Ilmu Asuhan Kebidanan dan Keperawatan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG PADA TAHUN 2010


BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi (Kumala, 2011).
Secara global dikemukakan bahwa selama tahun 2000, terdapat 4 juta kematian neonatus (3 juta kematian neonatal dini dan 1 juta kematian neonatal lanjut). Hampir 99% kematian tersebut
Share:

HUBUNGAN ANTARA UMUR DAN PARITAS IBU DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT Dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG TAHUN 2010


BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat kurang dari 2.500 gram, tanpa memandang usia kehamilan, yang dibedakan menjadi dua bagian: pertama; BBL sangat rendah apabila lahir berat lahir kurang dari 1.500 gram, dan kedua, BBLR bila berat lahir antara 1.501-2.499 gram (IDAI, 2009).
Share:

HUBUNGAN ANTARA UMUR IBU DAN ANEMIA IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT Dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG TAHUN 2010


BAB I
PENDAHULUAN

1.1          Latar Belakang
Di negara maju mortalitas dan morbiditas neonatus menurun sejalan dengan meningkatnya perhatian terhadap ibu hamil dan pemanfaatan pelayanan intensif neonatus dengan risiko. Perawatan semacam ini dikenal dengan Perawatan tingkat 3 (Level III) dimana pelayanan neonatus dilakukan secara komprehensif baik perawatan medik maupun bedah (Rahayu, 2009)
Pelayanan tersebut meliputi perawatan bayi berisiko khususnya Bayi Kurang Bulan (BKB) baik dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) biasa, Bayi Berat Lahir Amat Rendah (Very Low Birth Weight-VLBW) ataupun Bayi Berat Lahir Amat Sangat Rendah (Extremely LBW). Pada BKB dan BBLR perawatan level III dilakukan pada semua bayi dengan berat lahir 1500 gram. Hal ini tidak hanya disebabkan oleh mortalitas yang tinggi tetapi juga karena morbiditas yang beragam (Rahayu, 2009).
Lebih dari 20 juta bayi diseluruh dunia (15,5%) dari seluruh kelahiran, merupakan BBLR, 95,6% diantaranya merupakan bayi yang dilahirkan di negara-negara sedang berkembang. Insidensi BBLR di Asia adalah 22% (Ibrahim, 2009).
Di Indonesia, berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002-2003, angka kematian neonatal sebesar 20 per 1000 kelahiran hidup. Dalam 1 tahun, sekitar 89.000 bayi usia 1 bulan meninggal. Artinya setiap 6 menit ada 1 (satu) neonatus meninggal. Penyebab utama kematian neonatal adalah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) sebanyak 29%. Insidensi BBLR di Rumah Sakit di Indonesia berkisar 20%. Di pusat rujukan regional Jawa Barat setiap tahunnya antara 20 – 25% kelahiran BBLR, sedangkan di daerah pedesaan / rural 10,5%. Di daerah rural sebagian besar BBLR meninggal dalam masa neonatal. Sementara di level II di tingkat kabupaten di Jawa Barat sebagian besar Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR) dengan berat lahir (Rahayu, 2009).
Bayi berat lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada saat lahir (Mitayani, 2009).
BBLR telah didefinisikan oleh WHO sebagai bayi lahir dengan berat kurang dari 2500 gram. Definisi ini didasarkan pada hasil observasi epidemiologi yang membuktikan bahwa bayi lahir dengan berat kurang dari 2500 gram mempunyai kontribusi terhadap outcome kesehatan yang buruk. Menurunkan insiden BBLR hingga sepertiganya menjadi salah satu tujuan utama “A World Fit for Children” hingga tahun 2010 sesuai deklarasi dan rencana kerja United Nations General Assembly Special Session on Children in 2002 (Rahayu, 2009).
Angka Kematian Bayi di Indonesia menurut hasil survei kesehatan rumah tangga angka kematian bayi 145 / 1000 kelahiran hidup sedangkan AKB di Kota Palembang tahun 2004, berdasarkan Laporan Indikator Database 2005 UNFPA 6th Country Programme, adalah 26,68 untuk laki-laki dan 20,02 untuk wanita per 1.000 kelahiran hidup (Profil Kesehatan Kota Palembang, 2008).
Pencapaian kunjungan neonatus mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu 82.1%, sedangkan tahun 2007 sebesar 90.00%. Jumlah kunjungan bayi tahun 2008 sebesar 94.6% naik dari tahun 2007 yaitu 88%. Jumlah bayi lahir dengan berat badan rendah (BBLR) hanya 0.6%. Pencapaian jumlah bayi yang diberi ASI ekslusif sebesar 80.3% dari jumlah bayi 30.817 menurun jika dibandingkan dengan tahun 2007 yaitu sebesar 84.4% dari 32.886 bayi (Profil Kesehatan Kota Palembang, 2008).
Berdasarkan Dinas Kesehatan Sumsel angka kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) tahun 2008 sebanyak 220 per 1.000 angka kelahiran hidup dan pada tahun 2009 sebanyak 215 per 1.000 kelahiran hidup. 
Kota Palembang angka kelahiran BBLR tahun 2008 sebanyak 213 per 1.000 dan pada tahun 2009 sebanyak 253 per 1.000 kelahiran hidup (Profil Dinkes, 2010).
Penyebab BBLR adalah usia ibu, Jarak Kehamilan atau Kelahiran, Paritas, Kadar Haemoglobin, Status Gizi Ibu Hamil, Pemeriksaan Kehamilan, Penyakit Saat Kehamilan (Rochjati, 2003).
Data Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang, angka kejadian BBLR pada tahun 2007 adalah 142 kasus BBLR dari 3.337 bayi yang dilahirkan (4%), pada tahun 2008 adalah 233 kasus BBLR dari 2.439 bayi dilahirkan (9,5%), pada tahun 2009 sebesar 313 kasus BBLR dari 2.400 bayi yang dilahirkan (13%), pada tahun 2010 sebesar 219 kasus BBLR dari 1.476 bayi yang dilahirkan (14,8%) (Medical Record, 2010).
Berdasarkan data di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti Hubungan Umur Ibu dan Anemia Ibu Hamil Dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2010.

1.2          Rumusan Masalah
Masih tingginya angka BBLR di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang 2010.

1.3          Pertanyaan Penelitian
Apakah ada hubungan antara Umur Ibu dan Anemia Selama Kehamilan dengan Kejadian BBLR di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2010 ?

1.4          Tujuan Penelitian
1.4.1     Tujuan Umum
Diketahuinya hubungan antara umur dan anemia pada ibu hamil dengan kejadian BBLR di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2010.
1.4.2      Tujuan Khusus
1.      Diketahuinya distribusi frekuensi kejadian BBLR di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2010.
2.      Diketahuinya distribusi frekuensi umur ibu bersalin di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2010.
3.      Diketahuinya distribusi frekuensi anemia ibu hamil di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2010.
4.      Diketahuinya hubungan umur ibu dengan kejadian BBLR pada ibu bersalin di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2010.
5.      Diketahuinya hubungan anemia selama kehamilan dengan kejadian BBLR pada ibu bersalin di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2010.

1.5           Manfaat Penelitian
1.5.1      Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambahkan wawasan dan pengetahuan penulis serta sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar Ahli Madya Kebidanan Budi Mulia Palembang.

1.5.2     Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan atau referensi dan informasi bagi peserta didik sehingga menjadi acuan dalam proses belajar, serta menambah bahan kepustakaan di Akademi Kebidanan Budi Mulia Palembang.
1.5.3     Bagi Institusi Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan masukan untuk mengatasi kejadian BBLR di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang dan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi keberhasilan dalam mengatasi BBLR.

1.6          Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini, penulis mencoba membatasi masalah hubungan antara umur dan anemia pada ibu hamil dengan kejadian BBLR di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2010. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan 13 Juni – 03 Juli 2011 dan adapun jenis penilitian ini bersifat survey analitik dengan desain penelitian “Cross Sectional”.   
Share:

HUBUNGAN ANTARA UMUR BALITA DAN PENDIDIKAN IBU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEKIP PALEMBANG TAHUN 2010


BAB I
PENDAHULUAN
1.1      Latar Belakang
Diare lebih dominan menyerang balita karena daya tahan tubuh balita yang masih lemah sehingga balita sangat rentan terhadap penyebaran virus penyebab diare.
Share:

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA BERAT PADA BALITA DI IRNA ANAK DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT Dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG TAHUN 2010


BAB I
PENDAHULUAN
1.1          Latar Belakang
Pneumonia merupakan penyebab kematian tunggal pada anak terbesar di seluruh dunia. Setiap tahun, pneumonia membunuh sekitar 1,8 juta anak di bawah 5 tahun atau sekitar 20% dari seluruh kematian balita di seluruh dunia. Angka ini lebih tinggi dari kematian akibat AIDS, malaria dan campak. Jika digabungkan terdapat sekitar 155 juta kasus pneumonia di seluruh dunia setiap tahunnya (Wibowo, 2010).
Share:

HUBUNGAN ANTARA UMUR DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN ABORTUS DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT Dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG TAHUN 2010


BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Menurut World Health Organization (WHO) persentase kemungkinan terjadinya abortus cukup tinggi. Sekitar 15 – 40% angka kejadian, diketahui pada ibu yang sudah dinyatakan positif hamil, dan 60 – 75% angka abortus terjadi sebelum usia kehamilan mencapai 12 minggu (Lestariningsih, 2008).
Share:

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG ISPA PADA BALITA DI BPS BUDI MULIA PALEMBANG TAHUN 2011


BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Infeksi saluran nafas akut (ISPA) adalah penyakit infeksi pada satu bagian atau lebih lebih saluran nafas mulai dari hidung sampai paru-paru dan berlangsung dalam kurun waktu dari 3 minggu (Arisclinik).
Share:

HUBUNGAN ANTARA PARITAS DAN UMUR IBU DENGAN KEJADIAN KANKER SERVIKS DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT Dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG TAHUN 2010


BAB I
PENDAHULUAN

1.1          Latar Belakang
Kanker merupakan masalah kesehatan utama bagi masyarakat di seluruh dunia, salah satunya adalah kanker serviks. Menurut data dari organisasi kesehatan dunia world health Organization (WHO), kanker serviks merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia pada kaum Hawa dari seluruh penyakit kanker yang ada. Setiap dua menit seorang wanita meninggal dunia karena penyakit ini. (Wijaya, 2010).
Share:

HUBUNGAN ANTARA PARITAS DAN UMUR IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN ABORTUS YANG DIRAWAT DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG TAHUN 2010


BAB I
PENDAHULUAN

1.1          Latar Belakang
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar kandungan (Sarwono, 2006).
Share:

HUBUNGAN ANTARA UMUR DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN BBLR DI INSTALASI RAWAT INAP KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG TAHUN 2010


BAB I
PENDAHULUAN

1.1      Latar Belakang
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) merupakan masalah kesehatan yang dialami pada sebagian masyarakat yang ditandai dengan bayi lahir yang kurang dari 2.500 gram, kejadian BBLR pada dasarnya berhubungan dengan kurangnya pemenuhan nutrisi pada masa kehamilan. Hal ini berhubungan dengan banyaknya faktor yaitu masalah perekonomian keluarga sehingga pemenuhan kebutuhan kurang, namun kejadian BBLR juga dapat terjadi pada masyarakat yang status  ekonominya cukup, sampai saat ini masih terjadi masalah kesehatan masyarakat karena dianggap menjadi salah satu faktor kontribusi penyebab kematian bayi khususnya pada masa perinatal (Baidrul, 2009).
Share:

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS BASUKI RAHMAT PALEMBANG TAHUN 2010


BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Anemia dalam kehamilan ialah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester 1 dan 3 atau kadar Hb < 10,5 gr% pada trimester 2. (Sarwono, 2006).
Share:

HUBUNGAN ANTARA UMUR DAN PARITAS IBU DENGAN PENGGUNAAN KB PIL DI RUMAH BERSALIN DAN BALAI PENGOBATAN CITRA PALEMBANG TAHUN 2011


BAB  I
PENDAHULUAN

1.1          Latar Belakang
Menurut WHO (World Health Organization) keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang kurang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan dan pengontrol waktu saat melahirkan. (Suparyanto, 2010).
Saat ini Tingkat Fertilitas di Indonesia (TFR) adalah 2,6 anak per wanita. Tingkat TFR pada tiap Propinsi tidak merata, berkisar dari 1,9 di Yogyakarta sampai 4,1 di Nusa Tenggara Timur, TFR pada masyarakat di perkotaan hanya 2,3 tetapi di masyarakat pedesaan mencapai 2,9. Namun demikian pasangan usia subur yang menggunakan metode kontrasepsi terus meningkat mencapai 61,4 pola pemakaian kontrasepsi terbesar yaitu suntik sebesar 31,6 persen, pil sebesar 13,2 persen, IUD sebesar 4,8 persen, implant 2,8 persen, kondom sebesar 1,3 persen. Kontap wanita Medis Operasi Wanita (MOW) sebesar 3,1 persen dan kontrasepsi pria Medis Operasi Pira (MOP) sebesar 0,2 persen. Pantang berkala 1,5 persen, senggama terputus 2,2 persen dan metode lainnya 0,4 persen. (Syarief, 2009).
Penduduk Indonesia berjumlah sekitar 224,9 juta dan merupakan keempat terbanyak di Dunia (BKKBN, 2007).
Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) menyebutkan, saat ini sebanyak 39 persen wanita Indonesia usia produktif yang tidak menggunakan kontrasepsi sebesar 40 persen di pedesaan dan 37 persen di perkotaan yang memakai pil hanya 13,2 persen, memakai IUD (Intra Uterine Device) atau spiral 4,8 persen, implant 2,8 persen, dan komdon 1,3 persen, sisanya vasektomi dan tubektomi (Darwoto, 2009).
Berdasarkan dari data BKKBN Propinsi Jawa Tengah pada pembinaan PUS dan keikutsertaan ber-KB, cakupan akseptor aktif KB paling banyak ada 83,46% di Kabupaten Semarang. Sedangkan hasil cakupan perolehan peserta KB terbanyak 17,90% di Kota Magelang, hasil perolehan peserta baru berdasarkan jenis kelamin di peroleh 2,17% akseptor pria, dan 8,74% akseptor wanita pada umumnya PUS (Pasangan Usia Subur) yang telah menjadi akseptor KB lebih banyak menggunakan pil, suntik dan kondom. (Chinue, 2010).
Peserta KB baru tahun 2010 di Sumatera Selatan sebesar 459.943 peserta atau 115.20% dari PPM 359.927 peserta dimana perniks kontrasepsi IUD berjumlah 8.187 peserta atau 77,80%, MOW berjumlah 1.799 peserta atau 56,32%, implant berjumlah 13.711 atau 182,06%, suntikan berjumlah 207.172 peserta atau 142.49%, pil berjumlah 160.600 peserta atau 104,49%, MOP berjumlah 79 peserta atau 101,14% dan kondom berjumlah 41,675 peserta atau 176,04%. (Buana, 2010).
Beberapa faktor yang berhubungan dengan penggunaan kontrasepsi antara lain umur, jumlah anak yang telah dimiliki, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, status Desa Kota dan pengetahuan.
Berdasarkan data yang ada pada rumah bersalin dan Balai Pengobatan Citra Palembang Tahun 2010, dari jumlah pasangan usia subur yang ada di wilayah Kerja Rumah Bersalin dan balai Pengobatan Citra Palembang, akseptor KB aktif yang mendapatkan pelayanan KB di rumah bersalin dan Balai Pengobatan Citra Palembang terdapat akseptor KB suntik sebanyak 1211 atau (70%) pil sebanyak 385 atau (22,2%), kondom sebanyak 115 atau (6,65%) dan implant sebanyak 20 atau (1,15%).
Berdasarkan data di atas dapat dilihat pil KB termasuk kontrasepsi yang banyak digunakan oleh masyarakat karena mudah didapat dan memiliki daya efek samping yang rendah, serta mempunyai banyak manfaat. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai alat kontrasepsi pil dengan judul “Hubungan antara Umur dan Paritas Ibu dengan Penggunaan KB Pil di Rumah Bersalin dan Balai Pengobatan Citra Palembang Tahun 2011”.

1.2          Rumusan Masalah
Diketahuinya hubungan antara umur dan paritas ibu dengan penggunaan KB pil di Rumah Bersalin dan Balai Pengobatan Citra Palembang Tahun 2011.

1.3            Tujuan Penelitian
1.3.1    Tujuan Umum
Diketahuinya hubungan antara umur dan paritas ibu dengan penggunaan KB pil di Rumah Bersalin dan Balai Pengobatan Citra Palembang Tahun 2011.
1.3.2     Tujuan Khusus
1.        Diketahuinya hubungan umur dengan penggunaan kontrasepsi pil di Rumah Bersalin dan Balai Pengobatan Citra Palembang Tahun 2011.
2.        Diketahuinya hubungan paritas ibu dengan penggunaan kontrasepsi pil di Rumah Bersalin dan Balai Pengobatan Citra Palembang Tahun 2011.

1.4          Manfaat Penelitian
1.4.1        Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi (kepustakaan) dan memberi informasi, pengetahuan dalam proses belajar mengajar.

1.4.2        Bagi Peneliti
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman dalam menerapkan ilmu dan dapat dijadikan data dasar untuk penelitian selanjutnya.

1.5      Ruang Lingkup
Subjek     : Semua akseptor KB aktif yang datang di di Rumah Bersalin dan Balai Pengobatan Citra Palembang Tahun 2011
Tempat    :  Rumah Bersalin dan Balai Pengobatan Citra Palembang Tahun 2011
Waktu     :  6 – 20 Juni tahun 2011 
Share:

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN UMUR IBU DENGAN PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT Dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG TAHUN 2011


BAB I
PENDAHULUAN

1.1          Latar Belakang
Secara global, kanker serviks berkontribusi sebesar 12% dari seluruh kanker yang menyerang wanita. Estimasi sekitar tahun 2000-an menunjukkan bahwa insiden penyakit ini kurang lebih 493.243 jiwa pertahun, sedangkan kematian karena kanker ini sebanyak 273.505 jiwa per tahun. Sementara, sebanyak 80% dari jumlah penderita berasal dari negara-negara sedang berkembang, karena memang penyakit merupakan urutan pertama pembunuh wanita akibat kanker di negara-negara berkembang. Setiap saat, sekitar 10% wanita di dunia terinfeksi Human Papilloma Virus (HPV), salah satu virus penyebab terjadinya kanker serviks. Diantara penderita kanker serviks invasif, sekitar 70,1% positif dengan HPV (Wijaya, 2010).
Di Negara maju seperti di Amerika Serikat, dan Eropa, angka kejadian kanker serviks rendah. Hal ini bisa dicapai karena langkah deteksi dini telah berjalan dengan baik. Pemeriksaan pap smear di Negara-negara itu mencapai 60 persen, jauh di atas Indonesia yang hanya 3 persen (Wartakotalive, 2009).
Di Negara maju terbukti pap smear dapat menurunkan angka kejadian invasif 46 – 76% dan menurunkan tingkat kematian hingga 70%. Metode yang digunakan adalah pemeriksaan sel-sel yang diambil dari leher rahim dan kemudian diperiksa di bawah mikroskop (Rickyeka, 2003).
Di Indonesia sendiri di perkirakan 15000 kasus baru kanker seviks terjadi setiap tahunnya, sedangkan angka kematiannya diperkirakan 7500 pertahun. Selain itu, setiap harinya diperkirakan terjadi 41 kasus baru kanker serviks dan 20 perempuan meninggal dunia karena penyakit tersebut. Pada tahun 2001, kasus baru serviks berjumah 2,429 atau sekitar 25,91% dari seluruh kanker yang ditemukan di Indonesia (Wijaya, 2010).
Menurut perkiraan Depkes, insiden kanker serviks 100 per 100.000 penduduk per tahun, sedangkan dari data laboratorium patologi anatomi seluruh Indonesia frekuensi kanker serviks paling tinggi diantara kanker yang ada di Indonesia, bila di lihat penyebarannya terlihat bahwa 92,4%, lebih dari 95% kanker serviks berkaitan erat dengan infeksi human papiloma virus (Romauli, 2009)
Menurut Riset Terbaru Departemen Kesehata RI, hubungan seksual dari usia muda (dibawah 15 tahun) berisiko tinggi terhadap kemungkinan kanker serviks, karena mereka rentan mengalami kehamilan dan melahirkan berulang kali atau berganti-ganti pasangan (Wartakotalive, 2009).
Tes papanikolaus atau pap smear merupakan metode skrining ginekologi. Dilakukan pertama kali oleh georgios papanikolaus untuk menemukan proses-proses premalignant atau prakeganasan dan malignancy atau keganasan di ektoserviks atau leher rahim bagian luar, dan infeksi dalam endoserviks atau leher rahim bagian dalam dan endometrium (Emilia, 2010).
Pap smear tes adalah suatu metode pemeriksaan sel-sel yang diambil dari leher rahim dan kemudian diperiksa di bawah mikroskop untuk melihat perubahan-perubahan yang terjadi di sel tersebut. Perubahan sel-sel rahim yang terdeteksi secara dini akan memungkinkan beberapa tindakan pengobatan diambil sebelum sel-sel tersebut dapat berkembang (Diananda, 2008).
WHO memiliki perkiraan dampak skrining secara rutin pada perempuan dewasa. Skrining pap smear setiap tahun akan menurunkan insiden kanker serviks sampai dengan 92,5%. Namun demikian, skrining untuk dua dan tiga tahun masing-masing masih mampu menurunkan angka insiden kanker serviks sampai dengan 92,5% dan 90,8%. Skrining untuk 5 tahun dan 10 tahun 83,6% dan 64,2%. Dengan demikian, frekuensi dilakukannya skrining menjadi masalah dalam merekomendasikan skrining pada program kesehatan masyarakat. Pada saat ini upaya meningkatkan tindakan skrining bagi wanita usia subur (Wijaya, 2010).
Berdasarkan survey tahun 2005 di Negara-negara maju didapatkan 79,16% kelompok wanita yang memiliki pengetahuan dikategorikan baik tentang pap smear dan 20,84% memiliki pengetahuan tentang pap smear dikategorikan kurang baik. Dari hasil survey yang sama khususnya di Negara berkembang didapatkan 26,44% kelompok wanita yang memiliki pengetahuan yang baik tentang pap smear 73,56% memiliki pengetahuan yang dikategorikan kurang baik (Diananda, 2008).

Dari hasil rekapitulasi jumlah pasien yang melakukan pemeriksaan pap smear ke Yayasan Kanker Indonesia (YKI) cabang Palembang periode tahun 2005 sampai 2010 adalah sebagai berikut : pada tahun 2005 yang melakukan pemeriksaan pap smear berjumlah 602 jiwa, tahun 2006 berjumlah 551 jiwa, tahun 2007 berjumlah 683 jiwa, tahun 2008 berjumlah 945 jiwa, tahun 2009 berjumlah 1011 jiwa dan pada tahun 2010 berjumlah 1018 jiwa.
Dari hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang diperoleh data selama tahun 2009 sebanyak 297 (45,2%) dari 658 jiwa, pada tahun 2010 mengalami penurunan yaitu sebanyak 189  (36,3%) dari 521 jiwa dan pada bulan Januari – April tahun 2011 sebanyak 63 jiwa yang melakukan pemeriksaan pap smear di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang.
Terkait dengan kurang baiknya pengetahuan ibu tentang pemeriksaan pap smear dan pentingnya pemeriksaan pap smear sebagai langkah awal atau upaya preventif, maka penulis tertarik melakukan penelitian mengenai “Hubungan Pengetahuan dan Umur Ibu dengan Pemeriksaan Pap Smear di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2011”.

1.2          Rumusan Masalah
Rendahnya pemeriksaan pap smear pada tahun 2010 berjumlah 189 (36,3%) dari 521 jiwa di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang.
Pertanyaan penelitiannya apakah ada hubungan antara pengetahuan dan umur ibu dengan pemeriksaan pap smear di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2011.

1.3          Tujuan Penelitian
1.3.1      Tujuan Umum
Diketahuinya hubungan antara pengetahuan dan umur ibu dengan pemeriksaan pap smear di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2011.
               Tujuan Khusus
1.      Diketahuinya distribusi frekuensi pemeriksaan pap smear di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2011.
2.      Diketahuinya distribusi frekuensi pengetahuan ibu di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2011.
3.      Diketahuinya distribusi frekuensi umur ibu di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2011.
4.      Diketahuinya hubungan pengetahuan ibu dengan pemeriksaan pap smear di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2011.
5.      Diketahuinya hubungan umur ibu dengan pemeriksaan pap smear di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2011.

1.4          Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
1.4.1      Bagi Petugas Kesehatan
Hasil penelitian ini dapat membantu untuk meningkatkan program promosi kesehatan khususnya kesehatan reproduksi wanita.
1.4.2      Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi bagi mahasiswi dan dapat menambah bahan kepustakaan yang berguna bagi mahasiswi.
1.4.3     Bagi Penulis
Menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman penelitian tentang pemeriksaan pap smear, selain itu agar penulis dapat mengaplikasikan secara langsung kepada masyarakat, khususnya wanita yang sudah menikah.

1.5          Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini penulis mencoba membatasi masalah pengetahuan dan umur ibu dengan pemeriksaan pap smear di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang pada bulan Juni Tahun 2011. Populasi penelitian ini diambil dengan teknik accidental sampling yaitu pengambilan sampel seadanya pada saat penelitian.
Share:

HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN KANKER SERVIKS PADA IBU DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT Dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG TAHUN 2010


BAB I
PENDAHULUAN

1.1          Latar Belakang
Kanker serviks  atau yang lebih dikenal dengan istilah kanker leher rahim adalah tumbuh nya sel-sel tidak normal pada leher rahim. Sel-sel yang tumbuh tidak normal berubah menjadi sel kanker. Kanker leher rahim adalah kanker yang terjadi pada serviks uterus,suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk kearah rahim yang terletak antara  rahim (uterus) dan liang senggama (vagina).
Share:

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ABORTUS DI RUMAH SAKIT PUSRI PALEMBANG TAHUN 2010


BAB  I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan sel sperma) pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin yang kurang dari 500 gram, sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Sebenarnya abortus merupakan gejala dari berakhirnya suatu kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Akan tetapi sekarang masyarakat lebih mengenal dengan sebutan “keguguran” karena dengan sebutan tersebut mereka dapat lebih cepat untuk mengambil tindakan penanggulangannya. Misalnya yaitu dengan membawa ke rumah sakit, karena jika terlambat akan dapat menimbulkan suatu bencana atau kematian. (Nugroho, 2010).
Share:

HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN DAN UMUR IBU HAMIL DENGAN PEMERIKSAAN KEHAMILAN DI KLINIK BUDI MULIA MEDIKA PALEMBANG TAHUN 2011


BAB I
PENDAHULUAN
1.1      Latar Belakang
Menurut World Health Organization (WHO), kematian maternal ialah kematian seorang wanita waktu hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun, terlepas dari tuanya kehamilan dan tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan.
Share:

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DI PUSKESMAS DEMPO PALEMBANG TAHUN 2011


BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Kontrasepsi adalah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan, usaha-usaha itu dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat permanen, yang bersifat permanen ini dinamakan pada wanita tubektomi dan ada pria vasektomi (Prawirohardjo, 2008).
Share:

PRILAKU BIDAN DALAM PEMBERIAN INISIASI MENYUSU DINI DI BPS WILAYAH KERJA PUSKESMAS BASUKI RAHMAD PALEMBANG TAHUN 2011


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.      Latar Belakang
Berdasarkan WHO (World Health Organization) di enam negara berkembang, resiko kematian bayi antara usia 9 – 12 bulan meningkat 40% jika bayi tersebut tidak disusui. Untuk bayi berusia di bawah dua bulan, angka kematian ini meningkat menjadi 48%  (Roesli, 2008).
Di Indonesia, dimana angka kematian bayi mencapai 35 per 1.000 kelahiran hidup atau sekitar 175.000 bayi meninggal setiap tahunya sebelum mencapai usia satu tahun (Ani, 2008).
Share:

HUBUNGAN ANTARA UMUR DAN PENDIDIKAN IBU DENGAN KEJADIAN BBLR DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG TAHUN 2010


BAB I
PENDAHULUAN
1.1      Latar Belakang
Secara global dikemukakan bahwa selama tahun 2000, terdapat 4 juta kematian neonatus (3 juta kematian neonatal dini dan 1 juta kematian neonatal lanjut). Hampir 99% kematian tersebut terjadi di negara berkembang. Kematian tertinggi di Afrika (88 per seribu kelahiran), sedangkan di Asia angka kematian perinatal mendekati 66 bayi dari 1000 kelahiran hidup. Bayi kurang bulan dan berat lahir rendah adalah satu dari tiga penyakit utama kematian neonatus tersebut. (Purwanto, 2009).
Share:

HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN IBU DAN UMUR BALITA DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA BERAT PADA BALITA YANG PERNAH DI RAWAT DI INSTALASI RAWAT INAP ANAK RUMAH SAKIT UMUM PUSAT Dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG TAHUN 2010


BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai parenkim paru-paru. Pneumonia dapat diketahui berdasarkan penoman tanda-tanda klinis dan pemeriksaan penunjang (rontgent, laboratorium) (Wilson, 2006).
Share:

HUBUNGAN PARITAS DAN UMUR IBU DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI KLINIK MITRA ANANDA PALEMBANG TAHUN 2011


BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Saat ini dunia masih menghadapi tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan balita, khususnya bayi baru lahir. World Health Organization (WHO) mencatat tiap tahunnya sekitar 14.180 perempuan Indonesia meninggal karena hamil dan melahirkan. Sedangkan di dunia mencapai lebih dari 500 ribu orang (Siswono, 2005).
Share:

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ABORTUS DI INSTALASI RAWAT INAP KEBIDANAN RUMAH SAKIT SITI KHODIJAH PALEMBANG TAHUN 2010


BAB I
PENDAHULUAN
1.1          Latar Belakang
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan disebabkan oleh akibat-akibat tertentu atau sebelum kehamilan tersebut berusia 20 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar kandungan. (Sarwono, 2006)
Share:

FAKTOR–FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL K1 DI PUSKESMAS BASUKI RAHMAT PALEMBANG TAHUN 2010


BAB  I
PENDAHULUAN

1.1        Latar Belakang
Anemia pada kehamilan adalah kondisi dimana ibu hamil yang mempunyai kadar Hb < 11,00 gr% pada trimester I dan II dan III atau kadar Hb < 10,50 gr% pada trimester II,karena ada perbedaan hemodulusi terutama terjadi pada trimester II (Pujiningsih, 2010).
Share:

TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA MENGENAI ALAT KONTRASEPSI DI SMA NEGERI 6 PALEMBANG TAHUN 2011


BAB I
PENDAHULUAN

1.1          Latar Belakang
Menurut World Health Organization (WHO) program Keluarga Berencana (KB) di Indonesia selama lima tahun terakhir dinilai kurang berhasil, saat ini jumlah penduduk Indonesia menempati posisi keempat dunia setelah Tiongkok, India, dan Amerika Serikat. Penurunan minat ber-KB mengakibatkan peningkatan pertumbuhan penduduk. Pada tahun 1990, penduduk Indonesia mencapai 179,4 juta jiwa, meningkat pada tahun 2000 menjadi 206,3 juta jiwa. Pada tahun 2020, jumlah pendudukan diperkirakan mencapai 261 juta jiwa, dan tahun 2025 menjadi 273,2 juta jiwa (BKKBN, 2009).
Share:

HUBUNGAN USIA NIKAH DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN CA. CERVIKS PADA WANITA DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT Dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG TAHUN 2011


BAB  I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Penyakit kanker rahim adalah pembunuh nomor satu yang kerap mengintai korbannya. Kaum wanita umumnya hampir semua jenis penyakit ini menyerang leher rahim lahir, saluran rahim atau kandungan. Penyakit ini baru disadari atau dirasakan oleh penderita setelah muncul gejala-gejala kanker atau tanda-tanda berupa benjolan yang relatif besar yaitu 2 – 3 cm, terasa mengganjal dan mulai teraba
Share:

FAKTOR–FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ABORTUS DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT Dr. MUHAMMAD HOSEIN PALEMBANG TAHUN 2010


BAB I
PENDAHULUAN

1.1      Latar Belakang
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan sel sperma) pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. (Nugroho, 2010).
Share:

Popular Posts

Jumlah Pengunjung

Cari judul yang anda butuhkan disni

Blog Archive

© Al Anshor 2017 All Reserved. Powered by Blogger.

Labels

Blog Archive