BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel
telur dan sel sperma) pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat
janin kurang dari 500 gram, sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. (Nugroho,
2010).
Menurut data WHO persentase kemungkinan terjadinya abortus cukup tinggi.
Sekitar 15–40% angka kejadian, diketahui pada ibu yang sudah dinyatakan positif
hamil, dan 60–75% angka abortus terjadi sebelum usia kehamilan mencapai 12
minggu (google, yang dikutip dari Lestariningsih, 2008).
Abortus di Negara – Negara berkembang sebagian besar (lebih dari 90 %) dilakukan
tidak aman, sehingga berkontribusi sekitar 11- 13% terhadap kematian maternal di
dunia. Di Zimbabwe, Afrika dilaporkan bahwa sekitar 28 % seluruh kematian ibu
berhubungan dengan abortus. Sementara di Tarzania dan Adis ababa masing –
masing sebesar 21 % dan 54%. Hal ini diperkirakan merupakan bagian kecil dari
kejadian yang sebenarnya sebagai akibat ketidak terjangkauan pelayanan kedokteran
modern yang ditandai oleh kesenjangan informasi. (Siswanto, 2008).
Di Indonesia, diperkirakan sekitar 2 – 2,5 % mengalami keguguran Setiap
tahun, sehingga secara nyata dapat menurunkan angka kelahiran menjadi
1,7 pertahunnya. AKI di
Indonesia masih didominasi perdarahan 42%, eklamsi 13%, dan infeksi 10 %. (Manuaba,
2008).
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), Angka
Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih berada pada 307 per 100.000 kelahiran
hidup atau setiap jam terdapat 2 orang ibu bersalin meninggal dunia karena
berbagai sebab. Mengenai penyebab kematian 90 % kematian ibu disebabkan oleh
perdarahan, toksemia gravidarum, infeksi, partus lama, dan komplikasi abortus. Tingkat
abortus di Indonesia mencapai 2,3 juta abortus per tahun dengan 1 juta
diantaranya adalah abortus spontan. (Pangkahila, 2008).
Pada
tahun 2008 AKI di Sumatera Selatan mencapai 53/100.000 dari 27,5 /1000
kelahiran hidup, penyebab kematian ibu disebabkan oleh infeksi (12 %), eklampsi
(8 %), perdarahan (34,6%), abortus (5 %), dan 5 kematian ibu disebabkan oleh
perdarahan abortus.Tahun 2009 sebanyak 200 kematian per 100.000 kelahiran dan
data nasional mencapai 300 kematian per 100.000 kelahirannya disebabkan oleh
perdarahan ,infeksi dan kehamilan hipertensi.
(Dinkes, 2010).
AKI
di Kota Palembang Tahun 2008 angka kematian ibu saat melahirkan dari 302/100
ribu.Jumlah kematian ibu tahun 2009 di Kota Palembang AKI menjadi 226 per 100.000 kelahiran hidup dengan
penyebabnya pre eklampsi dan perdarahan. Dan tahun 2010 adalah jumlah kematian
125/100.000 kelahiran hidup disebabkan oleh perdarahan, pre eklampsi dan
infeksi. (Dinkes, 2010).
Dari
data yang didapat di Rumah Sakit Umum Dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2008
dalam Novitasari 2010, angka kejadian abortus sebesar 135 kasus dengan kejadian
abortus imminens sebanyak 49 kasus (36,3%), abortus insipiens sebanyak 15 kasus
(11,1%), abortus komplit sebanyak 35 kasus (25,9%),abortus inkomplit sebanyak
34 kasus (25,2%) dan missed abortion
sebanyak 2 kasus (1,5%).Tahun 2009 tercatat 325 orang dan tahun 2010 tercatat semua
ibu hamil dengan usia kehamilan kurang dari 20 minggu sebanyak 588 orang yang pernah di rawat di instalasi
Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit Umum Mohammad Hoesin tahun 2010 dan 348 orang
pasien abortus yang dirawat di Ruang Kebidanan di Rumah Sakit Dr. Mohammad
Hoesin Palembang..
Berdasarkan data diatas
penulis tertarik untuk melakukan penelitian berjudul ”Faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian Abortus di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad
Hoesin Palembang Tahun 2010.
1.2. Rumusan Masalah
Faktor-faktor apa saja yang
berhubungan dengan kejadian abortus di Rumah Sakit Umum Pusat Umum Dr.Mohammad
Hosein Palembang Tahun 2010?
1.3.
Tujuan
Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Diketahuinya faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian Abortus di Rumah Sakit Umum Dr. Mohammad Hosein
Palembang Tahun 2010.
1.3.2
Tujuan Khusus
1.
Diketahuinya hubungan
pendidikan dengan kejadian Abortus di Rumah Sakit Umum Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2010.
2.
Diketahuinya hubungan pekerjaan dengan kejadian Abortus di Rumah
Sakit Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2010
3. Diketahuinya hubungan jarak kehamilan dengan kejadian Abortus di
Rumah Sakit Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2010
1.4.
Manfaat
Penelitian
1.4.1
Bagi
Peneliti
Untuk lebih
memperdalam dan memperluas pengetahuan peneliti tentang kejadian Abortus dan
penerapan metodelogi penelitian dalam menganalisis faktor-faktor antara lain
pendidikan, pekerjaan dan jarak kehamilan.
1.4.2 Bagi
Instansi Pendidikan
Diharapkan hasil
penelitian dapat dijadikan bahan referensi (kepustakaan) dan dapat digunakan
sebagai bahan dalam proses belajar di Akademi Kebidanan Budi Mulia Palembang.
1.4.3
Bagi
Tenaga Kesehatan
Hasil
penelitian dapat dijadikan bahan evaluasi keberhasilan dalam melaksanakan
Komunikasi Informasi Edication (KIE) pada ibu hamil sejak dini sebagai upaya
untuk menurunkan angka kejadian abortus.
1.5 Ruang Lingkup
Penelitian ini
ditekankan pada factor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Abortus dengan
membatasi pekerjaan, pendidikan, dan jarak kehamilan.Sasaran dalam penelitian
ini adalah wanita yang mengalami Abortus di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2010.