BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bayi Berat Lahir
Rendah (BBLR) merupakan masalah kesehatan yang dialami pada sebagian masyarakat
yang ditandai dengan bayi lahir yang kurang dari 2.500 gram, kejadian BBLR pada
dasarnya berhubungan dengan kurangnya pemenuhan nutrisi pada masa kehamilan.
Hal ini berhubungan dengan banyaknya faktor yaitu masalah perekonomian keluarga
sehingga pemenuhan kebutuhan kurang, namun kejadian BBLR juga dapat terjadi
pada masyarakat yang status ekonominya
cukup, sampai saat ini masih terjadi masalah kesehatan masyarakat karena
dianggap menjadi salah satu faktor kontribusi penyebab kematian bayi khususnya
pada masa perinatal (Baidrul, 2009).
WHO pada tahun
2003 menyatakan bahwa setiap tahun diberkirakan neonatus yang lahir sekitar 20
juta adalah BBLR. Di Indonesia, menurut Survey Ekonomi Nasional (SUSENAS) pada
tahun 2005, kematian neonatus yang disebabkan oleh BBLR sebesar 38,85%. Sekitar
27% angka kematian pada neonatus disebabkan oleh BBLR. Angka kejadian BBLR di
Indonesia berkisar 9 – 20% bervariasi antara satu daerah lain. Sebanyak 25%
bayi dengan BBLR meninggal pada saat baru lahir dan 50% meninggal saat bayi
(Maryunani, 2009).
Menurut Ketua
Ikatan Dokter Anak Indonesia, kematian bayi baru lahir terutama disebabkan oleh
prematuritas 32%, asfeksia 30%, infeksi 22%, kelainan kongenital 7%, dan
lain-lain 90% (Joeharno, 2006).
Di Indonesia,
berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002 – 2003,
angka kematian neonatal sebesar 20 per 1.000 kelahiran hidup dalam 1 tahun,
sekitar 89.000 bayi usia 1 bulan meninggal, artinya setiap 6 menit ada 1
neonatus meninggal. Penyebab utama
kematian neonatal adalah BBLR sebanyak 29%, sedangkan penyebab lainnya seperti
TB, ISPA, malaria, diare dan penyakit kulit juga dapat menyebabkan kematian.
Adapun penyebab-penyebab lain yaitu prematur dan faktor dari ibu adalah umur,
paritas, vaskuler dan kehamilan ganda. Pada tahun 2007 diperoleh Angka Kematian
Bayi (AKB) sebanyak 34 per 1.000 kelahiran hidup dan berada di peringkat 10 diantara
18 negara ASEAN dan SEARO. Kemudian pada tahun 2009 menjadi 26 per 1.000
kelahiran hidup (Depkes RI, 2010).
Menurut data
Dinas Kesehatan Kota Palembang, angka kematian bayi pada tahun 2007 yaitu 3 per
1.000 kelahiran hidup, pada tahun 2008 4 per 1.000 kelahiran hidup, dan pada
tahun 2009 sekitar 2 per 1.000 kelahiran hidup (Dinkes Kota Palembang, 2010).
Penyebab
terjadinya BBLR ada beberapa faktor yaitu faktor ibu diantaranya umur yang <
20 tahun dan > 35 tahun, jarak kehamilan, paritas, pengetahuan, pendidikan,
sosial ekonomi, dan bersalin yang terlalu dekat dan paritas ibu yang > 3
orang anak serta faktor janin sendiri yaitu kelainan bawaan dan infeksi (Depkes
RI, 2005).
Data Rumah
Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang, diketahui angka kejadian BBLR
pada tahun 2009 adalah 388 kasus BBLR dari 3.337 bayi yang dilahirkan (11,63%),
pada tahun 2010 adalah 219 kasus BBLR dari 2.439 bayi yang dilahirkan (8,98%).
Dari data di
atas dapat disimpulkan bahwa terdapat penurunan kejadian BBLR dari tahun 2009
ke tahun 2010, namun kejadian BBLR ini masih cukup tinggi, mengingat masih
tingginya angka kejadian BBLR khususnya di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad
Hoesin Palembang, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“Hubungan Antara Umur dan Paritas dengan
Kejadian BBLR di Instalasi Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit Umum Pusat Dr.
Mohammad Hoesin Palembang tahun 2010”.
1.2. Rumusan Masalah
Apakah ada
hubungan antara umur dan paritas dengan kejadian BBLR di Instalasi Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit
Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2010?
1.3.
Tujuan
Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk
mengetahui hubungan antara
umur dan paritas dengan kejadian BBLR Instalasi Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad
Hoesin Palembang Tahun 2010.
1.3.2
Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui tabel distribusi frekuensi
kejadian BBLR di Instalasi Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit Umum Pusat Dr.
Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2010.
2. Untuk mengetahui tabel distribusi frekuensi
umur ibu dengan kejadian BBLR di Instalasi Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit
Umum Pusat Dr. Mohammad
Hoesin Palembang Tahun 2010.
3. Untuk mengetahui tabel distribusi frekuensi
paritas ibu dengan kejadian BBLR di Instalasi Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit
Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2010.
4. Untuk mengetahui hubungan antara umur dengan
kejadian BBLR di Instalasi Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit Umum Pusat Dr.
Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2010.
5. Untuk mengetahui hubungan antara paritas dengan kejadian BBLR di Instalasi
Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun
2010.
1.4.
Manfaat Penelitian
1.4.1
Bagi
Institusi Kesehatan
Hasil penelitian
ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan masukan bagi Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin
Palembang tentang BBLR dalam penyusunan kebijsanaan pelayanan kesehatan tentang
hubungan antar aparitas dan umur ibu dengan kejadian BBLR.
1.4.2 Bagi Institusi
Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat menambah
masukan baru dan berguna dalam proses belajar mengajar serta sebagai acuan
untuk penelitian selanjutnya bagi mahasiswi Akademi Kebidanan Budi Mulia
Palembang.
1.4.3
Bagi
Peneliti
Dengan
melakukan penelitian penulis mendapat pengetahuan, pengalaman, memperluas
wawasan dan dapat mengaplikasikan data kuliah metodologi penelitian dan
biostatistik.
1.5 Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini ibu melahirkan dengan BBLR yang pernah di
rawat di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2010. Hubungan
antara umur dan paritas tersebut dapat mempengaruhi kejadian BBLR, metode yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu melalui survei analitik dengan pendekatan “cross sectional” yang menggunakan data sekunder.