Ilmu Asuhan Kebidanan dan Keperawatan

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DAN PEKERJAAN IBU DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS DEMPO KOTA PALEMBANG TAHUN 2007


BAB I
PENDAHULUAN

1.1        Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) masih cukup tinggi sampai saat ini. Penyebab kematian tertinggi adalah perdarahan, keracuan kehamilan dan infeksi. Salah satu dari beberapa faktor tidak langsung penyebab kematian ibu adalah anemia. Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan (Notobroto, 2003).
Organisasi Kesehatan Dunia World Health Organization (WHO) memperkirakan lebih dari 585.000 ibu pertahunnya meninggal akibat kematian/persalinan selama kehidupannya. Di Asia Selatan, wanita berkemungkinan 1:10 meninggal akibat kehamilan/persalinan selama kehidupannya, di Afrika 1:14, sedangkan di Amerika Utara hanya 1:6.366 (Prawirohardjo, 2002).
Menurut WHO, kejadian anemia hamil berkisar antara 20% sampai 89% dengan menempatkan Hb 11 gr% sebagai alasan. Selain itu di daerah pedesaan banyak dijumpai ibu hamil dengan malnutrisi atau kekurangan gizi. Kehamilan dan persalinan dengan jarak yang berdekatan dan ibu hamil dengan pendidikan dan tingkat sosial ekonomi rendah (Manuaba, 1998).
Di seluruh dunia frekuensi dalam kehamilan cukup tinggi berkisar antara 10% dan 20%. Menurut penyelidikan Hoo Swie Tjiong frekuensi anemia dalam kehamilan setinggi (18,5%), Pseudoanemia (57,9%) dan wanita hamil dengan                Hb 12 gr/100 ml atau lebih yaitu sebanyak (23,6%), Hb rata-rata 12,3 gr/100 ml dalam trimester I, 11,3 gr/100 ml dalam trimester II dan 10,8 gr/100 ml dalam trimester III (Prawirohardjo, 2005).
Di Indonesia, dari hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) dan data Biro Pusat Statistik (BPS) didapatkan angka kematian ibu mengalami penurunan sebesar 307 per 100 ribu kelahiran hidup. Sedangkan target AKI yang ingin dicapai pada tahun 2010 sebesar 125 per 100 ribu kelahiran hidup (Azwar, 2003). Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan, infeksi dan eklampsia. Selain itu keadaan ibu sejak pra hamil dapat berpengaruh terhadap kehamilannya. Penyebab tak langsung kematian ibu adalah anemia defisiensi zat besi kronik dan keadaan “4T” (terlalu muda bila umur ibu di bawah 20 tahun, terlalu tua bila umur ibu di atas 35 tahun, terlalu sering jika jarak persalinan terakhir dengan awal kehamilan sekarang kurang dari 2 tahun, terlalu banyak bila jumlah anak lebih dari 4) (Syaifudin, 2002).
Di Sumatera Selatan Angka Kematian Ibu (AKI) juga masih tinggi, pada tahun 2006 lalu menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) AKI Sumatera Selatan mencapai 424 per 100 ribu kelahiran hidup (Ardiansyah, 2006) dan di kota Palembang sendiri berdasarkan laporan indikator database 2005 UNFPA tercatat 317 per 100 ribu kelahiran hidup lebih rendah dari AKI Sumsel, sedangkan AKI Nasional hanya 307 per 100 ribu kelahiran hidup. Angka tersebut masih berada jauh di atas target Indonesia Sehat 2010 yang menargetkan penurunan AKI menjadi 125 per 100 ribu kelahiran hidup (Depkes, 2006).
Anemia lebih sering dijumpai dalam kehamilan, hal ini disebabkan karena dalam kehamilan keperluan zat-zat makanan bertambah dan terjadi perubahan-perubahan dalam darah dan sumsum tulang belakang (Winkjosastro, 2002).
Berdasarkan laporan kegiatan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dalam Sundari (2007), di Puskesmas Swakelola Merdeka Palembang tahun 2006, dari jumlah ibu hamil 2033 orang terdapat ibu hamil yang anemia sebanyak 225 orang dan pada bulan Januari sampai dengan Maret tahun 2007, dari jumlah ibu hamil sebanyak 417 orang yang menderita anemia sebanyak 26 orang.
Prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia berkisar 20-80%, tetapi pada umumnya banyak penelitian yang menunjukkan prevalensi anemia pada wanita hamil yang lebih besar dari 50% (Notobroto, 2007).
Penyebab timbulnya anemia pada ibu hamil erat hubungannya dengan pendidikan dan umur kehamilan ibu (Desvia, 2007). Sedangkan menurut penelitian Amiruddin (2004), adapun faktor-faktor yang berhubungan dengan anemia pada ibu hamil yaitu jarak kehamilan dan umur ibu hamil.
Berdasarkan data di atas, penulis tertarik untuk mengangkat masalah tersebut dalam penelitian yang berjudul “Hubungan antara Tingkat Pendidikan dan Pekerjaan Ibu dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di Puskesmas Dempo Kota Palembang tahun 2007”.
1.2        Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan dan pekerjaan ibu dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas Dempo Kota Palembang tahun 2007?
1.3        Tujuan Penelitian­
1.3.1  Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dan pekerjaan ibu dengan kejadian anemia dalam kehamilan di Puskesmas Dempo Kota Palembang tahun 2007.
1.3.2  Tujuan Khusus
1.      Diketahuinya hubungan tingkat pendidikan ibu dengan kejadian anemia dalam kehamilan di Puskesmas Dempo Kota Palembang tahun 2007.
2.      Diketahuinya hubungan pekerjaan ibu dengan kejadian anemia dalam kehamilan di Puskesmas Dempo Kota Palembang tahun 2007.
1.4        Manfaat Penelitian
1.4.1  Bagi Penulis
1.      Sebagai salah satu wadah mengaplikasikan ilmu yang didapat diperkuliahan.
2.      Sebagai pra-syarat untuk mendapatkan gelar Ahli Madya Kebidanan (AM.Keb).
1.4.2  Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi perpustakaan Akademi Kebidanan Budi Mulia Palembang dalam memberikan informasi dan pengetahuan tentang kejadian anemia dalam kehamilan.
1.4.3  Bagi Institusi Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan sebagai panduan bagi petugas kesehatan yang berada di Puskesmas Dempo Kota Palembang tahun 2007.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1         Konsep Dasar Kehamilan
Masa kehamilan adalah suatu proses yang dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir (Prawirohardjo, 2002 : 89).
Kehamilan adalah pertemuan antara sperma dan ovum yang disebut zygot. Dimana zygot akan bernidasi pada uterus yang kemudian terjadi pembelahan dan perkembangan (Manuaba, 1998).
Kehamilan dibagi atas 3 bulan (Trimester), yaitu :
1.      Kehamilan Triwulan I antara 0-12 minggu.
2.      Kehamilan Triwulan II antara 12-18 minggu.
3.      Kehamilan Triwulan III antara 28-40 minggu.
2.2         Anemia
2.2.1   Pengertian Anemia
Suatu keadaan dimana kadar Haemoglobin (Hb) dalam sel darah merah kurang. Normalnya kadar haemoglobin dalam darah seseorang sekitar 12 gr/100 ml. Bila kadar haemoglobin dalam sel darah berkisar 9-11 gr/100 ml, penderita digolongkan menderita anemia ringan. Sedangkan bila kadar haemoglobin                  6-8 gr/100 ml berarti penderita mengalami anemia sedang. Bila kadar haemoglobin kurang dari 6 gr/100 ml penderita digolongkan ke dalam anemia berat. Ibu hamil anemia jika kadar dalam darahnya kurang dari 11 gr% dan berisiko tinggi jika kurang dari 8 gr% (Winkjosastro, 2005).
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin             di bawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar < 10,5 gr% pada trimester II (Saifuddin, 2002).
2.2.2   Gejala dan Tanda Anemia
1.      Lelah dan mengantuk.
2.      Pusing
3.      Lemah
4.      Sakit kepala
5.      Rasa tidak enak di lidah
6.      Kulit pucat
7.      Kuku tangan pucat
8.      Hilang nafsu makan
9.      Mual dan muntah
(Varney, 2004)
2.2.3   Penyebab Anemia
1.      Kurang gizi (mal nutrisi).
2.      Kurang zat besi dalam diet.
3.      Malabsorpsi.
4.      Kehilangan darah yang banyak adalah, persalinan yang lalu, haid dan lain-lain.
5.      Penyakit-penyakit kronik : TBC, paru-paru, cacing usus, malaria.
(Mochtar, 1998)
2.2.4   Penggolongan Anemia
1.      Anemia Defisiensi Besi (kekurangan zat besi).
Anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah. Kekurangan ini dapat disebabkan kurang masuknya unsur besi dengan makanan, karena gangguan reabsorpsi, gangguan penggunaan atau karena terlampau banyaknya zat besi keluar dari badan, misalnya pada pendarahan (Prawirohardjo, 2005).
2.      Anemia Megaloblastik (kekurangan Vit. B12).
Anemia megaloblastik biasanya berbentuk makroetik atau pernisiosa, penyebabnya adalah karena kekurangan asam folat. Jarang sekali akibat kekurangan Vit. B12 biasanya karena mal nutrisi dan infeksi yang kronik (Mochtar, 1998).
3.      Anemia Hemolitik (pemecahan sel-sel darah merah lebih cepat dari pembentukan).
Anemia hipolitik disebabkan karena penghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat dari pembuatannya. Wanita dengan anemia hemolitik sukar menjadi hamil, maka anemianya biasanya terjadi lebih berat (Prawirohardjo, 2005).
4.      Anemia Hipoplastik (gangguan pembentukan sel-sel darah).
Anemia pada wanita hamil yang disebabkan karena sumsum tulang belakang kurang mampu membuat sel-sel darah baru yang dinamakan anemia hipoplastik dalam kehamilan (Prawirohardjo, 2005).
2.2.5   Pengaruh Anemia
1.      Pengaruh Terhadap Kehamilan
Pengaruh anemia dalam kehamilan dapat terjadi abortus, partus prematurus, pertumbuhan janin terhambat, mudah terjadi infeksi, ancaman dekompensasi kordis, molahidatidosa, hipertensi gravidarum, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini (Manuaba, 1998).
Wanita hamil yang memiliki kadar Hb kurang dari 10gr% disebut menderita anemia dalam kehamilan. Anemia pada kehamilan atau kekurangan kadar haemoglobin dalam darah dapat menyebabkan komplikasi yang lebih serius bagi ibu baik dalam kehamilan, persalinan dan nifas yaitu dapat mengakibatkan abortus, partus prematurus, paritas lama karena inertia, intra partum maupun post partum (Winkjosastro, 2005: 450).
Pada kehamilan relatif terjadi anemia karena darah ibu hamil mengalami hemodilusi (pengenceran) dengan peningkatan volume 30% sampai 40% yang puncak kehamilan 32 sampai 34 minggu. Jumlah peningkatan sel darah 18% sampai 30% dan Hb sekitar 19%. Bila Hb ibu sebelum hamil sekitar 11 gr% maka dengan terjadinya hemodilusi akan mengakibatkan anemia hamil fisiologis dan Hb ibu akan menjadi 9,5 sampai 10 gr% (Manuaba, 1998).
2.      Pengaruh Terhadap Janin
a.       Abortus.
b.      Persalinan prematuritas tinggi.
c.       Berat bayi lahir rendah.
d.      Dapat terjadi cacat bawaan.
e.       Bayi mudah terkena infeksi sampai kematian perinatal.
(Manuaba, 1998)
3.      Pengaruh Terhadap Persalinan
a.       Gangguan his.
b.      Kala pertama dapat berlangsung lama, sehingga dapat melakukan dan memerlukan tindakan operasi kebidanan.
c.       Kala uteri dapat diikuti retensi plasenta dan perdarahan postpartum karena terjadi atonia uteri.
d.      Kala IV dapat terjadi infeksi.
(Manuaba, 1998)
4.      Pengaruh Terhadap Nifas
a.       Subinvalusi rahim.
b.      Daya tahan terhadap infeksi dan stres kurang.
c.       Produksi ASI rendah.
(Manuaba, 1998)
2.2.6   Pencegahan Anemia
Pencegahan anemia dapat dilakukan dengan 4 (empat) pendekatan yaitu :
1.      Pemberian tablet besi atau suntikan zat besi.
2.      Pendidikan dan upaya yang ada peningkatannya dengan peningkatan asupan zat besi melebihi makanan.
3.      Pengawasan penyakit infeksi.
4.      Portikari makanan pokok dengan zat besi.
(Arisman, 2004)
2.3         Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia Pada              Ibu Hamil
2.3.1   Variabel yang Diteliti
1.      Pendidikan
Menurut Notoatmodjo dalam Sundari (2007), tingkat pendidikan merupakan salah satu aspek sosial yang dapat mempengaruhi tingkah laku manusia. Pendidikan akan mempengaruhi seseorang dalam melakukan respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang mempunyai pendidikan lebih tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional dibandingkan mereka yang tidak berpendidikan, karena mereka yang berpendidikan tinggi mampu menghadap suatu tantangan dengan rasional.
Fitrah dalam Ristayanti (2007), menyatakan bahwa pendidikan ibu mempengaruhi dalam pemilihan dan pengolahan bahan pangan. Hal ini terbukti pada prevalensi anemia wanita usia subur tertinggi dijumpai pada tingkat pendidikan SD dan SLTP sebesar 19,6%.
Menurut Kuncoroningrat dalam Andriani (2005), pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perlakunya terhadap pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam perubahan kesehatan. Makin tinggi pendidikan seseorang, makin mudah menerima informasi sehingga banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya makin rendah atau kurang pendidikan seseorang akan menghambat perkembangan sikap terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan (Elisabeth, 2007).
Sebagian besar anemia pada ibu hamil tergolong anemia kekurangan gizi, melalui pendidikan pada ibu diharapkan anemia           dapat diturunkan antara lain dengan cara menjarangkan kehamilan, meningkatkan kesejahteraan diri dan lingkungan, melakukan antenatal intensif dan memberikan vitamin serta preparat ferum (Manuaba, 1998).
Djaja dalam Octavianty (2004), menyatakan bahwa ibu yang tidak sekolah 5,1% menderita anemia berat dan 73,9% menderita anemia ringan, sedangkan pada ibu yang tamat SLTP 1,4% menderita anemia berat dan yang menderita anemia ringan 57,5% (Ristayani, 2007).
2.      Pekerjaan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Husaini, dkk (2003), melaporkan bahwa dikalangan tenaga kerja wanita 30-40% menderita anemia dan hasil studi di Tanggerang tahun 1999 menunjukkan prevalensi anemia pada pekerja wanita 69%. Pekerja yang menderita anemia dari hasil penelitian produktivitasnya 20% lebih rendah dari para pekerja yang sehat. Penelitian yang dilakukan oleh Kantor Menteri Negara Urusan Peranan Wanita tahun 1985 didapatkan 15% pekerja wanita kekurangan energi dan protein yang menyebabkan pekerja menjadi lambat berpikir, lambat bertindak dan cepat lelah.
            Variabel yang tidak Diteliti
1.      Pengetahuan
Pengetahuan kesehatan reproduksi menyangkut pemahaman tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan, penyuluhan, tanda dan cara mengatasi anemia pada ibu hamil diharapkan dapat mencegah ibu hamil dari anemia (Nina Herlina, 2006).
2.      Umur Ibu
Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun. Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada ibu di bawah 20 tahun ternyata              2-5 kali lebih tinggi dari pada kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun (Sarwono, 2005).
Umur seorang ibu berkaitan dengan alat reproduksi wanita. Umur reproduksi yang sehat dan aman adalah umur 20-35 tahun. Kehamilan       di usia < 20 tahun dan di atas 35 tahun dapat menyebabkan anemia karena pada kehamilan di usia < 20 tahun cara biologis belum optimal, emosinya cenderung labil, mentalnya belum matang sehingga mudah mengalami keguncangan yang mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi selama kehamilannya. Sedangkan pada usia > 35 tahun terkait dengan kemunduran penurunan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit yang sering menimpa di usia ini (Ridwan, 2004).
3.      Status Ekonomi
Pada beberapa pengamatan menunjukkan bahwa kebanyakan anemia yang diderita masyarakat adalah kekurangan zat besi, banyak dijumpai di daerah pedesaan dengan mal nutrisi atau kekurangan gizi kehamilan dan persalinan dengan jarak yang berdekatan dan ibu hamil dengan pendidikan yang rendah serta tingkat sosial ekonomi rendah (Manuaba, 1998).
4.      Frekuensi Pemeriksaan Antenatal Care
Antenatal care adalah pelayanan kesehatan bagi ibu hamil dan janinnya oleh tenaga medis meliputi pemeriksaan kehamilan sesuai dengan standar pelayanan yaitu minimal 4 kali pemeriksaan selama kehamilan. Sekitar 83,6% responden mengalami anemia dengan antenatal care sebagian besar kurang dari 4 kali (Amiruddin, 2004).

Share:

Popular Posts

Jumlah Pengunjung

Cari judul yang anda butuhkan disni

Blog Archive

© Al Anshor 2017 All Reserved. Powered by Blogger.

Labels

Blog Archive