayi yang masih lemah akibat pembiusan juga akan mendapat tambahan narkose yang terkandung dalam ASI.
2.       Ibu yang menderita hepatitis AIDS
Untuk kedua penyakit ini bahwa ibu yang menderita hepatitis atau AIDS tidak diperbolehkan menyusui bayinya, karena dapat menularkan virus kepada bayinya melalui ASI.
3.       Ibu dengan TBC paru
4.       Ibu yang memerlukan pengobatan
Sering kali ibu mengehentikan penyusuan bila meminum obat-obatan karena takut obat tersebut (PTU, Gondodakan) dapat menganggu bayi.
5.       Ibu hamil
Kadangkala ibu sudah hamil lagi padahal bayinya masih menyusu. Dalam hal ini tidak ada bahaya pada ibu maupun janinnya bila ibu meneruskan menyusui bayinya ibu harus lebih banyak makan lagi. Perlu dijelaskan kepada ibu bahwa ia akan mengalami : puting lecet, keletihan, ASI berkurang, rasa ASI berubah, kontraksi uterus.(Suradi.dkk,2003).
2.1.7.2  Faktor Obat
1.      Obat yang aman selama menyusui :
a.       Semua obat yang diaggap aman selama kehamilan. Selama kehamilan, kebanyakan obat yang anda makan memasuki darah bayi secara langsung dalam jumlah besar. Karena obat-obat itu dapat membahayakan bayi, tergantung dari tahap kehamilan ketika Anda meminumnya. Selama menyusui, walaupun hanya sejumlah kecil obat memasuki tubuh bayi, obat-obatan masih bisa berbahaya jika hati dan ginjal hati tidak dapat mengeluarkannya.
b.      Obat apapun yang diresepkan bagi bayi aman digunakan selama menyusui termasuk kebanyakan antibiotik seperti amoksilin, cloksasilin.
c.       Semua obat yang tidak diserap dari lambung atau usus, termasuk suntikan seperti gentamisin, anestesi lokal yang diberikan dokter gigi dan lain-lain.
2.       Obat yang perlu dihindari selama menyusui :
Kebanyakan obat yang dikeluarkan melalui ASI tetapi hanya  dalam jumlah yang sangat kecil. Walaupun kebanyakan obat tidak membahayakan bayi dalam dosis kecil, beberapa diantaranya bisa berbahaya. Dokter menganjurkan agar terus menyusui jika minum obat yang akan dikeluarkan sejumlah kecil dalam ASI karena menghentikan ASI akan lebih berbahaya bagi bayi dibandingkan obat yang diserapnya sama ASI.
Obat yang tidak dianjurkan dikonsumsi selama menyusui seperti semua obat yang direkomendasikan bagi pengobatan kanker, kelainan tiroid, zat-zat radioaktif, obat tidur dan antibiotik seperti tetrasiklin, sulfonamida dan kloramfenikol (Savitri, 2006).
2.1.7.3  Faktor Bayi
1.      Bayi Sering Menangis
Secara sistematis sebab bayi menangis dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a.       Bayi merasa tidak nyaman, justru membutuhkan banyak dekapan dan ditemani selalu.
b.      Bayi merasa sakit, panas, kolik, hidung tersumbat dan lain-lain.
c.       Bayi basah, ngompol, BAB tak lekas diganti.
d.      Bayi kurang gizi karena, kurang sering menyusu, kurang lama menyusu, menyusu tidak efektif.
2.      Bayi bingung puting
Bingung puting (nipple comfusion) adalah suatu keadaan yang terjadi karena bayi mendapat susu formula dalam botol berganti-ganti dengan menyusu pada ibu, peristiwa ini terjadi karena mekanisme menyusu pada puting ibu berbeda dengan mekanisme menyusu pada botol.
3.      Bayi prematur dan bayi kecil (berat badan lahir rendah)
Bayi kecil, prematur, atau dengan berat badan lahir rendah (BBLR) mempunyai masalah menyusui karena refleksi menghisapnya masih relatif lemah.
4.      Bayi sakit
Sebagian kecil sekali dari bayi yang sakit, dengan indikasi khusus tidak diperbolehkan mendapat makanan per oral, tetapi apabila sudah diperbolehkan, maka ASI harus terus diberikan.
5.      Bayi dengan lidah pendek (lingual prenulum)
Keadaan seperti jarang terjadi, yaitu bayi yang lidah pendek dan tebal serta kaku tak elastis, sehingga membatasi jarak gerak lidah dan bayi tidak dapat menjulurkan lidahnya untuk mengurut puting dengan optimal (Suradi dkk, 2003).
2.2    Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Eksklusif
2.2.1        Faktor-faktor yang Diteliti
2.2.1.1  Pengetahuan Ibu
Pengetahuan dalam faktor-faktor yang berhubungan denga perilaku ibu dalam pemberian ASI eksklusif, karena teknik menyusui yang salah juga akan mempengaruhi aktifitas pemberian ASI eksklusif namun pemberian ASI eksklusif tidak terbatas karena kurangnya pengatehuan ibu menyusui, namun juga karena faktor-faktor lain seperti mitos atau kepercayaan yang menyebabkan orang tua merasa tidak apa tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayi mereka (Sulistyoningsih, 2006).
2.2.1.2  Sikap Ibu
Sikap adalah perasaan mendukung maupun perasaan tidak mendukung pada suatu objek (Azwar, 2003).
Proses menyusui merupakan proses interaksi antara ibu dan bayi, yang mempengaruhi kedua belah pihak karena akan timbul rasa percaya diri bahwa ibu mampu menyusui ataupun memproduksi ASI yang mencukupi untuk bayi, besar pengaruh bagi keberhasilan menyusui (Sulistyoningsih, 2006).

2.2.2        Faktor-faktor yang Tidak Diteliti
2.2.2.1  Pendidikan Ibu
Tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan ibu-ibu serta berpendidikan SD belum tamat dan tamat, mempunyai kemungkinan menyusui ASI eksklusif 6 kali dibandingkan dengan ibu yang tidak tamat SD. Ibu-ibu juga mempunyai kemungkinan menyusui ASI eksklusif 4 kali dibandingkan dengan ibu-ibu yang tidak tamat SLTP dan SLTA  (Soeparmanto, 2001).
2.2.2.2  Umur Ibu
Semakin bertambah umur ibu semakin kecil proporsi menyusui ASI eksklusif. Proporsi terbesar terdapat pada umur 21-30 tahun, yaitu 69,5%. Tetapi, proporsi menyusui ASI eksklusif pada umur 41 tahun atau lebih proporsinya cukup besar 64,4%. Jadi, tampak keberanian untuk menyusui bayi tidak ragu-ragu lagi bagi ibu-ibu yang relatif tua umurnya (Soeparmanto, 2001).
2.2.2.3  Jumlah Anak Dalam Keluarga
Ibu yang mempunyai 1-2 anak mempunyai kemungkinan menyusui ASI eksklusif 10 kali dibandingkan dengan ibu-ibu yang tidak mempunyai anak sejumlah itu (Soeparmanto, 2001).


Share:

Popular Posts

Jumlah Pengunjung

Cari judul yang anda butuhkan disni

Blog Archive

© Al Anshor 2017 All Reserved. Powered by Blogger.

Labels

Blog Archive