BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu)
atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum
mampu untuk hidup di luar kandungan (Sarwono, 2006).
Menurut badan kesehatan dunia World
Health Organization (WHO), diseluruh dunia setiap tahunnya lebih dari
585.000 ibu meninggal saat hamil atau bersalin. Setiap tahun, sekitar 15 – 50%
diantaranya meninggal akibat komplikasi abortus (Candra, 2010).
Estimasi nasional menyatakan setiap tahun terjadi 2 juta kasus abortus di
Indonesia .
Ini artinya terdapat 43 kasus abortus per 100 kelahiran hidup menurut hasil
sensus penduduk tahun 2000. Dari kasus tersebut terdapat 53.783.717 perempuan
usia 15-49 tahun (Siswono, 2005).
Dari Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2007, Angka Kematian Ibu sebanyak 228 per 100.000
kelahiran hidup, penyebab langsung kematian ibu terkait kehamilan dan
persalinan terutama adalah perdarahan (28%). Sebab lain, yaitu eklamsi (24%), infeksi
(11%), partus lama (5%), dan abortus (5%) (Candra, 2010).
Berdasarkan hasil penelitian Women Research Institute sepanjang 2008
hingga 2009 terungkap, angka kematian ibu (AKI) di Indonesia mencapai 2.281.300.000
kelahiran hidup. Dari studi itu juga diketahui, penyebab utama AKI di Indonesia
antara lain, perdarahan dan terjadi infeksi saat bersalin, di balik angka di
atas tersembunyi beberapa kasus abortus yang menjadi salah satu penyebab utama
kematian ibu (Lubis, 2010).
AKI di Provinsi Sumatera Selatan pada
tahun 2008 adalah 467 (0,5%) orang per 100.000 kelahiran hidup dan dari data
nasional terdapat 307 (0,3%) orang per 100.000 kelahiran diantaranya disebabkan
oleh terlalu tua (umur ibu saat melahirkan), terlalu muda (umur ibu saat
melahirkan), terlalu sering (melahirkan) dan terlalu banyak (jumlah anak yang sudah
dilahirkan). Sedangkan jumlah kematian ibu pada tahun 2009 di Propinsi
Sumatera Selatan sebanyak 200 (0,2%) kematian per 100.000 kelahiran dan dari
data nasional mencapai 300 (0,3%) kematian per 100.000 kelahiran diantaranya
disebabkan oleh perdarahan akibat terjadinya abortus (Profil Kesehatan Sumsel,
2009).
AKI Kota Palembang berdasarkan laporan indikator Database 2005 United Nation Found
Population (UNFPA) 6th country
programe adalah 317 (0,3%) per 100.000 kelahiran, lebih rendah dari
propinsi Sumsel sebesar 467 (0,5%) per 100.000 kelahiran. Jumlah kematian ibu
tahun 2005 di kota
Palembang
sebanyak 15 orang diantaranya disebabkan oleh perdarahan dan selebihnya
disebabkan faktor lainnya termasuk abortus (Depkes RI ,
2008).
Menurut penelitian Marlinah (2009), di Rumah Sakit Umum Pusat Dr.
Mohammad Hoesin Palembang, angka kejadian abortus sebesar 135 kasus dengan
kejadian abortus iminens sebanyak 49 kasus (36,3%) abortus insipiens sebanyak
15 kasus (11,1%), abortus komplit sebanyak 35 kasus (25,9%), abortus inkomplit
sebanyak 34 kasus (25,2%) dan misseed
abortion sebanyak 2 kasus (1,5%) (Marlinah, 2009).
Dari data yang didapat dari Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin
Palembang tahun 2010 tercatat 588 orang pasien abortus yang dirawat di Ruang
Kebidanan Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2010.
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa masih tinggi terjadinya abortus
dapat menyebabkan meningkatnya angka kesakitan dan kematian pada ibu dan janin.
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan
antara Paritas dan Umur Ibu Hamil dengan Kejadian Abortus yang Dirawat di Ruang
Kebidanan Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2010”.
1.2
Rumusan
Masalah
Apakah ada hubungan paritas dan umur ibu dengan kejadian abortus pada ibu
hamil yang dirawat di ruang kebidanan Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad
Hoesin Palembang tahun 2010 ?
1.3
Tujuan
Penelitian
1.3.1
Tujuan Umum
Diketahuinya variabel paritas dan umur ibu berhubungan dengan kejadian
abortus pada ibu hamil yang dirawat di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Pusat
Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2010.
1.3.2
Tujuan
Khusus
1.
Diketahuinya distribusi frekuensi kejadian abortus di
Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2010.
2. Diketahuinya distribusi frekuensi umur ibu hamil yang dirawat
di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2010.
3.
Diketahuinya distribusi frekuensi paritas ibu hamil di
yang dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun
2010.
4.
Diketahuinya hubungan antara umur ibu dengan kejadian
abortus di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2010.
5. Diketahuinya hubungan antara paritas ibu dengan kejadian
abortus di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2010.
1.4
Manfaat
Penelitian
1.4.1
Bagi Rumah
Sakit
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi tambahan untuk
mendeteksi dini komplikasi kehamilan terutama abortus.
1.4.2
Bagi
Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kepustakaan dan
pengetahuan, serta untuk meningkatkan mutu pendidikan bagi mahasiswi Program
DIII Akademi Kebidanan Budi Mulia Palembang.
1.4.3
Bagi
Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan memperluas
wawasan peneliti tentang abortus sehingga pengetahuan ini dapat diaplikasikan
dalam masyarakat untuk mendeteksi dini komplikasi kehamilan.
1.5
Ruang
Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini adalah obstetri yaitu untuk mengetahui hubungan
paritas dan umur ibu dengan kejadian abortus. Subjek penelitian ini, semua ibu
hamil dengan usia kehamilan di bawah 22 minggu yang dirawat di ruang kebidanan
Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2010.