BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anemia adalah menurunnya kadar hemoglobin dalam darah,yang dapat
menyebabkan kematian maternal dan neonatal. Berdasarkan data organisasi
kesehatan dunia (WHO) menyebutkan dua milyar penduduk dunia terkena anemia.
Tanda-tanda anemia antara lain kulit pucat, rasa lelah, napas pendek, kuku muda
pecah, kurang selera makan dan sakit kepala sebelah kanan. Namun, terkadang tidak ada keluhan bila pasien mengalami
anemia ringan (Syafrizal, 2004).
Menurut WHO, kejadian anemia hamil berkisar antara 20% sampai 89%
dengan menempatkan Hb 11 gr% sebagai alasan. Selain itu daerah kekurangan gizi.
Kehamilan dan persalinan dengan jarak yang berdekatan dan ibu hamil dengan
pendidikan dan tingkat sosial ekonomi rendah (Manuaba, 1998).
Penyebab kematian tertinggi adalah perdarahan, keracunan kehamilan
dan infeksi. Salah satu dari beberapa faktor tidak langsung penyebab kematian
ibu adalah anemia. Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi komplikasi
pada kehamilan dan persalinan (Notobroto, 2007).
Menurut SKRT (1995) dalam profil kesehatan kota Bogor (2002) angka
anemia ibu hamil yaitu 51,8% pada trimester I, 58,2% pada trimester II dan
49,4% pada trimester III. Adapun penyebab tidak langsung kesakitan dan
kematian ibu adalah kejadian anemia pada
ibu hamil sekitar 51% dan pada ibu nifas 45% serta karena kurang energi protein
(Depkes, 2003).
Kematian ibu 15-20% secara langsung atau
tidak langsung berhubungan dengan anemia. Menurut penelitian Chi, dkk,
menunjukkan bahwa angka kematian ibu di Indonesia adalah 70% menderita anemia
dan 19,7% tidak menderita anemia
(Ridwan, 2007).
Anemia lebih sering dijumpai dalam
kehamilan. Hal ini disebabkan karena dalam kehamilan keperluan akan zat-zat
makanan. Bertambah dan terjadi pada perubahan-perubahan
dalam darah dan sum-sum tulang belakang (Wiknjosastro, 2002).
Berdasarkan hasil pemeriksaan kadar Hb pada
ibu hamil yang dilakukan di Balai Laboratorium Kesehatan Palembang ternyata
dari 300 responden dan yang kadar hemoglobinnya normal sebanyak 79,33% dan responden
yang mengalami anemia (Hb kurang dari 11 gram/%) sebanyak 20,67% (Survey Cepat
Anemia Gizi Ibu Hamil di Kota Palembang
dalam Adventy Elizabeth, 2007).
Faktor-faktor resiko penyebab anemia pada
ibu hamil erat hubungannya dengan umur, pendidikan, pekerja berat dan konsumsi
tablet Fe < 90 butir (Amiruddin dkk, 2007). Sedangkan menurut penelitian
Amiruddin (2004) adapun faktor-faktor yang berhubungan dengan anemia pada ibu
hamil yaitu jarak kelahiran dan umur ibu.
Berdasarkan hal-hal di atas, maka penulis
tertarik untuk meneliti hubungan antara umur ibu, pendidikan dan pengetahuan
dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas Swakelola Merdeka tahun
2008.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah ada
hubungan antara umur ibu, pendidikan dan pengetahuan dengan kejadian anemia
pada ibu hamil di Puskesmas Swakelola Merdeka tahun
2008?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1
Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara umur ibu, pendidikan dan pengetahuan dengan kejadian anemia pada ibu hamil
di Poli KIA Puskesmas Swakelola Merdeka tahun 2008.
1.3.2
Tujuan Khusus
1.
Mengetahui distribusi frekuensi
umur ibu dengan kejadian anemia dalam kehamilan di Poli KIA Puskesmas Swakelola
Merdeka tahun 2008.
2.
Mengetahui distribusi frekuensi pendidikan ibu dengan
kejadian anemia dalam kehamilan di Poli KIA Puskesmas Swakelola Merdeka tahun
2008.
3.
Mengetahui distribusi frekuensi
pengetahuan ibu dengan kejadian anemia dalam kehamilan di Poli KIA Puskesmas
Swakelola Merdeka tahun 2008.
4.
Mengetahui hubungan umur ibu
dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Poli KIA Puskesmas Swakelola Merdeka
tahun 2008.
5.
Mengetahui hubungan pendidikan
dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Poli KIA Puskesmas Swakelola Merdeka
tahun 2008.
6.
Mengetahui hubungan pengetahuan
ibu dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Poli KIA Puskesmas Swakelola
Merdeka tahun 2008.
1.4 Manfaat Penelitian
Bagi penulis
Untuk menambah wawasan dan
pengetahuan mengenai hubungan antara umur ibu, pendidikan dan pengetahuan
dengan kejadian anemia pada ibu hamil.
Bagi Institusi
Pendidikan
Sebagai suatu wadah dalam memberikan informasi dan
pengetahuan ilmu kebidanan kepada masyarakat umum tentang kejadian anemia dalam
kehamilan.
Bagi Institusi Kesehatan
Hasil penelitian ini dapat
digunakan untuk meningkatkan pelayanan dan penyuluhan bagi ibu hamil agar
sering memeriksakan kehamilannya sehingga dapat mendeteksi anemia secara dini.
Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini
dibatasi pada umur ibu, pendidikan dan pengetahuan yang berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Poli KIA Puskesmas Swakelola Merdeka yang akan dilaksanakan
pada bulan Mei tahun 2008.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep dasar anemia dalam kehamilan
2.1.1 Pengertian Kehamilan
Masa kehamilan dimulai
dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40
minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir (Sarwono,
2002: 89).
Kehamilan dibagi atas
3 triwulan (Trimester)
1. Kehamilan triwulan I, antara 0 –
12 minggu
2. Kehamilan triwulan II, antara 12 –
12 minggu
3. Kehamilan triwulan III, antara 28
– 40 minggu
(Mochtar, 1998).
2.1.2 Pengertian Anemia
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu
dengan kadar hemoglobin di
bawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar < 10,5gr% pada trimester II
(Sarwono, 2002).
Anemia merupakan keadaan menurunnya kadar
hemoglobin ,hematokrit dan jumlah sel darah merah di bawah nilai normal yang di
patok untuk perorangan.(Arisman, 2004).
2.1.3 Gejala dan Tanda Anemia
Anemia dapat menimbulkan tanda dan gejala sebagai
berikut :
1.
Lelah dan mengantuk
2.
Pusing dan lemah
3.
Sakit kepala
4.
Rasa tidak enak di lidah
5.
Kulit pucat
6.
Kuku tangan pucat
7.
Hilang nafsu makan, mual dan
muntah
(Varney, 2004)
2.1.4 Etiologi
Etiologi anemia pada kehamilan,yaitu :
1.
Defisiensi anemia
2.
Infeksi seperti cacing tambang
malaria, HIV
3.
Kekurangan asam folate
(Manuaba, 2001)
2.1.5 Diagnosis Anemia
Anemia (kekurangan darah) pada ibu hamil dapat ditemukan
tanda seperti wajah pucat pasi, mata merah dan telapak tangan pucat, cepat
lelah, lemah dan lesu (Nedasul, 2006).
Pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan
menggunakan alat sahli. Hasil pemeriksaan Hb dengan sahli dapat digolongkan: Hb
11 gr% tidak anemia, 9-10 gr% anemia ringan, 7-8 gr% anemia sedang, dan < 7
gr% anemia berat (Manuaba, 1998).
2.1.6 Pembagian Anemia Dalam
Kehamilan
1.
Anemia Defisiensi Besi
Anemia defisiensi besi adalah anemia karena turunnya
cadangan besi tubuh sehingga proses eritroposis terganggu dan dapat menurunkan
ukuran Hb darah dengan berbagai akibatnya (Manuaba, 2001).
2.
Anemia Megaloblastik
Anemia megaloblastik adalah anemia karena kekurangan
asam folate (Manuaba, 2001).
3.
Anemia Hipolastik
Anemia hipoplasma adalah akibat dari depresi aktivitas
kemotopoetik pada sum-sum tulang. Anemia hipoplastik dapat disebabkan oleh
infeksi paravovirus (Pilliteri Adelle, 2002).
4.
Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik disebabkan penghancuran atau pemecahan
sel darah merah yang lebih cepat dari pembuatannya disebabkan oleh faktor
intrakorpuskuler dan faktor ekstrakoposkuler (Sarwono, 2002).
2.2 Pengaruh Anemia
2.2.1 Pengaruh Anemia Pada
Kehamilan
Pengaruh anemia dalam kehamilan dapat terjadi abortus,
partus prematurus, perdarahan antepartum (HAP), gangguan pertumbuhan janin
dalam rahim, dekompentatio kodis (Manuaba, 1998).
Seorang wanita hamil yang memiliki kadar Hb < 10 gr/%
disebut menderita anemia dalam kehamilan. Anemia pada kehamilan atau kekurangan
kadar Hb dalam darah dapat menyebabkan komplikasi yang lebih serius bagi ibu
baik dalam kehamilan, persalinan dan nifas yaitu dapat mengakibatkan abortus,
partus karena prematurus, partus lama karena inersia uteri, perdarahan post
partum karena atonia berat, syok, infeksi
intra partum maupun post partum. Anemia berat dengan Hb kurang dari 4 gr% dapat
mengakibatkan dekompentatio cardis (Wiknjosastro, 2005).
2.2.2 Pengaruh Anemia Pada
Persalinan
Pengaruh anemia pada saat persalinan dapat terjadi gangguan his
primer dan sekunder, janin lahir dengan anemia, atonia uteri, retensio plasenta
dan gangguan involusi uteri (Manuaba, 2001).
2.2.3 Pengaruh Anemia Pada Nifas
Pengaruh anemia terhadap nifas antara lain terjadi
subinvolusi uteri menimbulkan perdarahan post partum, memudahkan infeksi
puerperium, pengeluaran ASI berkurang, terjadi dekompensusi kurdis mendadak
setelah persalinan, anemia kala nifas dan
mudah terjadi infeksi mammae (Manuaba, 1998).
2.2.4 Pengaruh Anemia Pada Janin
Sekalipun tampaknya
janin mampu menyerap berbagai kebutuhan metabolisme tubuh sehingga mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.
Akibat
anemia dapat terjadi gangguan dalam bentuk terjadinya abortus, kematian intra
uterine, persalinan prematuritas tinggi, BBLR, dapat terjadi cacat bawaan dan
bayi mudah terkena infeksi (Manuaba, 1998).
2.2.5 Pencegahan Anemia
Pencegahan anemia dapat dilakukan dengan 4 pendekatan yaitu :
1.
Pemberian tablet dan suntikan
zat besi
2.
pendidikan dan upaya yang ada
peningkatannya dengan peningkatan asupan zat besi melalui makanan.
3.
Pengawasan penyakit infeksi.
4.
Portifikasi makanan pokok
dengan zat besi.
(Arisman, 2004)
2.3
Faktor-faktor
yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil
2.3.1 Variabel yang Diteliti
1.
Umur ibu
Wanita yang berumur kurang dari 20
tahun atau lebih dari
35 tahun mempunyai resiko yang tinggi untuk hamil, karena akan
membahayakan kesehatan dan keselamatan ibu hamil maupun janinnya, berisiko
mengalami pendarahan dan dapat menyebabkan ibu mengalami anemia (Ridwan, 2007).
Menurut penelitian yang dilakukan
Amiruddin dkk (2007), faktor yang mempengaruhi status anemia adalah umur,
tingkat pendidikan, pekerja berat dan konsumsi tablet Fe < 90 butir.
Sedangkan berdasarkan umur kawin pertama menurut L. Tobing (2008), prevalensi
wanita baik yang anemia maupun tidak anemia berumur antara 18-25 tahun yaitu
13,3% anemia dan 34% pada kelompok yang tidak anemia.
2.
Pendidikan
Pada beberapa pengamatan menunjukkan
bahwa kebanyakan anemia yang diderita masyarakat adalah karena kekurangan zat
besi banyak dijumpai di daerah pedesaan dengan malnutrisi atau kekurangan gizi, kehamilan dan persalinan dengan jarak yang
berdekatan dan ibu hamil dengan pendidikan dan tingkat sosial ekonomi
rendah (Manuaba, 1998).
Menurut penelitian yang
dilakukan Amiruddin dkk (2007), faktor
yang mempengaruhi status anemia adalah umur, tingkat pendidikan rendah, pekerja
berat dan konsumsi tablet Fe < 90 butir, sedangkan berdasarkan tingkat
pendidikan menurut L. Tobing (2008) prevalensi anemia tertinggi di jumpai pada
wanita dengan tingkat pendidikan SD dan SLTP (19,6%).
3.
Pengetahuan
Pengetahuan kesehatan reproduksi
manyangkut pemahaman tentang pentingnya permeriksaan kehamilan, penyuluhan,
tanda dan cara mengatasi anemia pada ibu hamil diharapkan dapat mencegah ibu
hamil dari anemia (Nina Herlina, 2007).
Menurut Notoatmodjo dalam Andriyani
(2005) pengetahuan yaitu suatu hasil dari hasil tahu yang terjadi setelah
seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu yaitu melalui
indra penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan dan perabaan. Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui penglihatan dan pendengaran (Elizabeth , 2007).
2.3.2 Variabel yang tidak
Diteliti
1.
Kepatuhan Konsumsi Tablet Fe
Kepatuhan mengkonsumsi tablet Fe
diukur dari ketepatan jumlah tablet Fe yang dikonsumsi, ketepatan cara
mengkonsumsi tablet Fe dan
frekuensi konsumsi perhari. Suplementasi besi atau pemberian tablet Fe
merupakan salah satu upaya penting dalam mencegah dan menganggulangi anemia,
khususnya anemia kekurangan besi. Suplementasi besi merupakan cara efektif
karena kandungan besinya yang dilengkapi asam folat yang sekaligus dapat
mencegah anemia karena kekurangan asam folat (Nina Herlina, 2006).
2.
Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang telah
dilahirkan oleh seorang ibu baik lahir hidup maupun lahir mati. Paritas 1 dan
paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal yang tinggi.
Resiko pada paritas 1 dapat dikurangi dengan memberikan asuhan obstetrik yang
lebih baik, sedangkan pada paritas tinggi dapat dicegah atau dikurangi dengan
keluarga berencana (Wiknjosastro, 2005).