BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Secara global, kanker serviks berkontribusi sebesar
12% dari seluruh kanker yang menyerang wanita. Estimasi sekitar tahun 2000-an
menunjukkan bahwa insiden penyakit ini kurang lebih 493.243 jiwa pertahun,
sedangkan kematian karena kanker ini sebanyak 273.505 jiwa per tahun.
Sementara, sebanyak 80% dari jumlah penderita berasal dari negara-negara sedang
berkembang, karena memang penyakit merupakan urutan pertama pembunuh wanita
akibat kanker di negara-negara berkembang. Setiap saat, sekitar 10% wanita di
dunia terinfeksi Human Papilloma Virus (HPV),
salah satu virus penyebab terjadinya kanker serviks. Diantara penderita kanker
serviks invasif, sekitar 70,1% positif dengan HPV (Wijaya, 2010).
Di Negara maju seperti di Amerika Serikat, dan Eropa,
angka kejadian kanker serviks rendah. Hal ini bisa dicapai karena langkah
deteksi dini telah berjalan dengan baik. Pemeriksaan pap smear di Negara-negara itu mencapai 60 persen, jauh di atas Indonesia yang
hanya 3 persen (Wartakotalive, 2009).
Di Negara maju terbukti pap smear dapat menurunkan angka kejadian invasif 46 – 76% dan
menurunkan tingkat kematian hingga 70%. Metode yang digunakan adalah
pemeriksaan sel-sel yang diambil dari leher rahim dan kemudian diperiksa di
bawah mikroskop (Rickyeka, 2003).
Di Indonesia sendiri di perkirakan 15000 kasus baru
kanker seviks terjadi setiap tahunnya, sedangkan angka kematiannya diperkirakan
7500 pertahun. Selain itu, setiap harinya diperkirakan terjadi 41 kasus baru
kanker serviks dan 20 perempuan meninggal dunia karena penyakit tersebut. Pada
tahun 2001, kasus baru serviks berjumah 2,429 atau sekitar 25,91% dari seluruh
kanker yang ditemukan di Indonesia
(Wijaya, 2010).
Menurut perkiraan
Depkes, insiden kanker serviks 100 per 100.000 penduduk per tahun, sedangkan
dari data laboratorium patologi anatomi seluruh Indonesia frekuensi kanker
serviks paling tinggi diantara kanker yang ada di Indonesia, bila di lihat
penyebarannya terlihat bahwa 92,4%, lebih dari 95% kanker serviks berkaitan
erat dengan infeksi human papiloma virus (Romauli, 2009).
Menurut Riset Terbaru Departemen Kesehata RI, hubungan
seksual dari usia muda (dibawah 15 tahun) berisiko tinggi terhadap kemungkinan
kanker serviks, karena mereka rentan mengalami kehamilan dan melahirkan
berulang kali atau berganti-ganti pasangan (Wartakotalive, 2009).
Tes papanikolaus
atau pap smear merupakan metode
skrining ginekologi. Dilakukan pertama kali oleh georgios papanikolaus untuk
menemukan proses-proses premalignant
atau prakeganasan dan malignancy atau keganasan di ektoserviks atau leher rahim bagian
luar, dan infeksi dalam endoserviks
atau leher rahim bagian dalam dan endometrium
(Emilia, 2010).
Pap smear tes adalah suatu metode pemeriksaan sel-sel yang diambil dari leher rahim
dan kemudian diperiksa di bawah mikroskop untuk melihat perubahan-perubahan
yang terjadi di sel tersebut. Perubahan sel-sel rahim yang terdeteksi secara
dini akan memungkinkan beberapa tindakan pengobatan diambil sebelum sel-sel
tersebut dapat berkembang (Diananda, 2008).
WHO memiliki perkiraan dampak skrining secara rutin
pada perempuan dewasa. Skrining pap smear
setiap tahun akan menurunkan insiden kanker serviks sampai dengan 92,5%. Namun
demikian, skrining untuk dua dan tiga tahun masing-masing masih mampu menurunkan
angka insiden kanker serviks sampai dengan 92,5% dan 90,8%. Skrining untuk 5
tahun dan 10 tahun 83,6% dan 64,2%. Dengan demikian, frekuensi dilakukannya
skrining menjadi masalah dalam merekomendasikan skrining pada program kesehatan
masyarakat. Pada saat ini upaya meningkatkan tindakan skrining bagi wanita usia
subur (Wijaya, 2010).
Berdasarkan survey tahun 2005 di Negara-negara maju
didapatkan 79,16% kelompok wanita yang memiliki pengetahuan dikategorikan baik
tentang pap smear dan 20,84% memiliki
pengetahuan tentang pap smear
dikategorikan kurang baik. Dari hasil survey yang sama khususnya di Negara
berkembang didapatkan 26,44% kelompok wanita yang memiliki pengetahuan yang
baik tentang pap smear 73,56%
memiliki pengetahuan yang dikategorikan kurang baik (Diananda, 2008).
Dari hasil rekapitulasi jumlah pasien yang melakukan
pemeriksaan pap smear ke Yayasan
Kanker Indonesia (YKI) cabang Palembang periode tahun 2005 sampai 2010 adalah
sebagai berikut : pada tahun 2005 yang melakukan pemeriksaan pap smear berjumlah 602 jiwa, tahun 2006
berjumlah 551 jiwa, tahun 2007 berjumlah 683 jiwa, tahun 2008 berjumlah 945
jiwa, tahun 2009 berjumlah 1011 jiwa dan pada tahun 2010 berjumlah 1018 jiwa.
Dari hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit
Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang diperoleh data selama tahun 2009
sebanyak 297 (45,2%) dari 658 jiwa, pada tahun 2010 mengalami penurunan yaitu
sebanyak 189 (36,3%) dari 521 jiwa dan
pada bulan Januari – April tahun 2011 sebanyak 63 jiwa yang melakukan
pemeriksaan pap smear di Rumah Sakit
Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang.
Terkait dengan kurang baiknya pengetahuan ibu tentang
pemeriksaan pap smear dan pentingnya
pemeriksaan pap smear sebagai langkah
awal atau upaya preventif, maka penulis tertarik melakukan penelitian mengenai “Hubungan Pengetahuan dan Umur Ibu dengan Pemeriksaan Pap Smear di Rumah Sakit Umum Pusat Dr.
Mohammad Hoesin Palembang tahun 2011”.
1.2
Rumusan
Masalah
Rendahnya pemeriksaan pap smear pada tahun 2010 berjumlah 189 (36,3%) dari 521 jiwa di
Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang.
Pertanyaan penelitiannya apakah ada hubungan antara
pengetahuan dan umur ibu dengan pemeriksaan pap
smear di Rumah Sakit Umum
Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2011.
1.3
Tujuan
Penelitian
1.3.1
Tujuan Umum
Diketahuinya hubungan antara pengetahuan dan umur ibu dengan
pemeriksaan pap smear di Rumah Sakit Umum Pusat Dr.
Mohammad Hoesin Palembang
Tahun 2011.
Tujuan Khusus
1.
Diketahuinya distribusi frekuensi pemeriksaan pap smear di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad
Hoesin Palembang
Tahun 2011.
2.
Diketahuinya distribusi frekuensi pengetahuan ibu di
Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2011.
3.
Diketahuinya distribusi frekuensi umur ibu di Rumah
Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang
Tahun 2011.
4.
Diketahuinya hubungan pengetahuan ibu dengan
pemeriksaan pap smear di Rumah Sakit Umum Pusat Dr.
Mohammad Hoesin Palembang
Tahun 2011.
5.
Diketahuinya hubungan umur ibu dengan pemeriksaan pap smear di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad
Hoesin Palembang
Tahun 2011.
1.4
Manfaat
Penelitian
Adapun manfaat
penelitian ini adalah :
1.4.1
Bagi Petugas
Kesehatan
Hasil penelitian ini dapat membantu untuk meningkatkan
program promosi kesehatan khususnya kesehatan reproduksi wanita.
1.4.2
Bagi Institusi
Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi
bagi mahasiswi dan dapat menambah bahan kepustakaan yang berguna bagi
mahasiswi.
1.4.3
Bagi Penulis
Menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman
penelitian tentang pemeriksaan pap smear,
selain itu agar penulis dapat mengaplikasikan secara langsung kepada
masyarakat, khususnya wanita yang sudah menikah.
1.5
Ruang
Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini penulis mencoba membatasi
masalah pengetahuan dan umur ibu dengan pemeriksaan pap smear di Rumah
Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang pada
bulan Juni Tahun 2011. Populasi
penelitian ini diambil dengan teknik accidental
sampling yaitu pengambilan sampel seadanya pada saat penelitian.