Ilmu Asuhan Kebidanan dan Keperawatan

HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN IBU DAN UMUR BALITA DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA BERAT PADA BALITA YANG PERNAH DI RAWAT DI INSTALASI RAWAT INAP ANAK RUMAH SAKIT UMUM PUSAT Dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG TAHUN 2010


BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai parenkim paru-paru. Pneumonia dapat diketahui berdasarkan penoman tanda-tanda klinis dan pemeriksaan penunjang (rontgent, laboratorium) (Wilson, 2006).

Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak yang ditandai dengan dinding dada bawah tertarik ke dalam atau nafas cepat 40 - 50 kali lebih tiap menit (Misnadiarly, 2008).
Pneumonia merupakan penyebab kematian tunggal pada anak terbesar diseluruh duni. Setiap tahun pneumonia membunuh sekitar 1,8 juta anak dibawah 5 tahun, atau sekitar 20 % dari seluruh kematian balita diseluruh dunia. Angka ini lebih tinggi dari kematian akibat AIDS, malaria dan campak digabungkan.
Pneumonia dapat mengenai anak diseluruh dunia, namun angka kejadian terbesar terdapat di Asia Selatan dan Afrika. Insiden pneumonia di Negara berkembang adalah 10-20 kasus/100 anak/tahun (10-20%) (IDAI, 2010).
Indonesia merupakan Negara dengan kejadian pneumonia ke 6 terbesar di dunia. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 1992, 1995, dan 2001 didapati pneumonia sebagai urutan terbesar penyebab kematian balita. Hasil ini juga sesuai dengan survey mortalitas terhadap 10 provinsi di Indonesia oleh Subdit ISPA Departemen Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 mencatat pneumonia merupakan penyebab kematian Balita terbanyak yaitu 15,5 (Depkes RI, 2008).
Menurunkan angka kematian Balita merupakan salah satu target pencapaian MDGs Millenium Development Goals (MDGs). Target yang hendak dicapai adalah menurunkan angka kematian balita hingga 2/3 dari jumlah kasus pada tahun 1990. Angka kematian Bayi, balita cenderung stagnan dalam paruh waktu pertama. upaya pencapaian MDGs 2015. Dengan demikian tahap kedua ( 2009-2014) adalah merupakan kesempatan terakhir bagi percepatan pencapaian MDGs (IDAI, 2010).
Departemen kesehatan RI tahun 2008, menyatakan tiap tahun dari 1.000 balita yang lahir hidup terdapat 5 kematian akibat pneumonia, tiap 3 menit 1 orang balita meninggal (Rediansyah, 2008).
Menurut keterangan yang diberikan oleh dr Endang R. Sedyaningsih pada seminar pneumonia tahun 2009 di Universitas Padjajaran Bandung, ISPA merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien di sarana kesehatan yaitu sebanyak 40 - 60 % kunjungan berobat di Puskesmas dan 15% - 30% kunjungan berobat di bagian rawat jalan dan rawat inap di Rumah Sakit (Menkes, 2010).
Upaya pemerintah dalam menekan angka kematian akibat pneumonia diantaranya melalui penemuan kasus pneumonia balita sedini mungkin di pelayanan kesehatan dasar, penatalaksanaan kasus dan rujukan. Adanya keterpaduan dengan lintas program melalui pendekatan MTBS di Puskesmas serta penyediaan obat dan peralatan untuk Puskesmas perawatan dan di daerah terpencil (Menkes, 2010).
Menurut data yang didapat dari Dinas Kesehatan Kota Palembang tahun 2009 dari 69637 kasus ISPA terdapat 1.072 kasus Pneumonia dan, tahun 2010 tercatat 254807 terdapat 4557 kasus pneumonia, sedangkan data rekam medik di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2009 tercatat dari 140 bayi, balita yang dirawat dengan ISPA terdapat 76 (54,3 %) kasus Pneumonia, data tahun 2010 balita yang dirawat dengan penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut sebanyak 304 kasus dan 75 ( 24,7 ) diantaranya menderita Pneumonia (RSMH, 2010).
Resiko pneumonia meningkat pada keadaan seperti : bayi berat lahir rendah atau prematur karena pada saat lahir sistem pertahanan tubuh maupun sistem pemapasannya belum berkembang sebaik bayi berat lahir cukup dan cukup umur. Apabila anak tidak mendapatkan imunisasi yang lengkap, maka anak tidak memiliki kekebalan terhadap kuman-kuman penyebab pneumonia. Anak yang sehat memiliki sistem pertahanan tubuh yang melindungi paru dari kuman. Anak dengan sistem pertahanan tubuh lemah seperti anak gizi buruk terutama karena tidak mendapat ASI eksklusif dan kekurangan Vitamin A atau terkena campak, memiliki resiko pneumonia tinggi (Depkes, 2008).
Sebagian besar kematian dan kesakitan akibat pneumonia berkaitan dengan kemiskinan, kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat seperti kurang fasilitas kesehatan (Wibowo, 2010).
Pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Balita yang ibunya berpendidikan rendah berpeluang untuk terjadi pneumonia dibandingkan balita yang ibunya berpendidikan tinggi (Notoatmodjo, 2005).
Balita yaitu anak yang berusia dibawah 5 tahun merupakan generasi yang perlu mendapat perhatian, karena balita merupakan generasi penerus dan modal dasar untuk kelangsungan hidup bangsa, balita amat peka terhadap penyulit, tingkat kematian balita masih tinggi. Sehingga pneumonia dapat menyerang pada balita, karena daya tahan tubuh balita rentan dari orang dewasa (Anonim, 2007).
Berdasarkan data diatas maka penulis tertarik melakukan penelitian tentang "Hubungan Antara Pendidikan Ibu dan Umur Balita dengan kejadian pneumonia pada Balita yang pernah di rawat di lnstalasi Rawat Inap Anak Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2010".

1.2    Rumusan Masalah
Belum diketahui hubungan antara pendidikan ibu dan umur balita dengan kejadian pneumonia pada balita di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2010 ?

1.3    Tujuan Penelitian
1.3.1        Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian pneumonia pada balita yang pernah di rawat map di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2010.
1.3.2        Tujuan Khusus
1.      Untuk mengetahui distribusi frekuensi kejadian pneumonia pada balita yang pernah di rawat di Instalasi Rawat Inap Anak Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2010.
2.      Untuk mengetahui distribusi frekuensi pendidikan Ibu balita yang di rawat di Instalasi Rawat Inap Anak Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2010.
3.      Untuk mengetahui distribusi frekuensi umur balita yang pernah di rawat di Instalasi Rawat Inap Anak Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2010.
4.      Untuk mengetahui hubungan pendidikan ibu balita dengan kejadian pneumonia pada balita yang pernah di rawat di Instalasi Rawat Inap Anak Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2010.
5.      Untuk mengetahui hubungan antara umur balita dengan kejadian pneumonia pada balita yang pernah di rawat di Instalasi Rawat Inap Anak Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2010.

1.4         Manfaat Penelitian
1.4.1        Bagi Peneliti
Mendapat tambahan ilmu pengetahuan dan pengalaman mengenai kejadian pneumonia dan balita serta menambah kemampuan peneliti sebagai petugas kesehatan agar lebih aktif dalam memberikan penyuluhan kepada masyarakat khususnya mengenai kejadian pneumonia.
1.4.2        Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi mahasiswa dan dapat menambah bahan perpustakaan di Akademi Kebidanan Budi Mulia Palembang khususnya program D III Kebidanan.
1.4.3        Bagi Rumah Sakit
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan masukan bagi Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang dalam meningkatkan pelayanan kesehatan pada Balita terutama pada kasus pneumonia pada balita.

1.5         Ruang Lingkup
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2011 di bagian Instalasi Rawat Inap Anak Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang Balita tentang hubungan pendidikan ibu dan jenis kelamin dengan kejadian pneumonia pada balita.

Share:

Popular Posts

Jumlah Pengunjung

Cari judul yang anda butuhkan disni

Blog Archive

© Al Anshor 2017 All Reserved. Powered by Blogger.

Labels

Blog Archive