BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
BBLR adalah bayi
yang lahir dengan berat kurang dari 2.500 gram, tanpa memandang usia kehamilan,
yang dibedakan menjadi dua bagian: pertama; BBL sangat rendah apabila lahir
berat lahir kurang dari 1.500 gram, dan kedua, BBLR bila berat lahir antara
1.501-2.499 gram (IDAI, 2009).
Dengan kata lain
kualitas bayi yang dilahirkan sangat tergantung pada keadaan gizi ibu sebelum
dan selama hamil. Selain itu paritas yang tinggi juga akan berdampak pada
timbulnya berbagai masalah kesehatan baik bagi ibu maupun bayi yang dilahirkan
dimana ibu dengan paritas > 3 anak beresiko 2 kali terhadap melahirkan bayi
dengan BBLR (Joeharno, 2008).
Umur ibu
merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kejadian bayi dengan berat lahir
rendah, dimana angka kejadian tertinggi BBLR adalah pada usia dibawah 20 tahun
dan pada multigravida yang jarak antara kelahirannya terlalu dekat. Kejadian
terendah adalah pada usia ibu antara 26 – 30 tahun (Joeharno, 2008).
World Health Organization (WHO) mendefinisikan BBLR sebagai bayi lahir dengan
berat kurang dari 2500 gram. Definisi ini didasarkan pada hasil observasi
epidemiologi yang membuktikan bahwa bayi lahir dengan berat kurang dari 2500
gram mempunyai kontribusi terhadap outcome
kesehatan yang buruk. Menurunkan insiden BBLR hingga sepertiganya menjadi
salah satu tujuan utama "A World Fit
for Children" hingga tahun 2010 sesuai deklarasi dan rencana kerja United Nations General Assembly Special
Session on Children in 2002 lebih dari 20 juta bayi diseluruh dunia (15,5%)
dari seluruh kelahiran, merupakan BBLR, 95,6% diantaranya merupakan bayi yang
dilahirkan di negara-negara sedang berkembang, insidensi BBLR di Asia adalah
22% (Eka Rahayu, 2009).
Begitu juga
menurut WHO pada tahun 1961 telah mengganti istilah Premature baby dengan low
birth weight baby (Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah : BBLR). Hal ini
dilakukan karena tidak semua bayi berat kurang dari 2500 gram pada waktu lahir
bayi premature. Keadaan ini dapat di sebabkan oleh : 1) masa kehamilan kurang
dari 37 minggu dengan berat yang sesuai (masa kehamilan dihitung mulai dari
hari pertama haid yang teratur ; 2) bayi small
for gestational age (SGA) : bayi yang kurang dari berat badan yang
semestinya menurut masa kehamilannya (Kecil untuk Masa Kehamilan : KMK); 3)
kedua-duanya (pernyataan 1 dan 2) (Wiknjosastro, 2007).
Angka kejadian
BBLR di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan lain, yaitu
berkisar antara 9 % - 30%, hasil studi di 7 daerah multi center diperoleh angka
BBLR dengan rentang 2,1 % - 17,2 % secara nasional berdasarkan analisa lanjutan
Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI), angka BBLR yang ditetapkan pada
sasaran program perbaikan gizi menuju Indonesia sehat 2010 yakni maksimal 7% (SDKI,
2009).
Pada tahun 1995
Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia diperkirakan sebesar 55 per 1000
kelahiran hidup, kemudian turun menjadi 52 pada tahun 1997, dan turun lagi
menjadi 44 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 1999, kemudian naik menjadi 47
per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2000. AKB menurut hasil Susenas,
berturut-turut pada tahun 2001 sebesar 50 per 1000 kelahiran hidup. Sedangkan
AKB menurut hasil SDKI 2002 - 2003 35 per 1000 kelahiran hidup. Adapun target
cakupan Angka Kematian Bayi (AKB) tahun 2010 yaitu sebanyak 25 per 1000 kelahiran
hidup (Wardani, 2005).
Berdasarkan data
dari Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (PG) 2008, angka kematian ibu (AKI) di
Indonesia masih berada pada angka 28 per 10.000 kelahiran hidup dan angka
kematian bayi (AKB), khususnya angka kematian bayi baru lahir (neonatal) masih
berada pada kisaran 35 per 1.000 kelahiran hidup. Salah satu penyebab tingginya
kematian neonatal adalah bayi dengan berat badan lahir rendah atau BBLR.
Penyebab BBLR sampai saat ini masih terus dikaji. Beberapa studi menyebutkan
penyebab BBLR adalah multifaktor, antara lain faktor demografi, biologi ibu,
riwayat obstetri, morbiditas ibu selama hamil, pemeriksaan kehamilan dan
paparan toksin.
Prevalensi Bayi
Berat Lahir Rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran didunia dengan
batasan 3,3% - 38% dan lebih sering di negara-negara berkembang atau sosio
ekonomi rendah secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di
negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibandingkan pada
bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram . BBLR termasuk faktor utama dalam
peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak
serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupan di masa depan
(Propfil Kesehatan RI, 2008).
Berdasarkan
Dinas Kesehatan Sumsel, angka kejadian bayi berat badan lahir rendah (BBLR)
tahun 2008 sebanyak 220 per 1.000 angka kelahiran hidup dan pada tahun 2009
sebanyak 215 per 1.000 kelahiran hidup. Kota Palembang, angka kelahiran BBLR
tahun 2008 sebanyak 213 per 1.000 dan pada tahun 2009 sebanyak 253 per 1.000
kelahiran hidup (Profil Dinkes, 2010).
Menurut Data
Dinas Kesehatan Kota Palembang, Angka Kematian Bayi (AKB) pada tahun 2008 4 per
1000 kelahiran hidup dan pada tahun 2009 sekitar 2 per 1000 kelahiran hidup
(Dinkes Kota Palembang, 2010).
Pada tahun 2003
AKB di rumah sakit mengalami penurunan berarti yaitu sebesar 22, 9 per 1000
kelahiran hidup, kemudian pada tahun 2004 mengalami kenaikan menjadi 29,4 per
1000 kelahiran hidup dan pada tahun 2005 mengalami penurunan kembali menjadi
23,7 per 1000 kelahiran hidup (Profil Kesehatan RI, 2006)
Dari data Rumah
Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang, angka kejadian BBLR pada tahun
2008 adalah 244 (10%) kasus BBLR dari 2439 bayi yang dilahirkan dan pada tahun
2009 sebesar 338 (14%) kasus BBLR dari 2.400 bayi yang dilahirkan (Medical
Record, 2009).
Oleh karena
itulah, berdasarkan latar belakang diatas dan dengan adanya data yang ada, Maka
penulis ingin melakukan penelitian dengan judul "Hubungan Antara Umur dan Paritas Ibu dengan Kejadian Bayi Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR) di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin
Palembang Tahun 2010”.
1.2
Rumusan Masalah
Masih tingginya
angka kematian bayi tahun 2009 di RSMH 14%. Apakah ada hubungan antara umur dan
paritas ibu dengan kejadian Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Rumah Sakit
Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2010?
1.3
Tujuan Penelitan
1.3.1
Tujuan Umum
Untuk mengetahui
hubungan antara umur dan paritas ibu dengan kejadian bayi Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR) di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun
2010.
1.3.2
Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui hubungan antara umur ibu
dengan kejadian bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Rumah Sakit Umum Pusat
Dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2010.
2. Untuk mengetahui hubungan antara paritas ibu
dengan kejadian bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Rumah Sakit Umum Pusat
Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2010.
1.4
Manfaat Penelitian
1.4.1
Bagi Mahasiswa /Peneliti
Penelitian ini untuk menambah wawasan dan
pengetahuan khususnya tentang bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan sebagai
pengalaman proses belajar dalam bidang Metodologi Penelitian.
1.4.2
Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian
ini diharapkan bermanfaat bagi pihak pendidiukan sebagai bahan perbendaharaan
bacaan di perpustakaan dan dapat dijadikan dasar pemikiran didalam penelitian
lanjutan bagi Mahasiswi Akbid Budi Mulia Palembang.
1.4.3
Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin
Palembang
Hasil penelitian
ini dapat digunakan sebagai masukan dalam program kesehatan reproduksi untuk
menurunkan angka kejadian bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan perbaikan
mutu pelayanan kebidanan.
1.5
Ruang Lingkup
Penelitian ini dalam
lingkup askeb neonatus diantaranya faktor umur dan paritas dengan kejadian bayi
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin
Palembang tahun 2010.