BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai parenkim
paru-paru. Pneumonia dapat diketahui berdasarkan penoman tanda-tanda klinis dan
pemeriksaan penunjang (rontgent, laboratorium) (Wilson , 2006).
Pneumonia adalah
penyakit batuk pilek disertai nafas sesak yang ditandai dengan dinding dada
bawah tertarik ke dalam atau nafas cepat 40 - 50 kali lebih tiap menit
(Misnadiarly, 2008).
Pneumonia
merupakan penyebab kematian tunggal pada anak terbesar diseluruh duni. Setiap
tahun pneumonia membunuh sekitar 1,8 juta anak dibawah 5 tahun, atau sekitar 20
% dari seluruh kematian balita diseluruh dunia. Angka ini lebih tinggi dari
kematian akibat AIDS, malaria dan campak digabungkan.
Pneumonia dapat
mengenai anak diseluruh dunia, namun angka kejadian terbesar terdapat di Asia
Selatan dan Afrika. Insiden pneumonia di Negara berkembang adalah 10-20
kasus/100 anak/tahun (10-20%) (IDAI, 2010).
Indonesia
merupakan Negara dengan kejadian pneumonia ke 6 terbesar di dunia. Berdasarkan
Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 1992, 1995, dan 2001 didapati
pneumonia sebagai urutan terbesar penyebab kematian balita. Hasil ini juga
sesuai dengan survey mortalitas terhadap 10 provinsi di Indonesia oleh Subdit
ISPA Departemen Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 mencatat
pneumonia merupakan penyebab kematian Balita terbanyak yaitu 15,5 (Depkes RI,
2008).
Menurunkan angka
kematian Balita merupakan salah satu target pencapaian MDGs Millenium
Development Goals (MDGs). Target yang hendak dicapai adalah menurunkan angka
kematian balita hingga 2/3 dari jumlah kasus pada tahun 1990. Angka kematian
Bayi, balita cenderung stagnan dalam paruh waktu pertama. upaya pencapaian MDGs
2015. Dengan demikian tahap kedua ( 2009-2014) adalah merupakan kesempatan
terakhir bagi percepatan pencapaian MDGs (IDAI, 2010).
Departemen
kesehatan RI tahun 2008, menyatakan tiap tahun dari 1.000 balita yang lahir
hidup terdapat 5 kematian akibat pneumonia, tiap 3 menit 1 orang balita
meninggal (Rediansyah, 2008).
Menurut
keterangan yang diberikan oleh dr Endang R. Sedyaningsih pada seminar pneumonia
tahun 2009 di Universitas Padjajaran Bandung, ISPA merupakan salah satu
penyebab utama kunjungan pasien di sarana kesehatan yaitu sebanyak 40 - 60 %
kunjungan berobat di Puskesmas dan 15% - 30% kunjungan berobat di bagian rawat
jalan dan rawat inap di Rumah Sakit (Menkes, 2010).
Upaya pemerintah
dalam menekan angka kematian akibat pneumonia diantaranya melalui penemuan
kasus pneumonia balita sedini mungkin di pelayanan kesehatan dasar,
penatalaksanaan kasus dan rujukan. Adanya keterpaduan dengan lintas program
melalui pendekatan MTBS di Puskesmas serta penyediaan obat dan peralatan untuk
Puskesmas perawatan dan di daerah terpencil (Menkes, 2010).
Menurut data
yang didapat dari Dinas Kesehatan Kota Palembang tahun 2009 dari 69637 kasus
ISPA terdapat 1.072 kasus Pneumonia dan, tahun 2010 tercatat 254807 terdapat
4557 kasus pneumonia, sedangkan data rekam medik di Rumah Sakit Umum Pusat Dr.
Mohammad Hoesin Palembang tahun 2009 tercatat dari 140 bayi, balita yang
dirawat dengan ISPA terdapat 76 (54,3 %) kasus Pneumonia, data tahun 2010
balita yang dirawat dengan penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut sebanyak
304 kasus dan 75 ( 24,7 ) diantaranya menderita Pneumonia (RSMH, 2010).
Resiko pneumonia
meningkat pada keadaan seperti : bayi berat lahir rendah atau prematur karena
pada saat lahir sistem pertahanan tubuh maupun sistem pemapasannya belum
berkembang sebaik bayi berat lahir cukup dan cukup umur. Apabila anak tidak mendapatkan
imunisasi yang lengkap, maka anak tidak memiliki kekebalan terhadap kuman-kuman
penyebab pneumonia. Anak yang sehat memiliki sistem pertahanan tubuh yang
melindungi paru dari kuman. Anak dengan sistem pertahanan tubuh lemah seperti
anak gizi buruk terutama karena tidak mendapat ASI eksklusif dan kekurangan
Vitamin A atau terkena campak, memiliki resiko pneumonia tinggi (Depkes, 2008).
Sebagian besar
kematian dan kesakitan akibat pneumonia berkaitan dengan kemiskinan, kurangnya
pengetahuan dan kesadaran masyarakat seperti kurang fasilitas kesehatan
(Wibowo, 2010).
Pendidikan
adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik
individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan yang diharapkan
oleh pelaku pendidikan. Balita yang ibunya berpendidikan rendah berpeluang
untuk terjadi pneumonia dibandingkan balita yang ibunya berpendidikan tinggi
(Notoatmodjo, 2005).
Balita yaitu
anak yang berusia dibawah 5 tahun merupakan generasi yang perlu mendapat
perhatian, karena balita merupakan generasi penerus dan modal dasar untuk
kelangsungan hidup bangsa, balita amat peka terhadap penyulit, tingkat kematian
balita masih tinggi. Sehingga pneumonia dapat menyerang pada balita, karena
daya tahan tubuh balita rentan dari orang dewasa (Anonim, 2007).
Berdasarkan data
diatas maka penulis tertarik melakukan penelitian tentang "Hubungan Antara Pendidikan Ibu dan Umur Balita
dengan kejadian pneumonia pada Balita yang pernah di rawat di lnstalasi Rawat
Inap Anak Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun
2010".
1.2
Rumusan Masalah
Belum diketahui
hubungan antara pendidikan ibu dan umur balita dengan kejadian pneumonia pada
balita di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2010 ?
1.3
Tujuan Penelitian
1.3.1
Tujuan Umum
Untuk mengetahui
faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian pneumonia pada balita yang
pernah di rawat map di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang
tahun 2010.
1.3.2
Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui distribusi frekuensi kejadian
pneumonia pada balita yang pernah di rawat di Instalasi Rawat Inap Anak Rumah
Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2010.
2. Untuk mengetahui distribusi frekuensi
pendidikan Ibu balita yang di rawat di Instalasi Rawat Inap Anak Rumah Sakit
Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2010.
3. Untuk mengetahui distribusi frekuensi umur balita
yang pernah di rawat di Instalasi Rawat Inap Anak Rumah Sakit Umum Pusat Dr.
Mohammad Hoesin Palembang tahun 2010.
4. Untuk mengetahui hubungan pendidikan ibu balita
dengan kejadian pneumonia pada balita yang pernah di rawat di Instalasi Rawat
Inap Anak Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2010.
5. Untuk mengetahui hubungan antara umur balita
dengan kejadian pneumonia pada balita yang pernah di rawat di Instalasi Rawat
Inap Anak Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2010.
1.4
Manfaat
Penelitian
1.4.1
Bagi Peneliti
Mendapat
tambahan ilmu pengetahuan dan pengalaman mengenai kejadian pneumonia dan balita
serta menambah kemampuan peneliti sebagai petugas kesehatan agar lebih aktif
dalam memberikan penyuluhan kepada masyarakat khususnya mengenai kejadian
pneumonia.
1.4.2
Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian
ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi mahasiswa dan dapat menambah
bahan perpustakaan di Akademi Kebidanan Budi Mulia Palembang khususnya program
D III Kebidanan.
1.4.3
Bagi Rumah Sakit
Hasil penelitian
ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan masukan bagi Rumah Sakit Umum
Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang dalam meningkatkan pelayanan kesehatan pada
Balita terutama pada kasus pneumonia pada balita.
1.5
Ruang
Lingkup
Penelitian ini dilakukan
di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2011 di bagian
Instalasi Rawat Inap Anak Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang
Balita tentang hubungan pendidikan ibu dan jenis kelamin dengan kejadian pneumonia
pada balita.